Peri Kesedihan
****
minggu menyebalkan. setidaknya hanya dayita yang merasakan, tidak tahu dengan mereka di luar sana, mungkin minggunya menyenangkan. kenapa menyebalkan? karena dayita sudah tidak punya teman bermain, mereka telah sibuk dengan urusan masing-masing dan tamara minggu ini tidak ke rumahnya, biasanya ia akan berkunjung dalam waktu sehari penuh menonton The Lord of The Ring dengan seblak penuh sambal, tapi hari ini gadis baik itu harus mengantar sepupunya ke suatu tempat.
ah, beranjak dewasa rupanya seperti hari minggu bagi dayita. menyebalkan. ia jadi rindu masa smpnya, yang penuh riang dengan teman sekelas yang semuanya tak memasang batas. dulu harinya tak pernah sepi, selalu dilingkari tawa ceria, jika bertengkar dengan teman satu, teman lain selalu sedia menemani.
baiklah, dewasa kini novel selalu mampu menjadi teman di tengah sunyinya, imajinasinya akan diajak berkelana ke dunia berbeda karena ia tengah membaca kisah fantasi. tentang peri. dayita selalu suka makhluk itu. di atas ayunan yang tergantung di atas pohon, hayalannya terangkat, andai ia bisa bertemu peri, berkenalan, lalu berteman dan diajak mengunjungi dunia mereka, pasti akan hari-hari dayita akan penuh dengan warna. seperti lizzy griffiths teman manusia dari peri bernama tinkerbell. ah ia langsung berdoa untuk keinginannya yang satu itu.
tiba-tiba ....
bruk!
dayita terkejut dengan makhluk bersayap yang menabrak pohon di depannya. ia langsung merubah posisi untuk memastikan makhluk apa itu. apakah doanya terkabul?
chuakks!
"astagfirullah!" dayita terkejut dengan gerakan makhluk bersayap itu, kembali terbang dan hampir menabraknya. dayita refleks berbaring dan memejamkan matanya. "itu burung, bukan peri," ucapnya kecewa tanpa membuka mata.
"day!" asy memanggil, dayita langsung membuka mata.
ibunya menghampiri, ia berubah duduk dan menurunkan kaki untuk berhadapan dengan ibunya. "kenapa, bu?" tanya dayita khawatir saat berhasil menangkap raut tak biasa ibunya.
"ibu mau ke bunda Kia sebentar, ya. kalau mau makan, ibu udah masak sambal tauco sama goreng tempe. dayita makan duluan aja, jangan tungguin ibu," tutur asy begitu lembut kemudian mengusap kepala dayita tak kalah lembut.
mata itu ... suara itu ... terasa jelas terselip kesedihan, mengapa ibunya tak pernah lepas dari beban? mengapa dayita tak mampu mengangkat beban itu? dayita hanya mampu mengangguk, membiarkan ibunya pergi dengan langkah membawa keresahan. lagi-lagi tanya datang ke dalam benaknya. mengapa ia membiarkan ibunya pergi membawa keresahan?
karena dayita menyadari hanya bunda kia yang punya jawaban, hanya bunda kia yang bersedia membantu ibunya meringankan beban, hanya bunda kia yang memiliki hati seluas daratan, hanya bunda kia yang sudi memberikan pinjaman bahkan cuma-cuma dengan diiringi deretan kata baik tak mengolok-olok. dayita tahu tujuan ibunya datang ke sana, itu karena tenggat pembayaran uang bulanan dayita semakin dekat dan akan segera diadakan ujian akhir semester.
ah, ayah. dayita punya, bukan ayah kandung, tapi ayah sambung. dia orang baik, jika tidak dayita dan asy mungkin sudah modar-mandir pindah rumah, dari rumah saudara yang di sini, lalu pindah ke rumah saudara yang di sana, diusir dari sini, lalu diusir dari sana, kehujanan, kepanasan, kekeringan dan sebagainya. beruntungnya, ayah sambung dayita begitu baik, mau membangunkan ibunya rumah dan memberikan isi yang lengkap.
namun, lelaki itu bukan cuma punya satu istri, diluar sana ada tiga istri yang juga ia nafkahi. mungkin beberapa saat ia akan memikirkan kehidupan ibunya, tapi di saat yang lain ia juga harus memikirkan kehidupan ketiga istri lainnya di sana, jadi tak melulu tentang asy. ah, asy, semua demi dayita, apapun akan ia lakukan demi buah hati tercintanya hidup sesuai apa yang diinginkan, dirasa nyaman dengan hati tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA SENDU
Non-Fiction❝𝐒𝐨𝐬𝐨𝐤 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐦𝐮 𝐭𝐚𝐦𝐩𝐚𝐤 𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚. 𝐍𝐚𝐦𝐮𝐧, 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐤𝐮𝐭𝐚𝐡𝐮, 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐡𝐮𝐥𝐮 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐢𝐤𝐚𝐭 𝐫𝐚𝐠𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐮𝐦𝐮. 𝐀𝐭𝐚𝐬 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐤...