15. Dia?

1.3K 182 25
                                    

Harry tak tau, kenapa dirinya berjalan sendirian di hutan yang pernah dirinya kunjungi bersama Marco beberapa hari yang lalu. Awalnya ketika dia terbangun dan mulai gelisah di malam hari, lalu memutuskan untuk mengambil sapu terbang milik Scorpius secara diam-diam. Lalu pergi sendirian di tengah dinginnya udara malam tanpa sepengetahuan keluarganya.

Meski jujur saja, ini pertamakalinya dia menaiki sapu terbang. Namun memberanikan diri untuk mengendarainya hanya dengan bermodalkan nekat dan ingatan di masalalu, dirinya ingat dulu pernah menjadi Seeker yang hebat. Walaupun sepertinya keahlian yang dulu tidak ikut terbawa kemasan sekarang. Karena apa? Karena dirinya bahkan mendarat ketanah dengan keras setelah bingung tidak tau caranya turun dari ketinggian. Sapu itu, bahkan seperti terlihat marah padanya, andai jika dia bisa berbahasa manusia.

Jadi dengan langkahnya yang pincang, Harry berjalan menelusuri hutan yang gelap ini. Mengandalkan cahaya dari tongkatnya, sementara dia mulai merasakan sakit di kakinya yang terluka.

"Apakah ini jalan yang benar?" bisiknya bingung.

Seingatnya, beberapa hari yang lalu. Jika tidak salah, maka jalan yang di telusuri ya akan membawa Harry menuju danau dimana Kelpie berada.

"Arrgghhh..." Menjerit keras ketika kakinya tak sengaja menginjak benda panjang besar dan bersisik.

'Stttthhh...' suara desisan ular itu terdengar.

Harry membelalak ketika melihat ular tersebut sangatlah besar, seekor ular boa yang lebih besar dari badannya sendiri. Bahkan mungkin ular itu bisa melahap badannya hanya dengan satu suapan.

"Ja-jangan mendekat!"

'Aku tidak akan menyakitimu...'

Ular itu berbicara dalam Parseltongue dan anehnya Harry mengerti. Membuat Harry bingung bukan main. Seingatnya dia tidak bisa bahasa ular, atau dia yang tidak tau?

"Pergilah!" Harry masih saja tetap ketakutan.

'Kau terluka?' Ular itu malah mendekat kearah kaki Harry yang berdarah, lalu me julukan lidahnya. 'Kemarilah dan ikuti aku, mungkin Tuanku bisa membantumu.'

"Benarkah?" ujarnya ragu, namun entah kenapa Harry malah mempercayai ular itu dan mengikutinya dari belakang. Keheningan hanya terasa di antara mereka, Harry merasa jika ular itu sangatlah pendiam, ataukah hal tersebut memang sifat asli mereka?. "Ngomong-ngomong, siapa namamu?"

'Nagini, panggil aku Nagini saja.'

Harry merasa tidak asing dengan nama ular tersebut, seperti pernah mendengar namanya.

"Nagini, namamu seperti perempuan." Harry tertawa kecil.

'Aku memang perempuan.'

Hal itu membuat Harry terkejut dan menatap Nagini aneh.

"Kupikir kau laki-laki, karena badanmu besar."

Tapi sayangnya hal tersebut membuat Nagini tersinggung dan menatap Harry tajam.

"Oow... Maafkan aku." bisiknya pelan, ternyata Nagini bukan ular yang terlalu ramah.

Nagini berhenti merayap, membuat Harry ikut menghentikan langkahnya. Dia menatap kedepan dengan pandangan tidak jelas karena gelapnya malam dan minim cahaya, ada seorang pria tak jauh di hadapan mereka.

'Tuanku, ada seseorang yang kubawa. Dia membutuhkan bantuanmu sepertinya.'

Pria itu berbalik dan menunduk kebawah, menatap Nagini lalu mengelusnya pelan. Harry bisa merasakan slowmotion dalam waktu ini, ketika melihat seorang pria yang sangat tak asing baginya. Bagaimana dia tidak sadar, jika ular itu adalah milik Voldemort, Matenya? Tapi maaf, dia tidak mau mengakui hal tersebut.

My Baby Mate II (TOMARRY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang