"Iya, hatinya Babab sedih, kenapa ya Gia begitu barusan? Babab sedih sekali. Babab marah,"
........
"Salim sama Bapak, Non," Jisoo menuntun tangan Gia untuk menyalami Seokmin yang akan berangkat kerja. Masih dengan mata berkaca-kaca, kesal karena kenapa bukan Bapak yang hari ini akan memandikan Gia? Kenapa Bapak kerja pagi-pagi sekali sampai tidak sempat?
"Aaaaa...." rewel kan jadinya?
Jisoo memberikan Seokmin kode isyarat mata, menyuruhnya segera berangkat sebelum tangis Gia kembali pecah.
"Non, nanti sekolah kan sama Babab? Nanti habis kita sarapan? Hmmm?" Jisoo harus putar otak, ia paham Seokmin begitu merasa bersalah. Urusan memandikan Gia memang tugas Seokmin dan hari ini ia harus absen karena bayi-bayi kecil sudah mengantri.
"Non, nanti sore baru Bapak yang mandiin hmm? Main bubbles? Yang kemarin mainan bubbles-nya Bapak pasangin itu? Hmmm?" Seokmin mengusap pipi basah putrinya, duh kasihan. Musim pancaroba begini memang banyak anak sakit yang membuat jam kerja Seokmin otomatis berantakan sekali. Biasanya ia berangkat pukul 9 pagi, kini jam 7 paling tidak ia sudah harus berada di klinik.
"Eeuungggg endak, sekarang. Mau sekarang Bapak!" tangan kanannya mengayun, memukul tangan Seokmin yang barusan menyentuh wajahnya. Marah.
"Eyyy no, Gia. Tidak memukul. Bapak cuma berangkat kerja. Nanti sore kan sama Bapak lagi dimandiinnya. Eyyy Gia..." Jisoo menahan tangan kanan Gia dengan tangan kirinya yang bebas, membalikkan badan dari Seokmin yang menatap penuh arti Jisoo yang mulai mendisiplinkan Gia.
Terrible two.
Memang mitos. Toh fase perubahan emosi pada anak memang terjadi setelah usianya menginjak lebih dari satu tahun hingga besok empat tahun. Jisoo juga tau. Tapi jujur, ia agak kelimpungan dengan perubahan emosi Gia yang sungguh selalu membuat kesabarannya di ujung tanduk.
Jisoo mengalami babyblues cukup lama, Gia menangis saja ia bisa ikut menangis di samping si kecil saking frustrasinya. Kemudian ini, ketika si kecil mulai begitu aktif dan 'kreatif' di rumah. Ditinggalkan berdua saja dengan Jisoo yang masih kekeh dan sok tau ingin mengurus sendiri Gia. Kerepotan sendiri jadinya.
"Say sorry sama Bapak. Dipukul itu sakit, Gia. Tidak boleh memukul," kalau sudah bibir manis itu memanggil si cantik dengan nama, Seokmin sudah paham bahwa Jisoo sedang dalam mode tegas. Tak ada panggilan sayang, Gia harus dengar dan mengerti kata-katanya.
"AAAARRGGHH!!" tapi apa yang ingin diharapkan dari bayi 27 bulan yang menjerit di depan wajah Bababnya sekarang?
"Non..."
Jisoo berbalik sedikit kemudian menggeleng pelan. Tidak, Seokmin ikut menginterupsi hanya akan mengacaukan sesi heart to heart romantis Babab dan Gia, jadi laki-laki itu memilih mundur dengan berat hati dan meninggalkan mereka berdua. Seokmin hampir telat!
KAMU SEDANG MEMBACA
With You (Seoksoo) - Second Life Universe
Fanfiction"Gak mungkin saya tinggalin kamu." "Gak ninggalin tapi nyakitin. Nyakitin Jisoo gak nanti?" "Gak akan. Gak akan pernah Jisoo. Aku gak bakal nyakitin kamu. Gak mungkin. Aku gak akan bisa kayak gitu. Gak bakal." mpreg, married life, bxb