Semua orang telah mengetahui tanda itu, tanda yang muncul disaat Harry telah kembali terbangun dari kritisnya. Tanda Mate yang baru muncul disaat Harry sudah menginjak usia 18, itu sangat telat memang dan hal tersebut bukanlah maslaah. Tapi yang menjadi masalah adalah Voldemort, Tuan mereka yang sudah mempunyai Istri dan anak yang menjadi Mate Harry.
Sebuah kabar buruk bagi keluarga Malfoy, melihat bagaimana Daphne yang ketakutan kelihalangan Tuan mereka selama bertahun-tahun. Lalu tiba-tiba saja Harry muncul sebagai Mate suaminya.
Dan mungkin saja Daphne bisa menyingkirkan Harry tanpa banyak bicara. Meski sebenarnya hubungan Daphne dan Tuan mereka juga di dapatkan dengan cara yang buruk.
Itu membuat Astoria semakin khawatir tentang keadaan anaknya jika terus-terusan tinggal di Britain Sihir Raya. Dia sangat tau kakaknya, sejak dulu Daphne akan melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya, bahkan rela mendorong Astoria dari tangga saat berumur 5, hanya demi sebuah boneka yang dirinya baru dapatkan dari sang Ayah.
"Mommy, bolehkan aku pergi keluar. Bersama Marco?" Harry muncul diambang pintu kamarnya dan menyadarkan Astoria yang melamun di depan meja rias.
"Marco datang kemari?"
Harry mengangguk pelan, menatap ibunya penuh harap.
"Tentu, kami memiliki janji untuk bertemu. Seharusnya sejak minggu kemarin, tapi aku masih sakit di minggu kemarin."
"Harry, kemarilah!" kedua tangannya terulur.
Harry mendekat, lalu memasuki ruang kosong pelukan hangat milik ibunya. Astoria mengelus rambut lembut anaknya, lalu mengecup dahi Harry dengan pelan.
"Berhati-hatilah, jangan buat Marco repot dengan tingkahmu."
"Terimakasih Mommy, aku menyayangimu."
Lalu Astoria menatap Harry dengan lekat dan memegang bahu anaknya erat.
"Pergilah, pasti Marco susah menunggumu." Wajah cantiknya kembali tersenyum. "Pakailah ini, kalungnya akan melindungimu dari bahaya." tangannya memasangkan kalung perak dengan bandul hijau pada Harry, kalung jimat yang telah dimantrai olehnya.
"Kalau begitu aku pergi!" Harry semakin semangat dan bahagia. "Bye, Mommy!" melambaikan tangannya penuh kegembiraan.
"Berhati-hatilah, Nak!"
.
.
.
.Tangannya memeluk tubuh kokoh Marco dengan erat, sementara Marco mengendarai sapu terbangnya dengan keren. Harry terpukau ketika melihat Britain Sihir dari atas ketinggian.
Dulu saat pertama datang kemari, dia juga menaiki sapu terbang bersama Ayahnya. Tapi pemandangan Britain Sihir tidak begitu jelas, ada awan kabut yang menutupnya.
"Kau suka terbang?" Suara Marco terdengar kecil terhempas angin.
"Ya, ini menyenangkan!" Antusiasmenya sangat tinggi. "Semuanya terlihat jelas disini."
"Kalau begitu, mari kita kesana!" tunjuknya pada sebuah bukit dekat kastil mewah.
"Kastil apa itu?" tempat yang sangat mencuri perhatian Harry, karena bangunannya sangat megah mirip istana. Ataukah memang istana? Dia juga tidak tau.
"Tempat tinggal Dark Lord, pemimpin kita."
Mengangguk pelan, bayangannya kembali teringat. Ketika dia tersesat ke kastil tersebut, akibat ulah Scorpius yang usil. Pantas saja dirinya sulit menemukan jalan untuk keluar, karena tempatnya juga sebesar itu.
"Begitu ya..." bisiknya pelan.
"Harry, hewan sihir apa saja yang pernah kau lihat?"
Harry mulai berpikir, menatap punggung Marco dengan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Mate II (TOMARRY)
RandomDunia terus berputar, sementara Tom tetap terdiam di tempat yang sama. Tak ingin melangkah ataupun pergi, hanya ingin disini... Tetap disini, menjalani waktunya yang telah mati bersama hari penguburan tanpa jasad milik kekasihnya yang dia khianati. ...