[17] She Was Happy - Kim Gyuvin

13 2 4
                                    

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°

‘Bug’

Sebuah bola menggelinding masuk ke halaman sebuah rumah setelah terjatuh di bawah tanah. Han Yeorin yang tengah melukis di halaman rumahnya menoleh. Tak lama, seorang lelaki tinggi yang merupakan anak kampung masuk ke dalam halaman rumah keluarga Han untuk mengambil bola itu.

“Ah, aku kira tidak ada orang,” ujar lelaki itu setelah berhasil mengambil bolanya, “Hai, Yeorin!”

Yeorin tersenyum sekilas, membalas lambaian tangan Gyuvin yang kemudian kembali menghilang setelah berhasil mendapatkan bolanya.

Hampir seperti rutinitas setiap sore melihat anak-anak kampung, terutama Gyuvin bermain bola voli di lapangan yang terletak di depan rumah Yeorin. Jadi, tidak heran apabila sering ada bola kesasar masuk ke halaman rumah, bahkan tidak jarang hampir menyentuh pot milik Nyonya Han.

Yeorin kembali melanjutkan aktivitasnya, menggambar apapun yang ada di depan matanya. Kali ini, inspirasi menggambarnya datang dari sebuah bola yang menggelinding tadi. Maka, digambarlah anak-anak yang tengah bertanding voli antar kelompok itu.

Yeorin tersenyum, cukup menjadi hiburan tersendiri menatap kegiatan masyarakat kampung dari jauh sini, meski raganya tidak bisa ikut bergabung, setidaknya dengan melihat saja sudah dapat membuat Yeorin ikut merasakan kesenangannya.

“Yeorin, masuklah. Kau tidak boleh berlama-lama di luar,” ujar Ibu Yeorin menyuruh anak gadisnya kembali masuk ke dalam rumah.

Yeorin menurut, segera merapikan alat gambarnya lantas masuk ke dalam rumahnya.

Hari-hari Yeorin terasa begitu membosankan sejak dirinya teridentifikasi mengidap alergi sinar ultra violet, sehingga intensitasnya berada di luar rumah sangat terbatas, itupun hanya boleh berada di teras rumah yang masih dinaungi atap. Namun, untungnya Yeorin masih memiliki hobi menggambar dan tontonan kegiatan anak-anak seusianya di lapangan depan rumahnya, sehingga hari-hari yang dijalaninya tidak selalu membosankan. Terlebih ketika matanya bertatapan dengan Gyuvin, anak yang dikenalnya karena memiliki tubuh paling jangkung di antara teman-temannya.

Seperti pagi hari keesokan harinya, anak-anak kampung sudah berkumpul di lapangan. Karena ini adalah hari libur, jadi lapangan tampak ramai. Pagi hari Yeorin sudah keluar rumah membawa alat gambarnya. Ia berniat untuk menggambar apa yang tengah ada di pikirannya. Sepanjang menggoreskan pensilnya di buku gambar, Yeorin tersenyum. Hingga suara bola jatuh memecahkan fokusnya.

“HAN YEORIN! BISA TOLONG AMBILKAN BOLA ITU?” seru Yunseo, salah satu dari anak-anak yang bermain bola itu.

Yeorin mendongak, berniat untuk berdiri dan mengambil bola itu. Toh, tidak akan lama kan?

Begitu tangan Yeorin hendak menyentuh bola voli itu, ada tangan lain yang lebih dulu mengambil bola itu. Itu tangan Gyuvin.

“Jangan dengarkan Yunseo. Dia memang malas mengambil bola,” ujar Gyuvin setelah itu pergi keluar dari halaman rumah Yeorin.

Planet SeriesWhere stories live. Discover now