5. Marco

1.4K 204 68
                                    

Harry menatap ramuan hitam dalam gelas itu dengan jijik, terlihat uap hangat mengepul di atasnya.

Dia sudah bosan hampir seluruh hidupnya terus meminum ramuan ini. Entah apa tujuannya karena Harry merasa sehat-sehat saja jika tidak meminum ramuan. Hanya dia yang selalu diberi, tapi Scorpie tidak pernah.

"Grandpa, apa aku benar-benar harus meminum ini lagi?" Harry menatap mual dan tak yakin.

"Tentu, agar kau tidak mudah sakit."

Selalu itu saja yang Harry dapatkan sebagai jawabannya.

Tapi yang Harry tidak ketahui adalah jika ramuan itu adalah penghambat Feromon. Dimana keluarga Malfoy membuatkannya secara khusus, agar tubuh Harry tidak mengeluarkan bau Feromon secara tiba-tiba dan membuat orang lain menjadikannya sebagai pusat perhatian.

"Lain kali saja, aku sudah meminumnya kemarin bukan? Sehari saja tidak meminummya tidak akan membuatku sakit." wajah itu memelas.

"No, kau sudah berjanji pada Grandpa. Jika tidak mau, maka hari ini kau tidak bisa keluar bersama Marco."

"Baiklah...."

Sementara itu, Harry mencari kesempatan ketika Lucius lengah. Melihat kakeknya yang berbalik ke belakang dan mengambil campur lan untuknya. Diam-diam dia mengambil tongkat dan memantrai gelas berisi ramuannya sehingga berubah menjadi kosong.

"Hueekk.... Ini sudah habis." berpura-pura mual.

"Ohh..." Lucius berbalik. "Sudah habis, kalau begitu makanlah ini." sembari menyodorkan sepiring kue.

"No Grandpa, nanti saja. Aku tidak lapar, lagipula aku harus segera pergi, bye-bye...."

Harry segera berdiri dan keluar dari ruang keluarga dengan sedikit berlari kecil. Sementara Lucius mengendikkan bahunya, berpikir jika Harry terlalu semangat.
.
.
.
.

"Ahhh..." wajah itu terlihat kaget ketika seseorang menepuk bahunya. "Marco?"

"Maaf menunggu..."

Harry yang baru saja sampai di depan Manor untuk menunggu Marco kembali berubah berubah senang, karena Pria itu datang tak lama setelahnya.

"Tidak apa-apa, aku juga baru saja mau menunggumu. Menaiki sapu terbang?"

"Tidak, aku melakukan Apparasi."

"Ohh, keren. Tapi sekarang bagaimana caranya kita pergi?"

"Kita akan melakukan Apparasi kembali untuk sampai tujuan. Pegang tanganku..." Marco mengulurkan tangannya.

Harry menerima uluran itu dengan ragu.

"Aku belum pernah ber-Apparsi sebelumnya."

"Jangan khawatir, aku akan memelukmu. Jadi berpeganglah dengan erat."

Harry kaget ketika Marco memeluknya dengan erat secara tiba-tiba. Lalu pria itu melakukan Apparasi tanpa sepertujuannya.
.
.
.
.

"Akhh... Hueek... Uugghh..." wajahnya terlihat mual dan pucat.

Pendaratan Apparsi pertamanya sangat memalukan. Apalagi ini di depan Marco, pasti pria itu jijik melihatnya muntah-muntah.

"Kau pusing? Maafkan aku..." Tapi Marco terlihat sangat bersalah.

"Jangan lihat... Jangan lihat...! Kau pasti akan jijik.." Harry malu sekali.

"No tak apa, jangan malu. Ini hal biasa yang sering dialami untuk para pemula."

"Aku pusing..."Keluhya.

"Biar aku bantu..." Marco menepuk-nepuk pundak Harry dengan lembut. "Sudah baikan?"

My Baby Mate II (TOMARRY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang