01: Permulaan

838 64 7
                                    

Sung Hanbin baru saja menyelesaikan novel dengan hard cover yang baru dia beli pada Rabu pagi tiga hari yang lalu. Novel itu sendiri adalah salah satu novel terkenal yang sedang ramai di bicarakan oleh orang-orang di internet, berkat alurnya yang berbeda. Jika akhir cerita dari kebanyakan novel adalah happy ending, maka novel ini termasuk novel yang memiliki bad ending.

Bagaimana tidak, bahkan sejak awal novel itu memiliki alur yang dark dan kejam, bahkan sudah terlihat dari awal jika novel itu akan memiliki akhir yang buruk untuk setiap tokohnya. Ibarat sang penulis memberi kutukan pada setiap karakter dalam novel itu.

Ada karakter yang mencicipi kebahagiaan, namun di lembar berikutnya si karakter tersebut harus menerima pahitnya kesedihan.

Tokoh utama nya sendiri juga tidak pernah mengalami kebahagiaan. Hanbin memiliki simpati yang besar untuknya, jika saja pria itu tidak melakukan hal buruk pada salah satu tokoh figuran yang menyedihkan.

Dalam novel itu, ada salah satu tokoh yang cukup menyedihkan, anehnya dia memiliki nama yang sama dengannya. Sung Hanbin, anak haram Raja. Orang yang awalnya akan naik tahta menjadi kaisar, jika sang tokoh utama tidak kembali.

Sung Hanbin lahir dari seorang penari jalanan, namun karena kaisar mencintai penari itu, dia menerima Hanbin di sisinya dan mengakuinya sebagai anak. Anak kandung raja dengan permaisuri telah menghilang sejak di lahirkan, lebih tepatnya di culik oleh pelayan permaisuri yang memiliki dendam pada wanita itu. Kaisar tidak memiliki selir, sehingga anak yang dia miliki hanya Sung Hanbin.

Permaisuri membenci Sung Hanbin dan melakukan banyak cara untuk membuatnya di usir dari kekaisaran. Namun Sung Hanbin selalu dapat bertahan. Hingga pada suatu hari, sang tokoh utama, yang juga seorang pewaris sah kekaisaran kembali.

Pada awalnya gelar putra mahkota masih di pegang oleh Sung Hanbin. Namun sepertinya tokoh utama itu juga memiliki ambisi untuk berada berada di tempat yang seharusnya miliknya, sehingga melakukan hal yang membuat nama baik Sung Hanbin tercoreng dan di tuduh berkhianat.

Sung Hanbin tidak dapat menyangkal ketika semua bukti palsu itu mengarah padanya. Hingga pada akhirnya, karakter itu berakhir dengan sebuah kapak yang memotong lehernya tanpa ampun.

Hanbin menyelesaikan novel itu dalam kurun waktu dua hari, dan tampak tidak puas dengan akhir dari katakter Sung Hanbin.

"Dia punya nama yang sama dengan ku, tapi takdirnya jelek sekali." Gerutunya.

Dia merenung sejenak, sebelum akhirnya bergumam, "tapi kalau aku di posisi tokoh utama, aku juga akan menyingkirkan gangguan semacam Sung Hanbin. Lagipula dia orang yang bodoh."

Karakter Sung Hanbin dalam novel adalah tipikal karakter dengan sifat yang jelek, gemar berfoya-foya, bermain wanita, hingga berjudi dan mabuk-mabukan. Secara harfiah dia adalah aib kekaisaran. Jadi jika dia benar naik tahta dan menjadi kaisar, maka kekaisaran itu sudah di pastikan akan hancur dalam sekejap.

Sung Hanbin sampah yang wajib di singkirkan.

Tapi tetap saja itu sedikit menyebalkan bagi orang yang memiliki nama yang sama dengannya.

"Kalau dia bersikap baik, mungkin setidaknya dia tidak akan berakhir dengan kematian." Hanbin merebahkan dirinya dan mulai mengecek ponselnya. Kakao nya sepi, hanya ada satu pesan teks dari seorang teman di kampus. Orang itu mengingatkan nya untuk segera datang, karena acara minum-minum mereka akan segera di mulai.

Hanbin melompat dari kasur setelah membaca pesan teks itu. Dia melupakan hal penting!

