9. With You

40 5 8
                                        

Senja sudah menghilang dan Lala sedang bersama Savero menuju galeri tempat Lala harus melukis. Sesuai kesepakatan yang mereka buat sebelumnya, Lala akan tinggal bersama Savero dibawah pengawasan Neo. Setelah diskusi yang panjang, mereka semua setuju mengambil peran masing-masing. Tentu saja dengan keuntungan yang sudah dibicarakan sebelumnya baik dari pihak Lala maupun pihak Savero.

Tiba di lokasi, waktu menunjukan pukul tujuh malam. Parkiran cukup ramai dengan penjagaan ketat. Beberapa orang dengan pakaian yang sudah kotor oleh cat tampak berlalu lalang keluar masuk gedung. Menurut pandangan Lala, mungkin mereka adalah pelukis yang juga diundang sebagai membuat mural untuk acara pembukaan besok. Lala sudah sangat terlambat. Ia harusnya datang sejak kemarin untuk memulai lukisannya. Tapi ia baru datang hari ini dan pastinya akan jadi yang paling akhir menyelesaikan lukisannya.

"Lo perlu bantuan? Kalau iya, gue bisa minta asisten gue buat siapin kebutuhan lo yang lainnya."

Lala menaikkan alisnya mendengar Savero memanggilnya demikian. "Jadi lo mau kita pakai aku kamu apa lo gue, sih? Kok aneh. Sebentar-sebentar pakai lo gue. Sebentar-sebentar pakai aku kamu." Lala memprotes.

Savero menyadari ucapannya kemudian tertawa kecil. "Senyamannya aja, deh. Aku kamu dipakai kalau formal aja gimana? Depan orang gitu biar romantis."

Lala merotasi matanya. "Terserah."

"Jadi gimana? Dibantuin, gak?" Savero mengulangi pertanyaannya yang belum sempat dijawab.

"Kayaknya engga," Lala memasang masker dan memakai kacamata. "Bantuin gue bawa cat sama perlengkapan gue ke dalam aja."

"Lo selesai jam berapa?"

"Kayaknya gak bakal cepet selesai. Gue mulainya telat banget dan belum tau mau gambar apaan. Lo pulang aja gak apa-apa."

"Gue tungguin," putus Savero. Ia ikut turun lalu membantu Lala membawa peralatannya.

Lala memberikan tanda pengenal pada penjaga untuknya dan Savero. Mereka lantas masuk dan diantarkan ke sebuah dinding kosong yang sebelumnya sudah diberi batas area yang menjadi bagian masing-masing. Tempat Lala posisinya tepat di tengah. Di kanan dan kiri tempat ia berdiri, mural-mural lain sudah hampir selesai. Mungkin tinggal penambahan detail dan sentuhan akhir. Sementara dinding Lala masih putih. Kosong tanpa warna.

"Hai," seorang lelaki muda yang kiranya seumuran Lala pun menyapa. Tingginya sama dengan Savero. Matanya berwarna coklat dengan model rambut cepak seperti landak. "Lo seniman yang bakal ngisi bagian tengah?"

Lala tidak langsung menjawab. Ia hanya mengangguk kemudian menurunkan bawaannya di atas lantai yang beralaskan plastik dengan warna gelap.

"Orang-orang udah ngomongin lo. Mereka pikir dinding tengah bakal jadi pemisah antara tema kanan dan kiri," ujar lelaki muda itu lagi. "Gue rasa lo salah satu pelukis cewek di sini. Pelukis satunya udah pulang karena muralnya udah selesai."

"Oh, makasi informasinya," sahut Lala lantas mulai mendekat ke dinding untuk mulai melukis.

Savero menunggu di belakang Lala. Memberi jarak supaya tidak mengganggu ruang gerak perempuan itu. Ia duduk di lantai dan mengamati perempuan itu yang lama diam dalam posisi berdiri. Beberapa menit kemudian, tangan kiri Lala mulai bergerak membuka tutup cat semprot berwarna biru tua. Ia dengan yakin menyemprotkan cat ke dinding itu. Belum jelas gambar apa yang akan ia sampaikan, tapi Lala seperti sudah yakin dengan pilihannya.

•••

"Sav, Savero! Bangun!" Savero merasakan goncangan lembut di bahunya. Lelaki muda itu menggulat sejenak kemudian bangkit duduk. Entah sudah berapa lama ia tertidur di lantai dingin di ruangan itu.

Another ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang