"Kok gak ada, ya, Pak. Padahal kita udah keliling seluruh rumah," Lala dan Bibi duduk di kursi meja makan. Mereka menatap Pak Yatno yang juga terlihat lelah setelah mengelilingi seluruh bagian rumah itu. Mereka sudah masuk ke semua bagian rumah termasuk memeriksa atapnya, namun tak satupun menunjukan tanda-tanda bahwa ada ruangan di atap sana.
"Iya, Mbak. Saya juga bingung. Soalnya saya juga lupa tempatnya dimana."
Pak Yatno mengusap lehernya yang basah karena keringat. Ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengingat dimana majikannya yang sebelumnya pernah menunjukan ruangan itu. Tapi renovasi yang Lala lakukan pada rumah itu membuatnya melupakan lokasi gudang atap itu berada.
"Rumah ini gak gede padahal. Dan gak banyak barang. Apalagi ruangannya gak terlalu besar. Kenapa kita gak bisa nemu atap yang Pak Yatno maksud?" Bibi agak bergumam. Tampak seperti berpikir sebelum akhirnya Lala sodorkan segelas air padanya.
Bibi pun ikut bingung. Seingatnya ruangan-ruangan di rumah itu tidak banyak berubah. Selain memang bagian-bagian yang hangus terbakar mengalami perubahan total, sisanya hanya diperbaiki seperlunya. Seperti dapur yang masih tetap seperti sebelumnya meski hanya berganti interior dan cat. Ruang mencuci yang tetap dipertahankan seperti bentuk aslinya, kamar mendiang nyonya Bella juga kamar Lala yang memang letaknya tidak berdampingan dengan galeri yang terbakar.
"Mungkin udah gak ada atapnya, Pak." Lala terlihat lelah tapi ia juga tidak memaksa. Jika memang ruangan itu ada maka mungkin ia bisa menemukan lukisan-lukisan mamanya yang tersisa. Jika pun tidak, mungkin memang bukan takdirnya menemukan ruangan penyimpanan itu. "Ada ruangan lagi yang belum kita periksa, Pak, Bi?"
"Tinggal gudang aja, Mbak. Gudang atas yang dekat tempat jemur baju. Tapi itu gudang sering saya masuki, Mbak. Saya biasa keluar masuk buat naruh kayak stok minuman kemasan, atau makanan instan disana," sahut Pak Yatno.
"Yaudah sekalian aja kita cek, Pak. Kalau memang gak ada apa-apa ya mungkin udah kebakar waktu itu. Makanya kita gak nemu sama sekali," kata Lala memutuskan.
Ketiga orang itu kemudian bergantian naik ke gudang atas yang bersebelahan dengan tempat menjemur pakaian. Rumah mamanya Lala memang tidak terlalu besar. Tidak luas dan hanya memiliki satu lantai saja. Meskipun begitu atapnya memang tinggi jadi untuk membuat gudang penyimpanan di atap pun bisa dikatakan cukup.
Mereka bertiga berhadapan dengan sebuah pintu yang tertutup. Pak Yatno mengeluarkan kunci dari kantong celananya. Ia membuka kunci ruangan dan Lala kemudian memutar knop pintu. Mereka bertiga masuk bersama. Pak Yatno menekan saklar lampu yang ada di dekat pintu untuk menerangi ruangan itu. Meski harus agak menunduk, Lala bisa melihat dengan jelas gudang yang ada tepat di sebelah ruang mencuci itu memang tidak terlalu besar. Hanya berisi bahan makanan instan untuk stok seperti yang Pak Yatno katakan. Semuanya tersusun rapi di sebuah rak yang ada di ujung ruangan.
Lala mengamati ruangan yang panjangnya tidak lebih dari empat meter itu. Memperhatikan sekeliling dengan teliti. Tidak ada yang istimewa. Hanya atap yang sudah dimodifikasi sebagai gudang dengan dinding berbahan kayu pada bagian depan dan belakang.
"Saya sekalian ambil kopi, deh. Stok kopi di bawah habis, Mbak." Bibi mendekati rak di dekat dinding kayu kemudian mengambil satu toples kopi bubuk. Ketika mengambil toples yang ada di keranjang plastik, Bibi kesulitan mengembalikan keranjang itu ke tempat semula sehingga Lala mendekatinya dan berniat membantu. Namun setelah Lala bantu pun, keranjang itu tidak bisa kembali ke posisi semula seperti ada sesuatu yang menahannya.
Pak Yatno pun berinisiatif untuk menggeser posisi rak itu ke arah kanan supaya lebih dekat dengan pintu masuk. Lala dan Bibi pun membantu menurunkan keranjang-keranjang penyimpanan yang berjajar di sana. Ketika rak sudah kosong dan di geser sedikit ke kanan, Lala tidak sengaja menangkap sesuatu seperti kotak di sana. Ia mengerutkan dahi dan menoleh pada Pak Yatno dan Bibi yang berdiri di dekatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Color
Ficção AdolescenteLala menjalani hidupnya sebagai pelukis mengikuti jejak mendiang mamanya. Selama memutuskan hidup sendiri tanpa kehadiran papanya, Lala mengetahui bahwa papanya berselingkuh dan memiliki anak. Lala dibantu teman-temannya memutuskan untuk membalas pe...