Hanbin segera berganti pakaian dengan setelan kasual andalannya dan meraih dompet. Dia memutuskan untuk naik bus saja hari ini.

Sepanjang perjalanan menuju halte Hanbin setengah berlari. Meskipun malam itu sangat dingin, dia tetap memaksakan diri untuk datang. Bagaimana tidak, itu acara minum-minum dengan para sunbae dari kampusnya, mana mungkin dia tidak hadir? Sebagai hobae yang baik Hanbin harus hadir, atau namanya akan di kenal jelek nantinya.

"Otak pikun dan fisik lemah ini." Gerutunya. "Bisa-bisanya kau melupakan hal sepenting ini dan malah membaca novel itu! Sung Hanbin bodoh, sama saja seperti Sung Hanbin di novel, sama-sama bodoh."

Hanbin berhenti sejenak untuk menunggu lampu hijau bagi pejalan kaki. Halte bus tepat di seberangnya, dan Hanbin melompat-lompat kecil karena tidak sabar. Ketika lampu berubah hijau, Hanbin segera berjalan cepat untuk menyebrang.

Setelah berhasil menyebrang, Hanbin hendak menuju halte, namun dia mendengar pekikan kecil dari seorang wanita tua di belakangnya. Ketika Hanbin menoleh, wanita tua itu sedang jatuh terduduk di atas zebra cross sambil meringis memegangi kakinya.

Buru-buru Hanbin kembali untuk menyusul wanita tua itu.

"Halmeoni apakah anda terkilir? Mana yang sakit?"

Wanita tua itu meringis sambil memegangi pergelangan kakinya. "Disini nak."

Hanbin cukup ngilu melihat pergelangan kaki si nenek yang membiru. Tanpa pikir panjang Hanbin meraih tubuh kurus dan lemah wanita tua itu dan membantunya berdiri. "Ayo saya bantu, kita harus pergi dari sini dulu, bahaya."

Wanita tua itu mengangguk patuh dan berjalan pelan dengan di papah Hanbin.

Namun sepertinya takdir sedang mempermainkan nya. Sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju kencang dan ugal-ugalan di jalan raya yang sepi itu. Dan mobil itu tengah melaju ke arahnya dan wanita tua itu. Hanbin melotot kaget, dia melirik lampu jalan, masih hijau untuk pejalan kaki. Lantas mengapa?!

Ketika jarak hanya kurang dari 10 meter, Hanbin sudah tidak bisa memikirkan apapun lagi selain mendorong wanita tua itu dengan kencang hingga sang wanita tua tersungkur di atas trotoar sebrang jalan. Sementara itu, Hanbin bisa merasakan tubuhnya di hantam oleh mobil dengan kecepatan tinggi itu hingga tubuhnya terlempar beberapa meter dan terseret kerasnya aspal.

Hanbin terengah-engah, mulai merasa mati rasa. Otaknya bahkan tidak bisa mencerna apa yang telah terjadi. Bahkan kilas balik kehidupan yang sering terjadi, tidak terjadi padanya. Dia hanya bisa menatap kosong langit-langit malam yang bahkan tidak memiliki satupun bintang.

Tak lama kemudian rintik-rintik air hujan jatuh mengenai wajahnya sebelum akhirnya menjadi deras. Darahnya mengalir kemana-mana dan bagian bawahnya kaku. Jeritan dan pekikan orang-orang terdengar bersahut-sahutan, bahkan kini Hanbin bisa melihat beberapa orang mengerumuninya dengan beraneka ekspresi wajah.

"Sudah terlambat bahkan untuk memanggil ambulance." Batinnya.

Namun di situasi seperti itu, Hanbin masih sempat untuk melirik wanita tua yang dia selamatkan. Wanita itu sudah tidak ada.

Hanbin memejamkan mata. Semoga wanita tua itu baik-baik saja dan tidak terluka.

Lama kelamaan suara berisik dari orang-orang menjadi samar. Telinganya mulai berdengung dan nafasnya berat. "Selamat tinggal, eomma. Semoga kau bisa hidup dengan baik setelah aku pergi..."

Pada akhirnya Hanbin menghembuskan nafas terakhir tepat setelah ambulan sampai di lokasi kejadian.

Namun sudah terlambat bukan?

The King [Sung Hanbin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang