10: Keputusan Akhir

299 57 1
                                    

Akhir dari novel itu adalah salah satu akhir terburuk yang pernah Hanbin baca. Setelah tokoh utama menggantikan Sung Hanbin dan menjadi putra mahkota, dari situlah alur sebenarnya di mulai. Mengenai perjuangan dan tantangan putra mahkota dalam memimpin kekaisaran Lux yang begitu luas. Putra mahkota menjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dengan banyak kekaisaran tetangga. Juga memiliki banyak dukungan dari berbagai posisi.

Bahkan dia mampu menaklukkan negara musuh berkat hubungan persahabatan yang dia jalin dengan susah payah.

Namun meskipun begitu, ini novel yang memiliki akhir tragis.

Negara musuh sudah lebih dulu menjalin kontrak dengan ras iblis, sehingga putra mahkota yang hanya memiliki dukungan dari sesama manusia pun harus menerima kenyataan pahit akan kekalahan. Perang tersebut menjadi akhir cerita sekaligus kiamat bagi kekaisaran Lux.

Kekaisaran hancur lebur menyatu dengan tanah, keturunan Lux bahkan tidak ada yang selamat di bantai oleh para iblis yang dengan kejam membunuh dan memakan mereka seperti zombie. Teriakan dan kehancuran ada dimana-mana, hingga kekaisaran Lux di nyatakan punah.

Meskipun tokoh utama, putra mahkota tetap menemui kematian di tangan negara musuh. Dan novel berakhir di sana, membuat semua perjuangan putra mahkota menjadi sia-sia dan tidak ada gunanya.

Jika Hanbin tetap diam, maka kejadian itu akan terulang lagi. Kekaisaran yang indah ini akan menemui kehancurannya lagi. Meskipun pada awalnya Hanbin ingin hidup tenang, namun jika dia tetap diam, otomatis dia akan mati juga ketika akhir novel tercapai. Karena dia tahu, lingkaran protagonis tidak bekerja sama sekali dalam novel itu. Tokoh utama sendiri tidak memiliki plot armor untuk tetap hidup, apalagi karakter yang sejak awal berada di ambang kematian seperti dia.

Selain itu Hanbin juga merasa bertanggung jawab untuk rakyatnya, karena saat ini dialah putra mahkota itu. Dia juga melihat dengan mata kepalanya sendiri kehidupan rakyat yang bahagia dan tentram. Hanbin mau tidak mau memposisikan dirinya sebagai salah satu rakyat, bagaimana perasaannya jika pemimpin yang dia pikir bisa memberikan solusi untuk kehidupannya yang tenang dan bahagia, justru memilih abai hingga kehancuran pun terjadi dan menghancurkan kehidupan damainya.

Hanbin akan mengutuk si pemimpin dengan senang hati.

Juga Hanbin tidak tega dengan masa depan cerah dari anak-anak itu. Hanbin sudah menetapkan tujuan, dan Hao berkata akan selalu mendukung apa yang dia lakukan.

Saat ini Hanbin tengah berada di perpustakaan dengan Hao seperti biasa. Hao sibuk membaca novel romansa yang tidak sengaja dia temukan di salah satu rak. Sementara itu Hanbin sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri.

Dia harus mencari cara yang tepat untuk menanggulangi masalah di akhir cerita. Menjalin kerjasama dengan banyak negara tetangga tidak akan berdampak besar. Dia harus melakukan sesuatu untuk mencari dukungan yang lebih kuat.

Hanbin meraih perkamen kosong dan mulai menulis beberapa hal di pikirannya. Menyambungkan satu dengan yang lain dengan sebuah garis yang di tarik. Mengeluarkan semua ide dan pendapat yang bisa otaknya pikirkan. Menggabungkan semuanya dengan pengetahuan yang dia miliki dari novel.

Hao bisa merasakan hawa keseriusan Hanbin dan menghentikan bacaannya. "Jangan terlalu memaksakan diri. Kejadian itu masih lama, kalau dari apa yang aku lihat di pikiran mu."

Hanbin menggeleng frustasi, "tidak bisa, Hao. Jika aku terlalu tenang, aku hanya buang-buang waktu. Bagaimana jika negara itu sudah menjalin kontrak dengan ras iblis? Maka hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mengalami kehancuran sebelum kita bisa bertindak."

Hao menghembuskan nafas dan mendekati Hanbin untuk melihat coretan idenya. Keningnya berkerut melihat beberapa kata yang tertulis. "Menjalin kerjasama dengan sesuatu yang lebih kuat? Tapi tidak ada yang kekuatan nya setara dengan iblis. Iblis adalah ras terkuat di pengaturan dunia ini. Yang bisa mengimbanginya adalah ras malaikat. Tapi..." Hao terlihat tidak senang, "mereka adalah makhluk sombong yang tidak akan sudi menjalin kontrak dengan manusia apapun kesepakatan yang kau tawarkan tetap tidak akan berhasil. Jadi percuma jika kau memikirkan cara ini." Hao mencoret ras malaikat dari daftar pertimbangan dan rencana Hanbin.

Hanbin kembali merenung. "Hanya mereka yang mengimbangi ras iblis. Jika mereka tidak bisa... Maka apalagi?"

