Sukma dan Kekacauannya
***
Taman bunga luas penuh harum dan warna, kini tengah dikunjungi sosok rupawan yang menawan banyak hati. Mungkin. Sebab karismanya kuat dan mengintimidasi, namun dilengkapi kelembutan dari geraknya.
Lelaki itu berjalan di tengah taman bunga, hanya sendiri, tak ada siapapun yang menemani. Tak butuh, ya, kali ini memang ia tak membutuhkan siapapun, hanya kesunyian yang ia rasa akan mampu mengertinya.
Rudita terus berjalan menyusuri, tatapannya kosong meski terpaku pada keindahan kelopak warna-warni di sekitarnya. Entah kemana, yang jelas jauh, tak ada di tempat, hilang fokus, seperti bukan dirinya. Tak ada pancaran ambisi lagi, seakan semangat yang sebelumnya panas membara, kini padam dan berubah dingin.
Bukan hanya raganya yang sendu, tapi juga jiwanya kini hampir bisa disamakan dengan jiwa Dayita. Meski perbedaannya, Dayita masih memiliki penawar, sedangkan Rudita kehilangan penawar itu.
Rudita berhenti sejenak. Notifikasi ponsel mempengaruhinya, ia membuka pesan dari nomor yang ia namai dengan hiasan emoticon manis.
From Jamanikaku 💜
"Aku mohon, berikan aku satu kali saja kesempatan untuk menjelaskan. Sungguh, Rud. Perasaanku amat dalam terhadapmu, tidak mungkin aku dengan mudah melepaskan rasa terdalam itu."
Menghela nafas, Rudita langsung mematikan tampilan layar ponselnya tanpa keluar dari aplikasi terlebih dahulu, rautnya lelah menahan muak. Ia kembali menyimpan ponselnya dalam saku.
Jamanika tak ada bedanya dari mantan-mantannya, berkhianat tanpa alasan yang kuat. Mereka akan memberikan alasan yang tak masuk akal, mencetuskan 'bosan' setelah segala sikap yang meratukan ia lakukan.
Untuk kesekian kalinya ia merasakan sakit karena penyebab yang sama, alasan yang sama, dan keputusan yang sama.
Terasa ingin untuk memastikan lagi, Rudita membuka aplikasi Instagram, mengecek kembali akun lelaki yang ia yakini sebagai pencuri kekasihnya atau dapat disebut partner selingkuh kekasihnya. Dan, mengecewakan. Postingan itu masih bertahan, gambar yang menjelaskan betapa romantisnya mereka berdua di belakang Rudita. Lelaki berkacamata itu sangat berani rupanya. Sungguh, apalagi yang ingin Jamanika jelaskan.
Tak mau berfikir panjang dan mengenang masa lalu yang hanya membuatnya sesak, Rudita beralih pada kontak dan menghapus nomor Jamanika tanpa gemetar.
Selesai, sudah benar-benar selesai. Mata Rudita mengitari pemandangan di sekitarnya. Untuk apalagi ia di sini? Bodoh! Rudita menghakimi dirinya terlalu diperbudak cinta, dengan langkah tegas dan tatapan tajam penuh keyakinan ia bergegas meninggalkan tempat seribu kenangan itu.
Di sisi dunia yang berbeda ....
DAYITA SAKIT MENTAL.
IBUNYA TERLILIT HUTANG.
GUE BENCI LO, DAYITA.
Bibir Dayita bergetar, namun membisu. Tubuhnya membeku, tatapannya terpaku. Semua itu sebab tulisan di dinding rumah kosong yang diperuntukkan jelas untuknya.
Siapa yang menulisnya?
Dayita berbalik seraya menelan saliva meski sulit. Ia berjalan menunduk, ingin mengabaikan. Sayangnya, semua itu membuat rasanya semakin rumit.
Siapa yang membencinya?
Punggung Dayita terasa didorong kuat, dan ....
Bruk!
Ia jatuh menghantam pagar kayu, roboh seluruh pagar itu karena tubuhnya.
Dayita meringis kesakitan, dalam duduknya yang menyiksa, ia melihat telapak tangannya. Darah keluar dari kedua telapak tangan itu, air mata Dayita menetes, tak sanggup lagi berpura-pura tegar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA SENDU
Non-Fiction❝𝐒𝐨𝐬𝐨𝐤 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐦𝐮 𝐭𝐚𝐦𝐩𝐚𝐤 𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚. 𝐍𝐚𝐦𝐮𝐧, 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐤𝐮𝐭𝐚𝐡𝐮, 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐡𝐮𝐥𝐮 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐢𝐤𝐚𝐭 𝐫𝐚𝐠𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐮𝐦𝐮. 𝐀𝐭𝐚𝐬 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐤...