°°°
Lee Seunghwan, lelaki yang baru saja ditinggalkan oleh mantan kekasihnya itu kini nampak berantakan. Baru beberapa menit lalu ia membayangkan sebuah kencan romantis dimana hanya ada kedamaian di dalamnya, namun justru yang didapatkannya adalah perempuan yang kini menjadi mantan kekasih Seunghwan itu berselingkuh di depan mata lelaki itu.
Seunghwan mengacak rambutnya asal dan menenggak cola yang dibelinya tadi, pikirannya sangat kacau. Ia sudah tidak memedulikan orang-orang disekitar yang menatapnya dengan aneh hingga sang pemilik toko terpaksa mengusirnya karena toko sudah hampir tutup.
Karena kejadian hari itu, rasanya hidup Seunghwan sudah semakin hancur. Ia semakin tidak dapat membayangkan bagaimana kehidupannya di masa depan.
Sembari berjalan dengan menyeret langkah kakinya, Seunghwan menuju kamar sewaannya yang terletak tidak jauh dari tempat pertemuan terakhir dengan mantannya tadi.
Sesampainya di kamarnya, Seunghwan langsung berbaring dan memejamkan mata dengan harapan tidak akan ada hari esok agar ia tidak perlu repot-repot memikirkan kehidupan.
Namun, hari tetap harus berjalan entah seburuk apapun keadaan, matahari tetap bersinar, dan Seunghwan masih membuka matanya dalam posisi yang masih sama dari semalam. Seketika kejadian kemarin terlintas di pikirannya, ia mendadak ingin menangis.
Tetapi, belum sempat air matanya menetes, nada dering yang berasal dari ponselnya telah mendistrak pikirannya terlebih dahulu. Dengan cepat ia menyambar ponselnya berniat ingin menolak panggilan, namun segera membatalkan niatnya begitu melihat siapa yang memanggilnya. Buru-buru ia mengangkatnya.
"Halo?"
"Kenapa lama sekali menjawabnya? Apa kau baru bangun?" ocehan dari seberang sana pun membuat Seunghwan refleks mengusap wajahnya.
"Maaf, Bu, aku baru bangun," jawab Seunghwan pada ibunya yang berada jauh di desa asalnya.
"Hah, sudah kuduga, memang membiarkanmu merantau di kota adalah pilihan yang salah," ujar nyonya Lee di seberang sana.
Seunghwan menghembuskan napasnya perlahan, kalimat itu bukannya sekali ini dia dengar, melainkan setiap ada kesempatan melakukan panggilan dengan ibunya, kalimat itu tidak pernah absen dari telinga, "Ada apa ibu memanggilku?"
"Aku hanya mau memastikan apakah kau masih hidup atau tidak," jawab sang ibu.
Seunghwan kembali menghembuskan napasnya, "Aku masih hidup, Bu,"
"Bagus, jadi kapan kau akan mendapatkan pekerjaan dan kembali ke desa?" pertanyaan itu, entah sudah berapa kali lewat di telinga Seunghwan sehingga sudah seperti tak berarti lagi bagi lelaki itu.
"Segera, Bu," dan itu adalah jawaban yang selalu ia katakan.
"Segera dapatkan kerjaan, atau kau akan aku jemput untuk pulang dan bekerja di desa," ujar ibu Seunghwan sebagai kalimat penutup sambungan telepon mereka saat itu.
YOU ARE READING
Planet Series
FanfictionThis is a compilation of one-shot stories with the Boys Planet contestants as the casts.