Di waktu senja depan sebuah rumah mewah klasik itu, Astoria memegang Harry dengan erat. Keduanya berdiri di depan pintu rumah dan sebelum masuk, Astoria itu menatap Harry dengan lekat.
"Ingat, apa yang Mommy katakan. Jangan sampai Daddy tau soal kejadian hari ini."
Harry mengangguk, kemudian Astoria membuka pintu secara perlahan. Di dalam sana, sudah ada Draco yang menunggu di depan pintu rumah, menatap keduanya penuh tanda tanya.
"Kalian dari mana saja? Aku sudah menunggu dan khawatir sejak tadi."
"Maaf, tadi Harry mengajak untuk pergi. Dia bosan jika terus berdiam dirumah saja."
"Kalu begitu cepat masuk, susah ada Father dan Mom menunggu kalian sejak tadi."
"Baiklah." Astoria lalu melirik kearah Diaken yang telah mengikuti mereka sejak tadi. "Diaken, siapkan air panas untuk Harry mandi."
"Baik Nyonya..." Diaken menunduk.
"Harry, bersihkan dirimu. Lalu setelahnya turun untuk makan malam."
"Baik..." Harry kemudian mengangguk pergi.
.
.
.
.Ketika sampai di kamarnya, Harry ingin bergegas untuk mandi. Namun niatnya sedikit ditunda, ketika melihat sebuah surat diatas meja nakas samping ranjangnya. Harry mengambil surat itu dan mengambilnya secara perlahan.
"Marco?" tulisannya sangat Harry kenal, karena hanya Marco saja yang selalu mengirimnya surat.
Hallo Harry, bagaimana kabarmu? Maaf selama beberapa minggu ini aku tidak memberi kabar.
Aku baik, setelah kejadian itu. Aku memutuskan kembali untuk aktif di Walpurgis dan mengikuti banyak pelatihan, sehingga aku sibuk dan memiliki sedikit waktu luang.
Sejujurnya, meski setelah kejadian itu... Aku masih memiliki harapan besar untuk bersama. Setidaknya sampai aku tau, masihkah aku pantas untukmu. Selama kamu belum memiliki Mate, aku akan tetap berusaha. Setidaknya berjuang terlebih dahulu lebih baik, daripada gagal hanya karena sebuah insiden tak terduga.
Kuharap kamu masih mau memberikan kesempatan Harry. Biarkan aku membuktikan seberapa pantasnya diriky untukmu.
Aku memiliki waktu luang di hari minggu ini. Biarkan aku mengajakmu berkencan, lalu mentraktirmu segelas Butterbeer.
Harry menatap tulisan indah itu dengan rasa tersipu, Marco sangatlah keren menurutnya. Dia telah tau tentang semua kejadian malam itu, Ibunya yang memberitahu. Sangat kecewa ketika Ibunya mengatakan jika pertunangan di batalkan karena sebuah insiden.
Ibunya bilang jika insiden itu terjadi karena mereka tidak cocok an masih ragu atau mungkin salah satu Mate dari mereka tidak terima jika di khianati.
Tapi Harry tidak memiliki Mate, apakah Marco memiliki Mate? Lalu diam-diam Mate Marco kecewa karena mereka bertunangan meski pada akhirnya gagal. Tapi Marco juga tidak pernah berkata memiliki seorang Mate.
Harry berubah murung, jika Marco memiliki seorang Mate. Maka dirinya akan menjadi orang paling jahat sedunia karena telah mencuri milik orang lain.
Kemudian dirinya terpikir, kenapa saat itu dirinya tidak ingat telah mengikuti pertunangan dengan Marco. Karena ingatannya hanya sampai tertidur di sore hari. Itu yang masih menjadi pertanyaan dalam benaknya sampai saat ini.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Mate II (TOMARRY)
AcakDunia terus berputar, sementara Tom tetap terdiam di tempat yang sama. Tak ingin melangkah ataupun pergi, hanya ingin disini... Tetap disini, menjalani waktunya yang telah mati bersama hari penguburan tanpa jasad milik kekasihnya yang dia khianati. ...