Chapter 12

1.3K 59 2
                                    

"Saya minta maaf. Saya mau perbaiki semuanya. Saya salah." 

Warning!
mention of mental illness, suicidal thoughts, relationship abuse

---*---


"Tekanan darah rendah, nutrisinya kurang, berat badan turun drastis, hhhmmmmm Jisoo, what happend?" Jihoon menatap lurus Jisoo yang membisu di depannya, arah matanya kemudian menuju Seokmin sebagai terdakwa lainnya.

"I'm so sorry, gue gak mau tau urusan pribadi kalian sama sekali. Tapi ini ekstrem. 5 kilo lebih turun tapi gak ada tanda hyperemesis. Mual-muntah normal, tekanan darah rendah sekali. Udah berapa minggu sulit tidur kok sampe begini?"

Seokmin membasahi bibirnya yang mendadak kering.

10 tahunan ia bersekolah kedokteran. Karirnya pun sungguh gemilang. Nyaris seluruh orang tua di Ibu Kota selalu merekomendasikan dirinya sebagai DSA terbaik dengan waiting list mengerikan. Lihatlah nyatanya? Ilmu apa yang sudah ia terapkan dengan benar pada Jisoo dan bayinya?

"Jisoo?"

"Ada sedikit problem di rumah." Seokmin menyela ucapan Jihoon saat diliriknya Jisoo mulai tertekan.

"Mas ke psikiater coba. Anger managementnya payah banget. Harus sampe kayak gitu ya? Gila marahin anak orang kayak kesetanan!"

Ucapan Seungkwan terngiang di kepalanya. Berhari-hari ia memikirikan kembali hubungannya dengan Jisoo yang jauh dari kata sehat. Padahal Seokmin tau betul jika modal besar seorang bayi bisa terlahir sehat adalah dari 'Ibu'nya yang juga sehat dan....bahagia.

Sudahkah ia membahagiakan Jisoo selama ini?

"Aku harap bisa segera diselesaikan. Minggu depan kontrol lagi ya, seminggu sekali. Aku mau lihat perkembangannya. Kalo ada apa-apa, langsung hubungi kayak biasa ya Dok. Jisoo, vitaminnya aku tambah. Relaksasi sama rekreasi jangan lupa. Jangan banyak pikiran."

Jangan banyak pikiran.

What a strong words.

Seokmin meneguk air liurnya. Apa yang sudah Seokmin perbuat?

"Seokmin gak akan ninggal-ninggalin Jisoo!"

Seokmin di sini. Selalu bersama Jisoo. Raganya mungkin iya, namun tidak dengan jiwanya.

Seokmin yang Jisoo kenal telah pergi. Entah ke mana. Jisoo tak mengenal Seokmin lagi.

Pun sebaliknya.

"Coba mulai komunikasi baik-baik. Jisoo was so bright and positive. Orangnya sangat menyenangkan dan terbuka. Pelan-pelan yakinkan diri sendiri kalau dia pasti akan terima juga segala kegelisahan di kamu. Sebelum meledak, time-out dulu. Tenangkan diri di ruangan lain. Afirmasi diri bahwa kamu adalah satu-satunya yang bisa kuat kendalikan diri sendiri. Kamu bisa. Cuti dulu dan jauh-jauh dari segala tekanan. Dari pekerjaan, dari Ibu, even mungkin social media. Menepi sejenak. Ingat lagi kalau kamu sayang Jisoo. Jisoo deserves all the love from you. You're the one and only man that deserves him."

Victor, psikiater yang ia datangi. Teman bermain baseballnya sejak kuliah. Kakak kelas Jisoo juga ternyata meski saat Jisoo masuk SMP dan Viktor di tahun ketiga SMA tapi mereka sering hang-out karena menyukai band yang sama.

Seokmin tak pernah sadar dan tau bahwa selama beberapa bulan ini ia berubah seperti monster. Ia seolah lupa sama sekali bagaimana cara menyayangi dan mencurahkan segala cintanya untuk Jisoo. Seokmin sudah salah. Kelewatan.

"Ini gimana..." Jisoo tergugu di ujung ranjang. Menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bingung dan ketakutan. Ia gagal. Baby G terancam sakit dan kehamilannya bisa saja beresiko tinggi karena Jisoo yang gagal menjaga si bayi.

With You (Seoksoo) - Second Life UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang