Cemas. Perasaan itu menyerang Savero secara dalam saat ini. Menguasai dirinya dan membuatnya kehilangan akal sehat meski sesaat.
Lala mengalami luka tembak di bahunya. Savero ingat jelas bagaimana Lala ambruk memeluknya erat sebelum pingsan. Dan pemandangan lain yang dapati adalah Malik yang memegang senjata api dengan raut bersalah dan matanya yang berair.
Lala langsung menjalani tindakan darurat setelah tiba di rumah sakit. Operasi pun langsung dilakukan setelah Savero menandatangani persetujuan. Gia dan Ansell datang beberapa saat setelah Lala dibawa ke ruang operasi. Semantara Neo dan Jeff mengurus Malik yang menjadi tersangka utama.
Bu Liliana datang setengah jam kemudian. Dengan wajah panik, ia menghampiri Savero dan menangis melihat pakaian anaknya yang terkena noda darah. Melihat bagaimana darah cukup banyak mengotori pakaian anaknya, Bu Liliana jadi membayangkan betapa mengerikannya kejadian tadi.
"Bagaimana operasinya?" tanya Bu Liliana pada putranya.
Savero menggeleng. Ia tampak cemas dan sesekali melihat ke pintu ruang operasi yang masih tertutup.
"Sudah setengah jam dan belum ada informasi apapun," kata Ansell dengan raut khawatir yang begitu kentara.
Gia apalagi. Wajahnya sudah merah karena menangis mengetahui Lala tertembak. Dan makin sedih lagi setelah mengetahui bahwa Malik pelakunya. Rasanya tidak bisa dipercaya. Semua berjalan begitu cepat tanpa aba-aba.
"Sudah menghubungi papanya Lala?"
"Sudah tante," jawab Ansell. "Beliau akan datang setelah pesawatnya mendarat. Mereka sekeluarga ada acara di Singapura dan baru kembali besok."
Bu Liliana berdecak. Ia tampak khawatir sekaligus kesal terutama mendengar bahwa keluarga Lala tidak ada satupun yang datang.
"Haris itu benar-benar!" ucapnya geram.
Savero tidak menanggapi. Ia menoleh ke pintu bertepatan dengan pintu yang terbuka menandakan bahwa operasi sudah selesai.
Beberapa perawat mendorong tempat tidur tempat Lala terbaring. Seorang dokter senior keluar bersama mereka dengan raut lelah yang kentara.
"Peluru sudah berhasil dikeluarkan," ucap dokter berkacamata yang rambutnya sudah beruban. "Tidak ada pecahan peluru atau apapun yang bersarang di tubuh pasien. Sementara, bahu kanannya tidak bisa digerakkan secara normal."
"Apakah dia baik-baik saja?" tanya Savero khawatir.
"Kita tunggu hingga pasien sadar baru dilakukan tindakan yang sesuai. Saya permisi," lalu dokter itu pun pergi.
Savero menghela napas lega. Setidaknya operasi berhasil dan tidak ada luka lain di tubuh Lala.
Ansell beranjak dari duduknya. Ia menghampiri Savero dan mamanya.
"Gue nitip Lala. Sementara gue akan panggil penjaga buat jaga di depan pintu kamar Lala. Nanti Mas Evan dan Ana akan gantian jagain Lala. Sementara ini jangan biarin orang masuk termasuk keluarga Lala."
"Terus lo mau kemana?"
"Nyari Jeff sama Neo. Mereka pasti udah nyeret Malik ke kantor polisi."
Savero mengangguk. Untuk sekarang, urusan Malik bisa diurus belakangan. Yang penting Lala harus segera sadar.
"Mengenai perkembangan kondisi Lala, nanti lo langsung hubungi gue aja," pesan Ansell.
Mereka pun pamit. Kali ini hanya Savero dan mamanya yang menjaga Lala.
•••
"Savero," panggil Lala lirih. Tangannya bergerak pelan mengusap puncak kepala Savero yang tengah tertidur sambil duduk di dekat tempat tidurnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Color
Fiksi RemajaLala menjalani hidupnya sebagai pelukis mengikuti jejak mendiang mamanya. Selama memutuskan hidup sendiri tanpa kehadiran papanya, Lala mengetahui bahwa papanya berselingkuh dan memiliki anak. Lala dibantu teman-temannya memutuskan untuk membalas pe...