Bagian satu, tersiram air.

423 61 72
                                    

Terimakasih telah mencoba untuk membaca karya yang aku buat ini, aku akan memperbaikinya jika sudah tamat. Aku memang masih ada kekurangan, namun aku menulisnya dengan usaha. Ingatlah, jangan terlalu berharap. Akhir cerita ada di tangan sang penulis. Selamat membaca, dan nikmatilah ♡♡

──────

Gadis dengan surai panjang tergerai yang berwarna hitam legam tampak menawan. Bola mata bewarna merah pekat dan terdapat tahi lalat kecil dibawah matanya, serta bulu mata yang lentik. Kulit putih bersih dan mulus, tubuh yang pendek dan ramping. Fitriani Putri, berusia 17 Tahun yang saat ini duduk dibangku kelas 2 SMA.

Dikenal sebagai murid andalan guru dan murid peringkat satu di kelasnya. Pintar dan berbakat, selalu mengikuti lomba manapun dan menjadi juara. Murid-murid lainnya mengenalnya seperti itu, sebagian dari mereka membencinya karena iri dengannya. Di sekolah, Fitri bagaikan pemeran figuran yang tak dianggap. Tidak ada yang berusaha atau berani mendekatinya karena Fitri anak yang pendiam dan selalu menyendiri, tidak ada satupun seorang teman didekatnya.

Mata merah pekat yang dimilikinya juga penyebab Fitri dijauhi teman-temannya, mereka beranggapan warna mata Fitri sangat menyeramkan seperti iblis. Di sekolah ini sama sekali tidak ada yang mendekatinya, adik kelas maupun kakak kelas.

* * *

Hiruk pikuk terdengar di kantin sekolah, ini adalah jam istirahat kedua. Para murid yang berada di kantin sangat heboh, dan disana juga tampak penuh, walaupun tidak begitu sesak. Canda tawa dan berbagai macam obrolan diantara murid-murid terdengar. Suasana yang bagus dan tampak menyenangkan, tapi tidak terlalu menyenangkan bagi si gadis yang tengah duduk sendirian disamping kaca.

"Hei, ketua kelas. Gadis itu terlihat cantik, kau tidak ingin coba mendekatinya?" tanya teman sebelahnya. Dia melirik Fitri yang tengah duduk sendirian, dan kembali menatap teman lelaki disebelahnya itu. Sesekali dia tertawa pelan.

Zenand Yushida, memegang jabatan sebagai ketua kelas dikelasnya, dia kelas XII ㅡ B. Pria yang cukup terkenal di sekolah karena suka menggoda murid perempuan. Tidak sekali dua kali dia menggoda murid perempuan yang berada di sekolahnya, dia melakukannya hampir setiap hari dan bahkan berkali-kali. Perkataan yang terdengar seperti pujian dan gombalan selalu ia lontarkan, membuat beberapa murid perempuan terbawa perasaan atas perkataannya.

Mata Zenand beralih menatap gadis yang disebutkan temannya tadi. Ia mengamati setiap wajahnya, bahkan matanya yang nakal itu beralih mengamati lekuk tubuhnya. Dia menyeringai setelah puas mengamatinya selama beberapa detik. Teman yang sedari tadi berada disebelahnya itu menyadari gerak-gerik Zenand yang mengamati Fitri diam-diam.

"Wah, dasar mata keranjang. Matamu cepat bergerak jika sudah melihat wanita─" sindir temannya, ia memukul punggung Zenand sengaja dan tertawa.

"Berisik, sialan kau." celetuk Zenand, tak terima disindir oleh temannya sendiri. Namun, perkataannya memang benar. Pada akhirnya ia ikut tertawa. Dalam hati, Zenand sudah merasa bahwa ia telah menemukan mainan barunya. Dia perlu berterimakasih pada teman disebelahnya itu, berterimakasih karena telah menemukan gadis cantik.

Kebisingan menjadi lebih terdengar di kantin tatkala seorang gadis muncul dengan surai pirang nan bergelombang. Sosoknya tampak angkuh, sombong, dan semena-mena. Yusyie Jella, kerap dijuluki si cantik Jella di sekolah. Yusyie dijuluki sebagai si cantik Jella karena memiliki paras yang cantik, tetapi tidak dengan sikapnya.

Yusyie melangkahkan kakinya menuju tempat duduk Fitri dengan ekspresi wajahnya yang tampak sumringah, dia memasang senyuman manisnya dan membuat murid pria berdebar akibat melihat senyuman manis Yusyie. Fitri bahkan tak peduli jika Yusyie sudah berdiri dihadapannya sekarang, dia tampak sibuk memakan makanannya sendiri. Terdiam dan tak mengatakan apapun.

"Hei, kamu tidak melihatku?" ujar Yusyie dengan nada tinggi, ia merasa geram karena tak dianggap kehadirannya. Fitri menengadahkan kepalanya menatap Yusyie, tatapannya tampak dingin.

"Tidak, aku tak melihat apapun disini selain makananku." Tegas Fitri, ia mengalihkan pandangannya. Menatap kembali pada makanan miliknya dimeja. Sungguh, Fitri tidak ingin berurusan dengannya lagi. Yusyie tak terima, tangannya terkepal erat dan wajahnya memerah karena marah dan merasa malu.

Yusyie menyambar segelas air milik Fitri yang sedari tadi berada dimeja, ia langsung menyiramkannya ke wajah Fitri. Tindakannya menarik perhatian murid-murid yang berada di kantin, ini bukan pertama kalinya Yusyie menganggu Fitri.

Mata Fitri tertutup tatkala Yusyie menyiramkan air ke wajahnya, untungnya air itu sudah dingin. Ia membuka matanya perlahan, tampak terkejut mendapati dirinya yang basah karena disiram. Namun dengan cepat ia kembali tenang. Air menetes ke bagian atas pakaian sekolahnya. Sudah biasa dirinya diganggu seperti ini, bahkan Fitri tak pernah sekalipun membalas perbuatan murid disekolah yang telah mengganggunya.

Bersambung───ㅤꔫㅤ.

Rintangan Harsa { Perjalanan. }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang