Chapter 2

1.4K 71 1
                                    


"Aku gak akan pernah tinggalin Seokmin. Kalo Seokmin, mau tinggal-tinggalin Jisoo gak?" 

 "Gak mungkin saya tinggalin kamu."


---*---


"Jadi kalian nikahnya kapan?" Ibu Seokmin menatap lurus putranya dan sang kekasih yang duduk sedikit tegang di sofa sebelah kanannya. Kedua tangan lentiknya santai mengambil secangkir teh dan menyesapnya pelan.

"Mas masih belum selesai sekolah Bu jadi..."

"Jadi abis kamu selesai spesialis kan? Langsung nikah kan?" perempuan berusia awal 60 itu menatap santai putranya yang terlihat gugup.

"Shua terserah Mas Seokmin aja." Jisoo yang membaca situasi makin kikuk, angkat bicara. Melebarkan senyum manis nan lembutnya, menjawab 'calon ibu mertuanya'.

"Gimana Mas? Nanti Ibu booking Plataran-nya biar gak ditunda-tunda. Meski Bapak kenal baik sama pihak sana, pasti tetep waiting list. Ibu gak suka diburu-buru."

'Ya tapi Ibu buru-buruin Seokmin.' tentu ucapan itu hanya sanggup ia simpan di dalam hati. Mana mungkin Seokmin bisa melayangkan protes pada perempuan tercintanya ini?

"Shua bisa masak?" gantian Jisoo yang menjadi target selanjutnya. Masih dengan senyum secerah matahari, Jisoo mengangguk pelan, etika.

"Yang sederhana aja Bu, steak, spaghetti, sandwich, soup, sama..."

"Seokmin sukanya makanan rumahan. Sayur bening bisa? Sop? Ayam bumbu kuning?"

"Bu..." Seokmin pening, aduh Ibunya ini!

"Shua mau belajar Bu. Nanti Shua ikut kelas masak sama nonton Youtube."

"Bikin sayur bening kok pake ikut kelas segala? Abis ini ikut Ibu ke belakang ya. Ibu mau masak." Ibu Seokmin tersenyum tipis. Raut wajahnya lembut tapi cukup membuat Jisoo merinding. Mati.

"Iya Bu." seumur hidup, Jisoo terlatih menjadi pendebat yang hebat. Alasan utama kenapa karir sebagai pengacaranya moncer pesat. Seokmin sudah mewanti-wanti bahwa berbicara dengan Ibunya butuh skill yang sedikit berbeda dari yang biasa Jisoo lakukan sebagai profesional. Tapi Jisoo tak pernah bayangkan bahwa beginilah maksudnya.

"Ibu sama Bapak nanti ngomong dulu sama Pakde soal pemberkatan dan resepsi. Bulan depan kamu gak bisa cuti ya? Kita ketemu keluarga besar biar nanti bisa ke Jakarta dan ketemu orangtua Shua. Shua, Papi sama Mami di LA terus atau ada rencana ke Jakarta?"

"Bisa Bu, Papi sama Mami masih suka bolak-balik. Kemarin Papi sama Mami di LA karena ada urusan pekerjaan. Kami masih sering tinggal di Jakarta." Jisoo membalas genggaman tangan kanan Seokmin yang sedari tadi menjadi emotional supportnya. Jisoo tak pernah tau bahwa segalanya bisa secepat ini.

"Bu, apa gak sebaiknya ditunda dulu sampai Seokmin setidaknya selesai spesialis?" Seokmin mencoba bernegosiasi dengan Ibunya. Sekuat tenaga menyelamatkan Jisoo yang mulai berkeringat dingin di sampingnya.

"Lho, kan memang hajatannya setelah kamu selesai sekolah? Bener dong Ibu? Shua aja gak keberatan. Ya kan?"

"Hmmm..." Jisoo meneguk ludahnya pelan, masih dengan senyum di bibirnya.

"Kita kan baru lamaran Bu..."

"Justru itu! Satu tahun itu lama sekali sejak kalian akhirnya lamaran. Mau ditunda sampai berapa lama? Pamali lho menunda-nunda pernikahan apalagi sudah lamaran."

With You (Seoksoo) - Second Life UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang