"Aku mau happy. Aku mau happy sama bayi. Aku mau happy."
---*---
"Yang? Jihoon? Yaaanggg...haloo??"
"Aww!! Kamu apa-apaan sih?" enteng tangan kiri Jihoon mengeplak paha suaminya.
"Gigit-gigit pundak! Apa coba?" Jihoon mengelus pundak kirinya yang digigit gemas oleh sang suami.
"Ya abis, dari tadi dipanggilin gak nyaut. Bengong aja. Kan aku lagi ngomong." Soonyoung masih meringis sembari mengelus pahanya yang masih terasa panas. Bukan salah Soonyoung kan?
"Kenapa? Akhir-akhir ini keliatan banyak pikiran. Aku dicuekin. Kenapa sayangku? Omongan siapa lagi yang ganggu nih kepala kecil ini nih. Meledak nanti kalo mikirin omongan orang terus." Soonyoung mengusak kepala Jihoon sayang. Sejujurnya ia agak kesal.
Jihoon dan Soonyoung, pasangan yang sudah menikah kurang lebih dua tahun ini masih belum selesai melewati honeymoon phasenya. Setiap hari hanya ada tawa, ungkapan sayang, Soonyoung bahkan lupa kapan terakhir mereka benar-benar cekcok atau tak saling sapa seperti saat mereka berpacaran. Tak ada. Hanya ada bahagia.
Beberapa hari ini Jihoon nampak berbeda. Seringkali terlihat melamun dan tak bersemangat, "Nanti kalo emang udah waktunya, pasti bakal dateng bayinya. Jangan dipikirin."
Soonyoung menatap serius Jihoon yang malah sibuk memilin tali sarung guling. Enggan buka suara padahal Soonyoung sudah mengoceh tiada henti.
Bukannya menjawab, Jihoon malah menghela napasnya berat sekali. Benar kata Soonyoung, pertanyaan orang-orang soal apakah Jihoon sudah hamil? Kapan kalian punya bayi? Coba deh program ini! Memang membebani Jihoon sekali.
Jihoon itun obgyn. Dokter kandungan. Dan seolah dipertanyakan kredibilitasnya, ia yang menikah 2 tahun ini belum ada dihampiri tanda-tanda akan memiliki bayi. Tak hanya beban soal bayi, namun segala kerja keras disertai jam terbangnya seolah dipertanyakan kembali.
"Bukan itu." Jihoon mencicit. Ada faktor lain yang membuat Jihoon begitu gundah seperti malam ini.
"Bilang gak ya?"
Jihoon tau sekali mengenai kode etik bahwa ia tak boleh membocorkan sedikitpun mengenai keadaan pasien selain wali atau orang-orang yang memang pasien itu ijinkan. Tapi soal Jisoo...
Entahlah.
Jisoo dan Soonyoung berteman sejak lama. Sejak SD bahkan. Mereka begitu akrab dan saat pertama kali Jihoon mengenal Jisoo, ia langsung....jatuh cinta?
Jisoo orang yang sangat menyenangkan. Baik sekali perangainya. Begitu manis dan sangat wajar jika orang sekelilingnya begitu menyayanginya. Jihoon pun sama.
Tapi seminggu sekali harus melakukan kontrol pada kandungan Jisoo yang keadaannya naik-turun cukup ekstrem, ditambah keadaan Jisoo yang memang jauh dari kata baik. Jihoon merasa butuh seseorang untuk dicurhati.
Biasanya Soonyoung yang akan menjadi tempat sampahnya, namun semua pasien adalah anonim. Jihoon tak pernah membocorkan identitas mereka. Tapi rasanya jika tak membahas ini karena pasien yang dimaksud adalah orang yang mereka kasihi, rasanya tak lega juga.
"Cerita sayang. Ada apa?" tangan Soonyoung menyelipkan rambut yang jatuh menutupi mata Jihoonnya ke belakang telinga. Nampaknya kasus ini cukup serius karena jujur saja Soonyoung gemas sudah berminggu-minggu sering didiamkan dan ditinggal melamun oleh Jihoon yang sama sekali enggan bercerita.
"Aku...kalo aku hamil, kamu akan support aku terus kan?" memberanikan diri Jihoon menatap suaminya. Lelah ia bergelut dengan kegelisahan. Sudahlah, urusan kode etik pikir belakangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You (Seoksoo) - Second Life Universe
Fanfiction"Gak mungkin saya tinggalin kamu." "Gak ninggalin tapi nyakitin. Nyakitin Jisoo gak nanti?" "Gak akan. Gak akan pernah Jisoo. Aku gak bakal nyakitin kamu. Gak mungkin. Aku gak akan bisa kayak gitu. Gak bakal." mpreg, married life, bxb