Hao mendudukkan dirinya di atas meja dengan tangan yang terlipat di dada. "Percuma jika kau memikirkan cara untuk menawarkan kesepakatan yang memiliki untung besar untuk mereka, itu hanya percuma saja."

"Bahkan jika aku menawarkan hal itu?"

"Ya, bagi mereka yang adalah makhluk suci, tidak ada kesepakatan yang setimpal dengan hasil kerja mereka. Manusia tidak akan sanggup memberi kan itu."

Hanbin menghela nafas. "Bagaimana jika kita duluan yang menjalin kontrak dengan iblis?"

Hao melotot mendengar ucapan Hanbin. "Apa kau gila?! Kau menyuruhku untuk bekerja sama dengan makhluk busuk seperti mereka? Jangan bercanda Sung Hanbin!"

"Ini kan demi menyelamatkan rakyat." Hanbin membela diri. "Kita hanya perlu merebut strategi negara musuh. Aku tahu masa depan, jadi aku akan mengambil ras yang menjadi ancaman terbesar yang bisa meluluhlantakkan negeri. Aku tidak mempergunakan mereka untuk hal-hal tidak bermoral. Hanya merebut mereka agar tidak di pergunakan musuh. Letak kesalahannya dimana?"

"Letak kesalahannya adalah pemikiran mu yang sempit" Hao menghembuskan nafas lelah dan memijat keningnya. "Dengar, Hanbin. Iblis itu makhluk kotor dan menjijikan. Mereka adalah makhluk yang senang berkhianat, bahkan kepada majikan mereka sendiri. Bukan itu saja, mereka akan meminta perjanjian tidak masuk akal dengan mu. Mereka hanya akan merugikan, daripada menguntungkan mu. Bisa saja ketika mereka menawarkan kontrak, mereka akan meminta jiwa mu sebagai imbalan, dan berujung kau yang menjadi budak mereka selamanya. Kita satu jiwa, Hanbin. Otomatis kau juga akan menggadaikan jiwaku, hanya karena kau tak bisa menemukan solusi lain yang lebih baik. Lalu bisa jadi mereka meminta tumbal nyawa. Apa kau sanggup jika anak-anak yang harusnya kau lindungi dan menjadi tujuan mu itu pada akhirnya mati menjadi santapan iblis?"

Hanbin terdiam mendengarkan ucapan Hao yang semuanya benar. Hal terus menjelaskan dengan sabar, "bahkan mereka juga bisa melanggar kontak. Semisal, ketika kalian mengajukan kontrak dalam keadaan aman terkendali, ketika kontrak selesai dan ras iblis bebas, mereka akan balik menyerang si kontraktor sebagai ganti rasa haus mereka menahan diri ketika kontrak berlangsung. Ujung-ujungnya jiwa mu yang akan menjadi tumbal, atau mungkin yang paling parah kekaisaran Lux yang tetap akan hancur karena mereka." Hanbin merinding mendengar lanjutan Hao.

"Aku..."

"Kau sendiri juga tidak tahu lanjutan kondisi negara musuh bukan? Tokoh utama mati dan novel berakhir. Lalu apa selanjutnya? Kita tidak pernah tau apa yang terjadi pada negara musuh setelah tujuannya tercapai. Jadi belum tentu metode menjalin kerjasama ini adalah jalan teraman."

Hanbin serasa di pukul telak oleh penjelasan Hao. Jika saja tidak ada Hao, Hanbin mungkin sudah melakukan keputusan bodoh yang hanya akan merugikan dirinya sendiri. Hao benar, pemikiran Hanbin terlalu sempit. Dia tidak memikirkan resiko dari tindakannya. Hanya karena Hanbin membaca novel, belum tentu dia memegang kendali dunia. Hanbin menyadari betapa sombong pemikiran nya selama ini.

Sekali lagi Hanbin bersyukur Hao ada dan membantunya meluruskan pemikiran nya menjadi yang terbaik untuk bersama.

Hanbin menatap perkamen yang berisi coretan idenya dengan tatapan kosong. Mau tidak mau dia benar-benar harus memikirkan solusi lain. Solusi yang sama kuatnya namun dengan resiko kerusakan yang kecil. Pasti ada. Hanya saja Hanbin harus lebih memikirkan nya.

Hao ada disisinya, membantu nya jika Hanbin kesulitan. Maka yang Hanbin butuhkan saat ini adalah berpikir bebas tanpa ragu, karena dia tahu Hao akan membawanya kembali ke jalan yang benar jika dia salah. Hanbin memejamkan mata, "pemikiran paling liar... Hal yang tidak pernah di lakukan di novel..."

Mata Hanbin melotot begitu secercah ide memasuki otaknya. Dia menatap Hao yang juga tercengang begitu membaca idenya. Kedua berpandangan sebentar sebelum senyum sumringah terukir di bibir keduanya.

"Hanbinnie! Kau jenius! Tidak salah aku menjalin kontrak dengan manusia seperti mu!" Puji Hao kagum dan berbinar-binar.

Hanbin merasa lega begitu ide yang dia pikirkan ternyata sesuai dengan keinginan mereka berdua. "Baiklah, mari kita gunakan ide itu dan hentikan kehancuran dari kekaisaran Lux sebelum terlambat."

TBC

Akhirnya setelah merenungkan  sekian lama aku memutuskan beli album zb1 versi Shade muehehehe, konsepnya seger soalnya (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

The King [Sung Hanbin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang