Sudah 1 minggu dirinya tertidur diatas brankar rumah sakit, tetapi Harry masih belum mendengar kabar Marco juga selama ini. Keluarganya seolah menutupi keadaan pria itu, dia juga sangat khawatir dengan Marco.
Pernah bertanya pada Aunty Pansy yang memeriksanya. Tapi wanita itu juga menyembunyikann keadaan Marco anaknya sendiri.
"Harry istirahat saja, jangan banyak pikiran. Marco baik, tak perlu khawatir."
Ingin bertanya lebih banyak dan mendapatkan jawaban yang pasti, tapi Aunty Pansy segera mengalihkan pembicaraan.
Harry termenung dan hanya menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Tidak ada Ibu ataupun Ayahnya, Ibunya pergi mencari makanan untuknya. Sementara Ayahnya pergi bekerja.
Selama 3 hari berturut-turut, ada Nenek dan Kakeknya yang ikut berjaga. Tapi mereka kembali pulang kemarin malam, karena harus mendatangi acara kelulusan Hogwarts Scorpius.
Dulu dia sempat bertanya, bagaimana dengan Marco, kenapa Marco tidak bersekolah di Hogwarts seperti Scorpius? Ibunya hanya menjawab, jika Marco sudah menjadi pasukan Walpurgis sejak umurnya yang ke-15 karena kemampuan hebat yang dimilikinya. Menurut Harry, Marco sangatlah hebat.
Tapi bayangannya tersadar, ketika mendengar suara pintu kamar rawatnya yang terbuka. Harry melirik untuk melihat siapa yang masuk.
"Mommy..." suaranya masih terdengar parau.
Wajahnya berbuah terkejut, ketika bukan melihat ibunya yang masuk. Tapi seorang pria tinggi dan tampan berwajah 30'an yang masuk kamarnya, dia tidak tau siapa pria tersebut.
"Siapa?" Harry kebingungan.
Itu Dark Lord atau Tom, tapi semua orang tau jika pria itu dipanggil dengan nama Voldemort.
"Harry, kau sudah siuman?" suara husky-nya nampak berat dan dalam. Tom berhenti tepat di sisi ranjang Harry dan memberikan bunga Lilly putih yang dipegangnya. "Aku tau jika kau sangat menyukai bunga ini."
Harry menerima bunga tersebut dan menatap Tom aneh.
"Kamu siapa?" wajahnya terlihat serius.
Tom terlihat kecewa, menatap Harry dengan sendu.
"Bukankah kamu sudah mengingatku?" tangannya ingin memegang kepala Harry dengan lembut, tapi sayang ulurannya langsung ditepis.
"Jangan sentuh!" Harry terlihat ketakutan.
"Kenapa? Apakah kamu takut? Maafkan aku..." Tom terlihat sangat bersalah.
"Anda sangat aneh, mungkin anda salah orang!" Harry mulai duduk dan tangannya memegang selimut dengan erat sampai menutupi setengah wajahnya, dia terlihat ketakutan sekali.
"Tidak... Tidak.... Aku sangat yakin, kamu sendiri yang mengatakan padaku untuk bermain." (Maksudnya tantangan, bukan bermain ehe.. ehe..)
Demi apapun, Harry tidak mengerti sedikitpun apa yang Pria dewasa di hadapannya katakan. Dia berani bertaruh, jika Pria itu sedang mengigau.
"Pergilah, kau menakutiku."
Tapi Tom tidak menyerah, dia tidak ingin Harry melupakannya kembali. Mencoba menyentuh Harry, namun tiba-tiba lengannya di jegal oleh Harry dengan keras.
"Jangan menyentuhnya." Suara lembut itu tetap sama, namun entah kenapa berubah menjadi sangat tajam.
"Harry?"
Tom memandang wajah Harry yang berbalik menatapnya dan dia bisa melihat kliatan berbeda di netra hijau zamrud itu.
"Pergilah, dia tidak mengerti apapun. Jangan sekali-sekali kau mengganggunya." raga itu sudah bertukar dengan jiwa yang terbelenggu di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Mate II (TOMARRY)
AcakDunia terus berputar, sementara Tom tetap terdiam di tempat yang sama. Tak ingin melangkah ataupun pergi, hanya ingin disini... Tetap disini, menjalani waktunya yang telah mati bersama hari penguburan tanpa jasad milik kekasihnya yang dia khianati. ...