15. Something Begin

26 3 0
                                    

Meski bertahun-tahun berlalu, dan setelah banyaknya kejadian yang telah terlewati. Banyak hal yang diabaikan kemudian terlupa. Ada yang bertahan ada pula yang memilih meninggalkan. Lalu ketika mereka dibutuhkan, mereka menghilang. Mereka harus dicari supaya mau kembali.

Gunawan Wicaksono, pengacara berusia lima puluhan yang rambutnya sudah mulai dipenuhi uban. Garis wajahnya tegas. Menunjukan keyakinan dan wibawa yang tak bisa diabaikan. Sosoknya pernah jadi pembicaraan. Wara-wiri di media ketika kasus pencucian uang yang melibatkan salah satu pejabat terkuak pada masanya. Gunawan Wicaksono berhasil membuktikan bahwa kliennya tidak bersalah. Dan setelah itu, sosoknya dijadikan ikon pengacara handal di negeri ini.

Gunawan Wicaksono tiba-tiba saja menghilang. Tepat satu minggu setelah kematian Bella Cakradara, seorang pelukis wanita ternama yang meninggal setelah kebakaran menghanguskan galeri seni miliknya.

Setelah bertahun-tahun tanpa kabar, Lala akhirnya berhasil bertemu dengan pengacara mamanya. Sosok kunci yang kemungkinan bisa memberikan pencerahan padanya tentang apa yang sudah mamanya alami dan apa yang sudah mamanya rencanakan sebelum beliau meninggal.

"Bulan lalu saya pergi ke Spanyol. Saya melihat sebuah lukisan yang sarat makna terpajang di sebuah galeri seni di sana. Lukisan itu berjudul The Sound of Eligi." Pak Gunawan tersenyum menatap Lala. Mereka baru menghabiskan sarapan di salah satu restoran dekat Coyote. Mereka melanjutkan obrolan sambil menikmati kopi. "Itu lukisan kamu, kan? Lukisan rumah yang terbakar. Indah. Namun memberi kesan kelam."

Lala tersenyum kecil. Merasa senang karena ada yang mengapresiasi karyanya.

"Dulu saat Bella masih ada. Dia dengan bangga menceritakan tentang betapa putrinya. Gadis kecil berbakat yang sejak dini sudah pandai bermain warna. Dulu saya ingat betul lukisan kamu ceria. Kesannya polos dengan banyak energi positif. Belakangan, lukisanmu jauh lebih emosional. Terkesan kelam. Dan kadang kesepian. Lukisanmu mengajak orang lain ikut merasakan emosi yang coba kamu sampaikan."

"Sebenarnya saya tidak bermaksud demikian." Lala menatap Pak Gunawan dengan tenang. "Saya hanya ingin jujur terutama terhadap lukisan saya sendiri. Tapi terima kasih sebelumnya, Pak Gunawan sudah memberikan apresiasi terhadap karya saya."

"Soal pertemuan kita ini. Langsung saja, apakah ini berhubungan dengan wasiat yang mama kamu titipkan pada Saya?"

"Iya. Ini soal wasiat itu. Jadi kapan Pak Gunawan akan membacakan isinya? Saya rasa saya sudah cukup umur untuk mengetahuinya."

Pak Gunawan menatap Lala dengan tenang kemudian tersenyum. Ia menegakkan posisi duduknya dan menyatukan tangan di atas meja.

"Tiga hari lagi," kata Pak Gunawan pendek.

"Tiga hari lagi? Maksud Pak Gunawan."

"Tiga hari lagi akan ada rapat pemegang saham FL.Distribution. Rapat diadakan siang hari setelah makan siang. Kita akan bertemu pukul sembilan pagi."

"FL.Distribution? Apa hubungannya dengan wasiat mama saya?"

"Perusahaan itu dulunya adalah perusahaan rintisan mama kamu dan sahabatnya Liliana. Tapi karena permainan politik internal, perusahaan itu jatuh ke tangan keluarga Floyd seutuhnya. Ambil perusahaan itu dulu supaya hasil kerja mama kamu tidak sia-sia."

Lala terdiam. Syok sudah pasti. Bagaimana mamanya bisa punya hubungan dengan keluarga Floyd? Apakah ini ada hubungannya dengan Liliana itu?

"Liliana Floyd istri dari Armand Floyd adalah sahabat kami. Dulu mereka punya rencana bisnis membangun pusat perbelanjaan. Namun akhirnya mereka merubah rencana dan mendirikan perusahaan distribusi. Dulu namanya Flow.Distribution. Tapi dirubah oleh Armand Floyd setelah berhasil mengambil paksa usaha itu dari Liliana dan Bella."

Another ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang