Sudah dua minggu Hanbin tinggal di dunia itu sebagai putra mahkota Sung Hanbin. Sebisa mungkin Hanbin tidak melakukan gerakan mencolok yang aneh. Meskipun dia terkagum-kagum melihat istana kekaisaran yang begitu luas dan besar, indah dan memukau. Hanbin sangat pandai berakting, karena itu dia bisa menjaga wajahnya agar tetap terlihat biasa saja, meskipun hatinya sudah menjerit-jerit.
Hanbin banyak membaca dulu ketika berada di kehidupan lamanya. Karena itu Hanbin sedikit-sedikit tahu mengenai bagaimana harus bersikap di zaman kerajaan seperti ini. Novel yang dia baca rata-rata bergenre historical pindah dunia, karena itu Hanbin tidak terlalu terkejut.
Sejauh ini Hanbin berhasil berakting layaknya "Hanbin" tapi tetap saja banyak yang berubah. Hanbin sendiri memiliki sifat semena-mena, sombong dan suka marah-marah. Sedangkan dirinya sendiri adalah orang yang tenang, tidak suka marah karena hanya akan membuatnya sakit kepala, dan Hanbin orang yang ramah. Karena itu perubahannya cukup mengejutkan seluruh penghuni istana.
Untuk kaisar, beliau tidak peduli. Lagipula Hanbin bukanlah anak tersayang. Sejak awal Hanbin hanyalah anak yang terpaksa dia akui karena hilangnya sang putra mahkota.
Tidak banyak yang berubah menurutnya. Alur masih berjalan sesuai novel, karena Hanbin sendiri belum melakukan apapun untuk merubahnya.
Yang berubah hanya...
"Hanbin hyuuuunggg~~~"
...anak itu.
Kim Gyuvin datang dengan wajah secerah mentari dan senyuman manis itu. Menghampiri Hanbin yang tengah bersantai di taman istana dengan secangkir teh hangat.
Setiap keluarga bangsawan pasti memiliki tea time mereka setiap sore. Dan Hanbin tengah melakukan kebiasaan itu. Awalnya dia hanya berniat bersantai, sampai si bocah Gyuvin itu menghampirinya dan mengacaukan sore tenangnya lagi.
"Ada apa lagi, Gyuvin-ah." Hanbin menatap Gyuvin yang tersenyum begitu lebar di depannya.
"Tidak ada, hanya ingin mengganggu hyung saja."
Syukurlah Hanbin di lahirkan dengan kesabaran setebal kamus bahasa asing. Dia tersenyum menatap Gyuvin, "baguslah, terima kasih sudah mengacaukan tea time ku yang berharga."
Gyuvin hanya tertawa tanpa matanya menyipit, benar-benar menggemaskan. Hanbin mengulurkan satu buah cupcake yang di terima Gyuvin dengan senang. Gyuvin mendudukkan dirinya di lantai tepat di depan kursi yang Hanbin duduki.
Dia tampak anjing kecil yang berusaha mendapatkan perhatian dari tuannya.
Hanbin mengulurkan tangan dan mengelus kepala Gyuvin. Merasakan helaian rambut itu di jemari tangannya, tanpa sadar membentuk senyum tipis.
Ah, Hanbin benar-benar menganggap Gyuvin adiknya saat ini.
Dulu dia memang memiliki adik perempuan, namun berkat kecelakaan itu Hanbin harus rela berpisah dari adik kesayangannya. Dan yang dia miliki sekarang adalah Gyuvin, sebagai pengganti adiknya di dunia ini. Karena itu Hanbin menyayangi Gyuvin, meskipun mereka baru dekat sekitar satu Minggu ini.
Waktu itu, setelah Gyuvin membawa pasukannya untuk menyelidiki Marques Park seperti perkataan Hanbin, Gyuvin memang menemukan sebuah lorong rahasia di bawah karpet. Awalnya Marques Park mengusir mereka mati-matian, bahkan pria itu marah dan mengancam. Namun Gyuvin yang memiliki izin langsung dari putra mahkota tidak gentar.
Setelah melewati adegan cekcok dan beberapa paksaan kecil, Gyuvin berhasil menerobos ruang bawah tanah itu. Dan betapa terkejutnya dia begitu melihat banyaknya jeruji besi yang berisi anak-anak kecil. Anak-anak itu sangat kurus seakan tidak di beri makan berminggu-minggu. Mereka kotor dan menyedihkan. Bahkan ada yang tergeletak tak berdaya di lantai yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King [Sung Hanbin]
Fantasy[Fantasi, No romance, No bl, but bromance] Sung Hanbin, mahasiswa biasa yang menjalani kehidupan monoton suatu hari harus masuk ke dalam sebuah novel fantasi dengan akhir yang tragis. Bukan hanya itu, dia masuk ke tubuh seorang karakter figuran meny...