2019.1

5 4 0
                                    

Sekeras Batu Warna-warni

****

Lapangan yang semula begitu sepi, kini mulai ditempati oleh perkumpulan. hari berjalan layaknya lomba berkuda, begitu laju hingga membuat payah mereka yang menghitung hari. hampir genap enam bulan dayita menjadi siswi SMA ARNAWAMA, dan belum mampu ia beradaptasi dengan benar. hari ini class meeting untuk kelas XII akan dimulai, drama musikal menjadi pembukanya. 

Dayita keluar kelas dengan helaan nafas lalu mengejar seseorang. ada rasa rindu terhadap raga yang memiliki netra sendu, namun rasa kecewa juga mendominasi. tentu bukan, ia tidak kecewa pada rudita, melainkan pada dirinya sendiri yang selalu kacau di setiap pemikiran.

saat ini Dayita berjalan bersama gadis pemilik tinggi yang sama dengannya, mereka berbincang seru, menunjukkan sisi lain dari kepribadian Dayita yang pendiam dan membosankan. siapa lagi itu jika bukan Tamara, hanya Tamara satu-satunya yang mau menerima Dayita dengan segala kekurangannya yang menonjol.

mereka akan ikut berkumupul di pinggir lapangan, menikmati pertujukkan yang drancang oleh kakak kelas mereka. dayita dan tamara duduk tanpa alas di bawah pohon mangga, beberapa menit kemudian acara dimulai. kelas demi kelas menampilkan adegan dengan keseruan yang bertebaran. tawa para penonton pecah ketika pemeran menunjukkan aksi komedi baik melalui gerak ataupun perkataan. 

hanya dayita penonton yang tak menunjukkan ekspresi terhibur, seakan tampilan wajahnya dibekukan. dalam hatinya tinggi pengharapan akan sosok rudita yang ingin ia pandangi tanpa putus. waktu dirasa menyiksa, menunggu rudita adalah masa paling tak mengenakkan. itu disebabkan rindu, rindu pada seseorang yang sudah memiliki, tapi bodohnya dayita tak berhenti menaruh harap pada tuhan untuk dapat memilikinya.

kapan dan di mana ... mengapa rudita tak muncul juga?

"baiklah, para penonton yang berbahagia. tersisa satu penampilan yang saya jamin nggak kalah seru dari penampilan sebelumnya. mari kita sambit ...."

kenapa malah muncul sorak? dayita memutar bola matanya malas, MC itu sok asik menurutnya, ia lebih memilih memeluk lutut dan menjatuhkan kepalanya miring enggan melihat. "kita balik ke kelas aja, yuk, mar," rengek dayita menggoyangkan tangan tamara di sampingnya yang ikut-ikutan menyuraki MC.

tamara menggeleng. "satu lagi, day, tanggung."

dayita cemberut tak dapat menerima. "nggak seru pertunjukkannya."

"kamu nontonya nggak pake hati, sih."

"emang nggak, aku nontonya pake mata panda. ngantuk."

tamara tertawa pelan dan mendorong bahu dayita. tapi gadis itu tak membalas lagi.

"yaelah, namanya juga manusia kolamnya dosa dan nafsu. maklumi aja kenapa, sih!" rajuk MC perempuan itu membela dirinya dari sanggahan yang dilakukan oleh penonton.

"baiklah, mari kita sambut ... puas?" lapangan kembali ramai dengan tawa bercampur sorak-soray. "si buta dari rumah janda! oleh kelas XII MIPA 2!"

kelompok yang dayita harapkan! matanya terbelalak dan cepat-cepat mendongak untuk mencari sosoknya. itu dia! rudita berseragam putih abu, kantuk dayita hilang seketika, ia bersorak dalam hati, menarik senyum lebar-lebar.

"day, aku haus, ke kantin, yuk. hehehe." tamara bertingkah jahil, ia tentu tahu yang siapa yang didamba dayita sedari tadi.

dayita mendengar tapi tak mau meladeni tamara, ia mengerti apa maksud gadis itu. "ih! ngeselin banget, tadi katanya mau ke kelas, sekarang giliran aku ajak ke kantin malah nggak mau."

"jangan sok nggak tau, deh."

tamara tertawa dan melendoti lengan dayita, ia menatap wajah ceria sahabatnya, dan teingat akan cerita dayita minggu kemarin mengenai suara Lily. "nggak capek, day, berharapnya?"

RAGA SENDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang