6. Rencana

1.3K 217 18
                                    

Jangan terpaku dengan epilog, beberapa adegan di epilog tak author masukkan di cerita ini, agar nyambung untuk ke depannya.

Sekian terimakasih...
.
.
.
.

Blaise berlari dengan tergesa-gesa ketika menuju ruangan Draco di lantai paling atas gedung perusahaan ini.

"Sialan!" teriaknya saat tak sengaja menabrak bahu pegawai yang berlalu-lalang.

Tapi kemudian dia kembali berjalan dengan untuk sampai di ruangan Draco.

"Drake!" teriaknya ketika sampai di depan pintu jati berwarna cokelat tua itu.

"Kau kenapa? Seperti tengah dikejar Dementor saja." Draco tetap fokus pada berkas di tangannya.

"Ini lebih mengerikan daripada melihat Dementor." ujarnya semakin gelisah.

"Lalu?" santainya tanpa terusik sama sekali.

"Marco dan Harry jalan-jalan keluar kemarin tanpa sepengetahuan kita." Wajah itu panik sekali.

"Aku sudah mengetahuinya, kemarin Father yang bilang." Draco menyimpan quillnya dengan pelan. "Memang awalnya sedikit marah, tapi itu bukan masalah besar. Harry terlihat senang saat jalan-jalan bersama Marco."

"Justru itu masalahnya!" Blaise berteriak tak sabaran. "Dark Lord melihat Harry dan Marco di hutan dekat Hogsmeade."

Draco membelalak lebar, bagaimana bisa? Kenapa mereka bisa sampai berada di sana?

"Dark Lord memanggilku dan menanyakan siapa orang yang telah Marco bawa."

"Lalu bagaimana? Apakah kau memberitahu tentang Harry?"

"Aku bingung harus berkata apa padamu. Aku hanya berkata jika orang yang Marco bawa adalah Matenya, tapi aku tidak mengatakan jika itu Harry."

"Sialan, bagaimana bisa mereka seceroboh itu." Draco sangat marah sekali.

Jika kejadiannya sudah begini, siapa yang harus di salahkan?

"Aku juga tidak tau harus bagaimana, bisa saja Marco dan Harry dalam bahaya karena hal ini."
.
.
.
.

Kepulangannya memang sangat tergesa, setelah mendengar info dari Blaise, Draco segera memutuskan untuk pulang lebih cepat hari ini.

Wajahnya terlihat marah, namun Draco mengontrol emosinya dibalik wajah datar itu.

"Drake, kau pulang lebih awal?"

Bahkan Narcissa yang bertanya hanya di lewati begitu saja, tak seperti biasanya. Narcissa tau, sepertinya Draco memiliki masalah. Jadi dia memutuskan untuk mengikuti anaknya dari belakang.

"Dimana Harry?" nada bicaranya terdengar dingin. Ketika memasuki kamar anaknya.

Di dalam terlihat Astoria yang sedang mengganti bunga dalam vas yang sudah mulai terlihat layu.

Sementara Astoria yang tidak tau apapun hanya tersenyum dan membalas ucapan suaminya dengan santai.

"Dia ada di taman belakang. Memangnya kenapa?"

Sayangnya Draco tak mau menjawab, malah melenggang pergi begitu saja. Meninggalkan Astoria dan ibunya yang kebingungan.

"Drake ada apa sebenarnya?" Astoria mengikuti langkah cepat suaminya dari arah belakang.

Baru kali ini, dirinya melihat wajah Draco yang semarah itu. Mungkin terjadi sesuatu hal yang serius.
.
.
.
.
.

"Harrison!" Draco berteriak ketika sampai di taman belakang.

My Baby Mate II (TOMARRY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang