3. Halusinasi

1.9K 245 35
                                    

"Tom... Tom bangunlah." Suara lembut itu terdengar mendayu.

Tom kemudian membuka matanya pelan, untuk melihat siapa yang telah berani mengganggunya.

"Tom... Bangunlah." usapan lembut itu terasa nyata di wajahnya.

Nyatanya Tom tidak percaya dengan apa yng dihilhat. Apakah ini mimpi? Ataukah halusinasi?.

"Harry, kau kah itu?" bisiknya sendu.

"Ayo bangun, ini sudah pagi. Kita harus segera sarapan."

Harry terlihat menarik tangannya untuk bangun.

"Apakah ini nyata?" semakin tak percaya.

"Lalu kau pikir ini khayalan? Ayo bangun, sebelum aku menyeretmu untuk cuci muka." wajahnya terlihat bercanda.

"Aku... Aku merindukanmu!" kemudian Tom bangun dan memeluk Harry erat. "Kupikir kau tidak akan pernah sudi menemuiku lagi... Ini bukan khayalan kan? Apakah hidupku kemarin hanyalah mimpi mengerikan?"

Tom terus menangis dengan pelukannya semakin erat, seolah takut kehilangan lagi.

"Apa yang kau katakan? Kau bersikap aneh hari ini Tom."

Harry terlihat menghela nafas pelan.

"Syukurlah ini bukan mimpi." Wajahnya terlihat sangat lega. "Aku menangis seperti bayi hari ini, memalukan." Tom terkekeh geli.
.
.
.
.

Netra merahnya terus menatap Harry dengan memuja, sangat lekat. Seolah jika tak ingin terlewat meski hanya sedetikpun.

Harry begitu cantik ketika memasak, bahkan apron yang melilit badannya tak menghalangi kecantikan natural itu.

"Kenapa tidak menyuruh peri rumah? Mereka bisa memasak untuk kita."

Harry terlihat menggeleng pelan.

"Istrimu aku atau peri rumah? Lagipula memasak sangat menyenangkan untukku." senyum indah terus mengembang di bibirnya.

Perkataan itu membuat Tom semakin jatuh cinta. Di antara lamunan itu, Tom mendengar suara bayi yang menangis.

"Sebentar, Altair menangis. Sepertinya dia sudah bangun."

'Altair? Apakah mereka memiliki anak?' pikirnya bingung.

Tak lama Harry datang dengan bayi mungil di gendongannya, tangisan bayi itu terdengar semakin keras. Terjawab sudah pertanyaan dalam pikirannya selama ini, dirinya dan Harry memiliki seorang anak.

"Tom, bisakah kau memegang Altair sebentar saja? Aku harus menyelesaikan masakan ku sebentar lagi."

Tom mengangguk cepat.

"Tentu, kenapa tidak? Dia juga anakku bukan."

Harry tersenyum ganjil, sementara Tom tidak menyadarinya.

"Tentu, dia adalah anak kita."

Tom mengambil bayi mungil itu dalam pelukan Harry dengan sangat hati-hati, seolah takut menyakitinya.

Wajahnya tersenyum lembut. Namun senyuman itu berubah menjadi rasa syok.

"Ha...Harry, kenapa dengan Altair? Apa yang terjadi? Kenapa wajahnya berdarah?" Tom terus bertanya dengan panik.

Sementara Harry tetap tersenyum seolah tidak ada rasa khawatir, wajahnya kemudian berubah dipenuhi darah yang keluar dari lubang hidung dan mulut.

My Baby Mate II (TOMARRY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang