06: Tanda Janji

333 49 1
                                    

"Ayo buat kontrak denganku, Zhang Hao."

Kedua mata Hao menyipit. Menatap Hanbin dengan raut wajah yang tidak bisa di tebak. "Kau bahkan tahu nama asliku. Kau bukan manusia biasa, Hanbin?"

"Aku manusia biasa, Hao." Hanbin menuntun tangan Hao ke pipinya, membiarkan telapak tangan yang lembut itu merasakan hangat tubuhnya. "Aku manusia biasa, kau yang paling tahu."

"Apakah ada orang yang tahu nama asliku dan memberitahu mu?"

Hanbin menggeleng. "Tidak. Zhang Hao, jalinlah kontrak dengan ku. Mungkin terdengar aneh, tapi aku akan mati di masa depan. Aku butuh kau untuk mendukung ku tetap hidup. Hanya untuk itu. Aku tidak akan meminta mu melakukan permintaan tidak masuk akal." Hanbin memejamkan matanya sejenak, hanya untuk tetap hidup, dia akan melakukan apapun.

Dia hanya ingin hidup.

Hao menatap Hanbin sedikit lebih lama, sebelum akhirnya tersenyum kecil, "dengan syarat kau tidak melupakan janjimu, Hanbinnie."

Senyum Hanbin semakin merekah mendengarnya. "Dengan senang hati, Hao. Aku akan memainkan biola untuk mu sebanyak yang kau mau." Hanbin benar-benar merasa sangat lega begitu Hao menyetujui permintaannya. Senyum yang dibbuat Hanbin benar-benar mengekspresikan perasaan leganya yang tidak dapat di jabarkan dengan kata-kata.

Hanbin tahu, Hao bisa melindunginya jika pada akhirnya semua perubahan yang dia lakukan di masa depan akan menjadi Boomerang baginya. Hanbin tahu betapa sakitnya kematian itu, ketika ruh perlahan-lahan keluar dari tubuh, itu luar biasa menyakitkan. Hanbin tidak berniat merasakan rasa sakit itu dalam waktu dekat. Sejak dulu Hanbin membenci rasa sakit, dia benci perasaan tidak nyaman yang membuat nya tersiksa. Karena itu dia akan melakukan apapun untuk tidak merasakan hal itu

Hao sekali lagi menatap mata Hanbin, mencari setitik jejak kebohongan disana, namun tidak ada sama sekali. Hanya ada kejujuran yang terpancar dari sana.

Hao seakan bergulat batin namun pada akhirnya mengangguk. "Kau tahu namaku, berarti kau tahu bagaimana cara elf menjalin kontrak, bukan?"

"Ya, menjalin kontrak artinya berbagi jiwa. Kau dan aku akan menjadi satu jiwa. Apapun yang aku pikirkan kau akan tahu, dan apapun yang kau pikirkan aku akan tahu. Jika salah satu mati, maka yang lain otomatis juga akan mati. Jika sudah sekali menjalin kontrak, maka itu hubungan mutlak sampai mati."

"Kau benar. Lalu apakah kau siap dengan itu? Kau siap harus berbagi segalanya dengan ku?"

Hanbin tertawa hingga matanya menyipit, "harusnya aku yang bertanya padamu. Apakah kau siap merelakan kehidupan abadi mu untuk mati bersama ku suatu hari nanti?"

Hao menggeleng, "tidak keberatan. Lagipula aku benci kehidupan abadi ini. Tapi satu hal yang harus kau tahu, Hanbin. Meskipun kita satu jiwa nanti, aku melarang mu melakukan kejahatan dalam bentuk apapun. Jika aku merasakan sedikit keinginan atau niat jahat, kau akan kesakitan karena jiwaku akan memberontak. Tapi sebagai gantinya, aku berjanji akan selalu melindungi dan mendukung mu jika ingin melakukan niat baik."

"Khas seorang elf sekali!" Hanbin terlihat senang, "aku juga tidak berniat menjadi penjahat, tenang saja."

Hao puas dengan perkataan Hanbin. Dia mengulurkan tangannya dan menyentuh bagian dada atas Hanbin, dan seberkas cahaya menguar dari tubuh Hao di sertai rasa hangat di kulit yang di sentuh oleh Hao. Hanbin tetap diam hingga cahaya itu perlahan memudar.

"Aku sudah meletakkan tanda ku di sana. Selama tanda itu terukir di sana, selama itu pula jiwa kita terhubung. Bukti kontrak ku padamu, Sung Hanbin."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The King [Sung Hanbin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang