12: Menaklukkan Ras Immortal

266 48 3
                                    

Ucapan percaya diri yang di utarakan Hanbin berhasil membuat Hoetaek menatapnya kagum dan bangga. Pangeran mudanya bisa berubah lebih baik seperti ini, bahkan mulai memikirkan rakyatnya. Meskipun Hoetaek terus berada di dalam menara sihir untuk pekerjaannya, namun dia sangat tahu apa yang terjadi di luar, karena itu dia juga mengetahui sifat dan karakter pangeran mudanya itu.

Hoetaek bersyukur Hanbin telah berubah, dan berjanji akan mendukungnya sepenuhnya.

"Pangeran..." Hoetaek tersenyum lembut hingga matanya menyipit, "baiklah. Saya akan menyerahkan perkamen suci tanda kontrak pada anda. Tapi berjanjilah sekali lagi pada saya bahwa anda tidak akan menyalahgunakan perkamen itu dan terus fokus pada tujuan utama anda."

Hanbin mengangguk yakin. Hanya ini satu-satunya cara agar semuanya selamat, juga dirinya tetap hidup. Jika dia berhasil mencegah kehancuran, maka tidak ada satupun orang di kekaisaran Lux yang akan berani membunuhnya di masa depan. Dia bisa menyelamatkan dirinya juga semua orang di kekaisaran.

Hoetaek berdiri dan berjalan ke tengah ruanganan, matanya mengisyaratkan agar Hanbin mendekat. Hanbin mengangguk paham dan dengan mantap berjalan mendekati Hoetaek. Penyihir agung itu memberikan senyuman lembut pada Hanbin sebelum memejamkan matanya.

Selang beberapa menit sebuah angin kencang yang entah berasal dari mana mulai berhembus, membuat orang-orang yang ada di dalam ruangan itu panik seketika. Bahkan beberapa kertas yang ada di meja Hoetaek berterbangan dan berserakan dimana-mana. Hanbin bisa melihat Hoetaek tidak terganggu sama sekali.

Kemudian terdengar suara petir yang bersahut-sahutan dari luar ruangan di susul dengan awan gelap yang menutupi matahari. Seketika itu juga suasana yang awalnya terang benderang mendadak menjadi gelap seperti sedang malam hari.

Gyuvin sedikit panik dengan perubahan mendadak itu, menatap Hanbin khawatir.

Hanbin menggeleng dan tersenyum jenaka agar adiknya itu tidak ketakutan. Sorot matanya seakan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja, dan aman terkendali. Jadi Gyuvin-ah, jangan takut.

Seberkas cahaya muncul dari ujung tongkat yang di pegang Hoetaek. Tongkat itu mengingatkan Hanbin dengan film penyihir yang terkenal di dunia nya dulu. Penyihir hebat yang berkacamata dan menaiki sapu terbang dan tongkat sihir yang hebat. Seperti itulah sosok Hoetaek yang dia lihat sekarang.

Hoetaek menggoyangkan tongkatnya dan cahaya itu mengikuti ujung tongkatnya, hingga tanpa Hanbin sadari sebuah lingkaran sihir terbentuk di lantai yang di pijaki keduanya. Lingkaran itu memiliki goresan rumit dan simbol-simbol yang tidak dapat di mengerti oleh manusia biasa. Hao membisiki Hanbin jika itulah salah satu syarat awal untuk mendapatkan perkamen kontrak suci.

Setelah berhasil membuat lingkaran sihir itu, Hoetaek membuka matanya dan menatap Hanbin dalam. "Sung Hanbin, apakah kau bersedia menjadi bagian dari perkamen kontrak ini?"

"Iya."

"Bersediakah kau bersumpah dan meneteskan darah mu sebagai lambang keseriusan dalam ucapan mu?"

Hanbin mengeluarkan sebuah pisau kecil dari saku celananya dan menggores telapak tangannya sendiri, membiarkan tetesan darah itu jatuh tepat ke atas simbol-simbol sihir itu.

Lingkaran sihir itu mendadak bercahaya sangat terang dan cahayanya meledak hingga membuat Hanbin refleks menutup matanya. Dan ketika dia membuka matanya kembali, sebuah perkamen kontrak telah terbentang di depannya dalam keadaan melayang.

"Perkamen ini sudah menyerap darahmu. Kau akan di kenal sebagai pemilik kontrak. Kau bisa menyebutkan kontrak apa yang kau inginkan, dan mengikat siapapun yang kau mau atas persetujuan bersama. Syarat utama menjalin kontrak adalah pihak lain juga harus meneteskan darahnya di atas perkamen ini." Jelas Hoetaek.

"Tidak akan ada yang bisa melanggar kontrak, karena ketika mereka memberikan darah mereka sebagai bukti kontrak, maka jiwa mereka juga akan terikat. Ingat, Hanbin. Kontrak tidak akan berlaku jika itu adalah paksaan. Harus kesepakatan bersama."

Hanbin mengangguk paham. "Terima kasih, penyihir agung. Aku akan mengingat pesanmu."

Hoetaek memegang bahu Hanbin dan meremasnya pelan. "Semoga perjalanan mu di berkahi selalu. Aku akan mendoakan mu dari sini. Semoga segalanya lancar, aku akan selalu mendukungmu."

"Aku menghargai nya penyihir agung."

"Panggil aku Hui hyung. Tidak perlu sekaku itu padaku, pangeran."

Hanbin tertawa, "kalau begitu Hui hyung juga harus memanggil ku Hanbin." Mata Hanbin melirik penyihir muda yang sudah mengantarnya tadi, "kalau dia siapa namanya?"

Hoetaek mengisyaratkan penyihir muda itu mendekat, "perkenalkan namamu."

Penyihir itu terlihat menggemaskan, dengan sedikit malu dia berkata, "namaku Ollie, pangeran."

Hanbin tersentak begitu mendengar nama itu. Ollie. Salah satu dari dua sahabat inti tokoh utama. Jika tidak salah ingat, yang lain bernama Takuto. Namun dia belum muncul jika dilihat dari time line nya. Untuk kasus Ollie, pertemuannya dengan tokoh utama tidak memakan banyak adegan. Tokoh utama yang sering bermain ke menara sihir otomatis berteman dengan Ollie yang usianya hanya berjarak satu tahun dengannya. Mereka menjadi akrab, dan bersahabat baik. Ollie adalah orang yang paling tidak menyukai Sung Hanbin karena sifatnya terlebih lagi perlakuan lelaki itu pada sahabatnya. Maka dari itu ketika eksekusi Sung Hanbin terjadi, Ollie adalah orang yang paling berbahagia.

Hanbin sedikit merinding mengingat fakta itu.

Namun tidak seperti di dalam novel, Ollie yang ini menatapnya hangat dan sedikit malu-malu. Ataukah sorot itu sebenarnya lebih mengarah kepada kagum dariada malu-malu? Entahlah. Yang jelas Hanbin sangat tahu jika itu bukan sorot kebencian dan hinaan.

"Baiklah Ollie, terima kasih telah mengantarku kesini."

"Tidak masalah!" Jawabnya bahagia.

Setelah berbincang sejenak dan menyiapkan urusannya dengan Hoetaek, Hanbin kembali ke kamarnya. Dia duduk dengan tenang di sofa sambil menatap perkamen sihir yang di bentang di hadapannya.

Hao ikut duduk di sebelahnya. "Sekarang pikirkan tujuan pertama kita terlebih dahulu. Ras mana yang ingin kan taklukkan pertama kali."

"Apa kau punya saran hyung?"

Hao menyenderkan punggungnya ke sandaran sofa. "Sebelum aku menyebut kan saranku. Aku ingin tahu, ras apa saja yang ingin kau taklukkan."

Hanbin mengangguk, "setelah memikirkan matang-matang, ada beberapa ras yang tidak mudah untuk di ajak bekerja sama. Jadi aku sudah menyeleksi beberapa ras yang memiliki kemungkinan terbesar dan membuang opsi yang tidak memungkinkan. Ras yang memiliki potensi untuk di ajak membentuk aliansi sekiranya ada empat. Werewolf, Fairy, Dragon, Griffin. Itu saja sudah cukup untuk benteng pertahanan kita melawan para iblis. Namun jika beruntung, kita bisa menjalin kerjasama dengan ras lain, yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. Yah, pada akhirnya semua itu terletak pada keberuntungan kita pada perjalanan kali ini."

"Aku mengerti. Kalau begitu mari taklukkan ras werewolf terlebih dahulu." Hao beranjak dan mengambil peta dari laci. "Kawasan werewolf ada di daerah Launche, perjalanan kesana memakan waktu seminggu jika naik kereta kuda. Jika berjalan mulus, maka hanya akan menyita waktu enam hari. Apa kita masih punya banyak waktu?"

Hanbin mengangguk, "sangat banyak. Mari lakukan perlahan, hyung."

The King [Sung Hanbin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang