°°°
“Astaga, coklat lagi, Park Jihoo?” Aerin menggelengkan kepalanya ketika melihat Jihoo menyerahkan sekotak coklat padanya.
Jihoo mengangguk, “Habiskan,” balas lelaki itu tetap dengan ekspresi tenangnya.
“Kau yang benar saja?! Sekotak coklat dari dua minggu yang lalu saja masih ada. Sesuka-sukanya aku dengan coklat, tapi itu sudah membuatku mual bahkan dari melihat bungkusnya saja,” Aerin menyilangkan kedua tangannya. Enggan menerima kotak coklat dari Jihoo.
“Ya sudah. Kalau begitu aku berikan ke gadis lain saja,” Jihoo menarik kembali tangannya, namun segera ditahan oleh Aerin.
“JANGAN! Biar aku simpankan,” Aerin mengambil kotak itu dan langsung menyimpannya dalam tas.
Jihoo tersenyum tipis. Padahal dia tidak tahu harus kemana lagi memberikan coklat itu kalau tidak pada Aerin.
“Sudah ku bilang berkali-kali, Park Jihoo. Kau bisa mengatakan pada semua penggemar rahasiamu itu untuk berhenti memberikanmu coklat karena kau alergi. Apakah sulit?!” omel Aerin namun sembari menyomot sebungkus bola-bola coklat yang diberikan Jihoo tadi.
Jihoo mengangkat bahunya, “Aku malas. Takut jika aku bilang, mereka akan berhenti memberikanku coklat. Lagipula ada kau yang sanggup menghabiskan semuanya, bukan?”
Aerin melotot, tidak mengerti dengan jalan pikir lelaki yang sudah menjadi temannya sejak kecil itu. “Kalau justru aku yang jadi alergi coklat karena kau, aku akan melaporkannya pada ibumu,”
Kini Jihoo yang balas melotot, “Jangan macam-macam kau, Aerin!”
“Aku tak peduli,” Aerin mencebikkan bibirnya, “Bagaimanapun, terimakasih atas coklatnya,” ujar gadis itu lantas berlari keluar dari halamana sekolah.
Jihoo hanya menghembuskan napas kasar, menggelengkan kepalanya.
°°°
“Apa-apaan ini, Park Jihoo?!” Aerin berseru ketika melihat beberapa bungkus coklat berjatuhan dari lokernya ketika dirinya hendak mengambil seragam olahraga.
Jihoo yang lokernya berhadapan dengan loker milik Aerin menoleh ke belakang, kemudian mengerutkan dahinya, “Aku baru tiba sudah kau tuduh seperti itu? Keterlaluan,”
Aerin melotot, membuat gestur hendak memukul, “Karena hanya kau pelaku yang memungkinkan, Park Jihoo,”
Jihoo mengangkat kedua bahunya, “Kalau memang bukan? Bisa saja itu dari pengagum rahasiamu?” setelah mengatakan itu, Jihoo pergi begitu saja.
Aerin memiringkan kepala, “Pengagum rahasia? Mungkinkah?” dirinya spontan tersenyum kecil.
°°°
Kelas olahraga pagi ini begitu membosankan. Guru Hong membawa materi pelajaran seperti tidak niat dan terlihat malas, sehingga tidak membangkitkan semangat para murid.
YOU ARE READING
Planet Series
FanfictionThis is a compilation of one-shot stories with the Boys Planet contestants as the casts.