10 || Tipu-tipu Berhadiah

21 5 7
                                    

Maraknya penipuan dengan mengatasnamakan lowongan kerja sukses membuat Wisnu cemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maraknya penipuan dengan mengatasnamakan lowongan kerja sukses membuat Wisnu cemas. Berita terbaru yang sedang dibacanya ini mengabarkan bahwa driver ojek online menjadi penyelamat salah satu pencari kerja yang hampir kena penipuan. Membaca berita itu, tentu saja ia teringat Naka dan membuatnya tertawa geli.

"Keren juga abang ojolnya. Berani gitu. Kayaknya kalo Naka kicep duluan," ujarnya sambil terkekeh.

Semakin banyak berita yang dibaca, semakin serius pula Wisnu menatap layar laptop. Keseriusan itu pun harus buyar saat ia mendengar pintu kamarnya diketuk dengan suara pelan. Dugaannya, tentu bukan Naka karena lelaki berambut gondrong itu pasti bar-bar setiap kali mengetuk pintu kamarnya. Namun, dugaannya salah.

"Tumben, nggak bar-bar," ujar Wisnu dengan alis terangkat saat menemukan sosok berjaket hijau di depan kamarnya.

"Anah, gue mau ngomong serius."

"Tumben, mau serius bilang. Biasanya bar-bar."

Naka berdecih pelan lalu menerobos masuk ke kamar sahabatnya. Sebelum duduk, mata Naka terlihat mengitari seisi kamar Wisnu seolah mencari sesuatu. Hanya saja, sepertinya ia tidak menemukan apa yang dicari karena tak lama kemudian, pantatnya yang tepos menyentuh kasur dengan kasar.

"Lo masih ada tabungan?"

"Kenapa? Utang apa lagi yang perlu lo bayar? Laptop bukannya udah solved?" Wisnu memilih duduk di kursi belajarnya dibanding di samping Naka.

"Nanya doang, geh. Ada nggak?"

"Tergantung."

"Tali jemuran?"

"Ye, receh lo kurang lucu."

"Ya, tergantung apa? Harapan yang tak kunjung tercapai? Lamaran kerja yang zonk?"

"Tergantung buat apa."

Naka menyatukan kedua tangannya yang tergantung di atas lutut. "Gue belum bisa bilang sekarang. Tapi, bukan buat gue."

"Terus?"

"Ada, lah."

"Lo bilang dulu buat apa, buat siapa, baru gue bisa bilang ada apa enggak." Wisnu menegaskan ucapannya sekali lagi. "Jarang-jarang lo pakai basa-basi gini. Kenapa, sih?"

Naka mengetuk-ngetuk jarinya dan berulang kali mengulum bibir.

Melihat gelagat teman-rasa-sahabat-nya itu, Wisnu yakin ada masalah berat yang sulit untuk Naka katakan. Hanya saja, rasanya tidak mungkin kalau masalah itu soal keluarga. Pun kalau benar ada apa-apa dengan keluarga Naka-dalam bayangan Wisnu hanyalah wanita yang selalu ditengok diam-diam oleh Naka di Menara Belva-mereka cukup berada untuk bisa membiayai hidup.

Kalau soal pertemanan, siapa teman Naka selain warga kos Bu Endang yang ia pedulikan sebegininya? Atau jangan-jangan ....

"Anak kos ada yang kena masalah? Siapa? Nanang lagi?"

Bunga IlalangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang