9. Permasalahan

1.3K 210 16
                                    

Astoria menatap anaknya khawatir. Harry belum terbangun juga sejak kemarin malam. Dia tidak peduli jika pesta berubah menjadi hancur, karena baginya Harry lebih penting.

Terutama Draco, bahkan pria itu tidak pernah tidur dan selalu sabar menunggu meski harus begadang semalaman.

"Maafkan kami, seharusnya kami tidak egois." Matanya menatap penuh rasa bersalah, ketika melihat Harry yang terbaring dengan wajah pucat ya.

"Astoria? Istirahatlah, biar aku yang menjaganya."

"Tapi kau juga belum tertidur semalam."

"Ada Father dan Mom. Mereka bersedia untuk menjaga Harry secara bergantian. Aku akan istirahat setelah mereka datang kemari."

"Tapi..."

"Tidurlah, kau yang paling butuh istirahat disini. Harry akan sedih jika melihatmu kacau."

Draco juga terlihat sangat kacau, tapi pria itu lebih mementingkan Astoria dan Harry. Karena berfikir jika semua yang terjadi adalah kesalahannya.

"Kalau begitu, tolong jaga Harry dengan baik. Aku akan membawa baju ganti untukmu dan Harry saat kembali kemari."

"Tentu." Draco mengangguk.

Pada intinya, mereka semua merasa kacau dan juga bersalah.

Draco kembali memandang Harry ketika Astoria pergi. Tangannya mengelus pipi putih pucat itu dengan lembut.

"Hawwy pasti kesakitan. Maaf, ini salah Daddy yang terlalu memaksamu."

Tidak tau apa yang akan terjadi setelah ini, Draco sangat menyesal. Pertunangan anaknya gagal karena mungkin mereka tidak direstui oleh Merlin. Lalu setelah ini, mungkin juga Lord akan mengambil Harry untuk dimilikinya sendiri.

Harry benar-benar berada dalam bahaya. Setelah semua ini terbongkar, mungkin hidup anaknya tidak akan sama lagi seperti dahulu. Tidak ada tempat aman untuk Harry pijak, selama mereka masih dalam pengawasan Lod dan jangkauannya. Pria itu pasti akan selalu mengejar Harry dengan semua koneksi yang dirinya dapat. Percuma kembali bersembunyi dan kabur, semuanya akan sia-sia.
.
.
.
.

Aaron menatap ibunya yang menangis menjerit seperti orang tak waras. Dia sudah muak hidup seperti ini selama belasan tahun dalam keluarganya yang tak normal.

"Tidakkah kau juga memikirkanku?" Aaron menatap ibunya dengan muak. "Hampir setiap hari dalam hidupmu, kau habiskan dengan menjerit dan menangis. Tidakkah kau bosan?"

"Kau tidak mengerti! Kau hanya bisa menghina ibumu ini."

"Kau juga tidak mengerti diriku. Menghabiskan seluruh hidupmu untuk berdandan dan bersolek. Tapi Father tak peduli, bahkan melihatmu saja enggan."

"Lalu, apa yang salah dengan diriku? Kenapa hidupku semenyedihkan ini?" Daphne menatap anaknya marah. "Sampai-sampai anak dan suamiku saja tak menyukaiku!"

"Kau bodoh ibu, kenapa tidak menggunakan kekuasaan untuk mendapatkan apa yang kau inginkan?"

"Maksudmu?" Daphne menatap anaknya serius.

"Father menyukai sepupu bungsu Malfoy yang bertunangan dengan Marco kemarin bukan?"

"Darimana kau tau?!"

"Galleri rahasia Father, aku melihat di ruang pribadinya."

Aaron tidak bodoh ketika melihat gelagat ayahnya kemarin malam. Melihat sepupu bungsu Malfoy yang membuatnya ikut terkejut, karena wajahnya sangat mirip dengan pemuda dalam lukisan pribadi di Galleri milik ayahnya.

Lukisan yang selalu ayahnya puja dan Ayahnya damba setiap harinya. Pemuda itu Aaron akui sangat menawan, tapi bukan berarti dia akan berpaling dari ibunya sendiri.

My Baby Mate II (TOMARRY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang