2020.3

10 4 0
                                    

Penumpang Motor Vespa

***

"Day, beneran nggak mau gue anter?"

Dayita selesai memakai sepatunya, kemudia ia berdiri dan menghadap Anna menunjukkan senyumnya. "Beneran, Na ...," jawab Dayita. "Ini udah kesekian kalinya, loh, lo nanya gitu," lanjut Dayita agak jengkel.

Anna memanyunkan bibirnya. "Gue agak kecewa, nih."

Mendengar penuturan itu, Dayita mengernyit bingung. "Kecewa karena gue nggak mau di anterin?" Dayita menghela nafasnya tak percaya. "Yaelah, Na, rumah lo sama rumah gue, tuh, nggak jauh-jauh amat, gue jalan juga nggak bakal gempor," cerocos Dayita menghentikan bibir Anna yang terbuka ingin menyela.

"Ih bukan karena itu!" kesal Anna menoyor bahu Dayita.

"Lah, terus apa?"

Anna bersidekap dada dan membuang pandangannya dari Dayita, menatap dingin dedaunan di depan rumahnya yang masih menitikkan air bekas hujan lebat beberapa menit lalu. "Nggak jadi ketemu sama Kak Rudita."

Mendengar nama dari sosok yang dipuja dan bertahta di hatinya saat itu, Dayita berdehem mendadak kaku.

"Tadi dia bilang mau ketemu di Cafe Cihuy, tapi, kok, mendadak ngebatalin. Gue, kan, jadi kesel." Wajah Anna semakin memberenggut.

Mata Dayita berlabuh serius di wajah Anna. "Emang lo seserius itu suka sama dia?"

Pertanyaan Dayita membuat Anna meluluh, ia berhenti memberenggut dan menggeleng pelan. Tatapan yang memancarkan kemarahan sebelumnya, berubah layu memandangi tanah. "Gue cuma penasaran aja, sih?"

"Terus kenapa lo kecewa?"

"Nggak pantes, ya?"

Dayita menggidikkan bahunya.

"Ya ... kali aja gitu kalo udah ketemu bakal serius."

Lagi-lagi Dayita hanya menggidikkan bahu. Bertingkah tak perduli padahal hatinya amat gelisah. "Mungkin emang bukan jodoh."

"Ah, lo, mah, gitu."

"Ah, udah gue mau pulang, udah sore, nih."

"Ck!" Anna berdecak. "Kata gue juga nginep di sini, kita bergadang nyelesain tugas, besok, kan, weekend ini," usul Anna untuk yang kedua kalinya.

 "Alah, alesan doang begadang ngerjain tugas, aslinya, mah, begadang nonton drakor."

"Aduh-aduh, tau aja lo." Anna tersenyum penuh arti. "Jadi mau, ya, nanti gue yang izin ke Mak lo, oke? Gue beliin jajanan banyak, deh." Anna memang Anna, tak akan pernah menyerah sebelum yang ia ingin dapat tercapai. Namun, dalam urusan tugas sekolah usaha pantang menyerahnya itu sedikit kotor, bermodal 'jajanan' Anna biasanya akan berhasil menarik mangsa. Tahu apa yang Anna maksud mengajak Dayita menginap dan bergadang mengerjakan tugas? Kemudian tentang drakor dan jajanan? Maksudnya, tugas akan menjadi urusan Dayita dengan ditemani berbagai jajanan yang ia mau, sedangkan drakor menjadi urusan Anna, juga dengan jajanan.

Apa bedanya? Sama-sama bergadang dengan jajanan, bukan? Hum, jelas beda. Dayita dnegan jajanan dan isi kepala penuh. Sedangkan Anna dengan jajanan dengan isi kepala bebas.  Astaga.

"Nggak mau!" tolak Dayita dengan tegas sedikit berteriak akibat imajinasinya yang berkeliaran ke mana-mana, sontak respon itu membuat Anna kembali cemberut. "Udah, gue mau pulang, selesain sendiri sisanya, ya. Assalamu'alaikum!" Dayita langsung berbalik dan berlari menjauh dari Anna, tidak mau mendengar protesan.

"Wa'alaikumussalam, nggak mau, lo aja besok!"

Dayita berhenti sejenak di depan gerbang. "Gue aduin lo ke Miss!" ancam Dayita sebagai senjata dan menjulurkan lidahnya.

RAGA SENDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang