Pada akhirnya setelah melewati pembicaraan, atau mungkin perdebatan serius yang sangat panjang dan intens dengan kaisar, Hanbin di perbolehkan untuk pergi, dengan syarat Gyuvin harus bersama dengan nya. Meskipun Kaisar tidak menyukai Hanbin, namun lelaki itu tetaplah putra mahkota, penerusnya. Tokoh utama yang sangat di sayangi nya juga belum muncul, karena itu kaisar masih menaruh sedikit perhatian padanya.
Untuk Gyuvin, dia adalah orang kepercayaan kaisar. Kesatria Kim sudah melayani kaisar selama empat generasi, dan menjadi tangan kanan yang sangat di percayai kemampuannya di kekaisaran Lux. Gyuvin sendiri meskipun baru fokus untuk tugas kesatria, dia sudah memiliki bakat bawaan dan seorang jenius. Karena itu kaisar tidak ingin Hanbin pergi tanpa Gyuvin di sisinya.
Gyuvin tentu sangat bahagia karena memiliki alasan penuh untuk selalu mengikuti Hanbin. Meskipun Hanbin sendiri juga tidak berniat untuk meninggalkan lelaki itu. Karena Hanbin benar-benar tahu kemampuan yang di miliki Gyuvin sangat dia butuhkan dalam perjalanan berbahaya ini.
Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju daerah Launche di selatan kekaisaran Lux. Untuk sampai kesana cukup jauh, memerlukan waktu tujuh hari, dan jika beruntung hanya perlu enam hari. Tapi tetap saja itu perjalanan yang panjang.
Meskipun begitu, Hanbin bersikeras untuk pergi bertiga saja, dengan Gyuvin dan Hao. Dia tidak ingin membawa pengawal atau pelayan. Alasan utamanya adalah karena dia sendiri tahu betapa berbahayanya perjalanan ini. Dia tidak ingin ada nyawa yang terancam hanya karena ide gilanya yang bahkan tidak pernah tertuliskan di novel.
Awalnya keinginan itu di tolak mentah-mentah oleh kaisar. Namun Hoetaek membantunya untuk membujuk pria paruh baya itu dan berjanji akan melindungi Hanbin dengan sihir-sihirnya. Kaisar pada akhirnya tidak memiliki alasan untuk menolak karena dirinya juga tidak menyangkal kehebatan dari kemampuan Hoetaek, penyihir terbaik kekaisaran.
Hanbin tersenyum sumringah di atas kudanya. Dia menyukai pemandangan alam yang tersaji di hadapan nya. Di kehidupan sebelumnya Hanbin tinggal kota Seoul Korea yang di penuhi gedung pencakar langit kemanapun mata memandangang. Hanbin tidak memiliki kesempatan untuk berlibur dan menikmati keindahan alam di destinasi wisata, misalnya Jeju. Hanbin sibuk dengan perkuliahan dan nilai yang harus dia pertahankan tiap semesternya.
Karena itu melihat keindahan pemandangan ini membuat nya terharu. Mau tidak mau menyadari jika inilah yang dia dapatkan setelah melewati satu kali kematian yang mengerikan.
Dan sekarang anehnya dia justru merasa lega dan bersyukur, dapat menikmati pemandangan yang tidak bisa dia dapatkan di kehidupan sebelumnya.
Setelah menempuh tiga hari perjalanan panjang dan melelahkan, Hanbin mulai terbiasa menunggang kuda. Pada awalnya dia memang kesulitan mengendalikan hewan itu, namun semakin lama dia merasa semakin jago, dan mulai berpikir jika dirinya masih hidup di masa depan, Hanbin mungkin bisa mengikuti kejuaraan berkuda.
Memikirkan hal absurd itu membuat Hanbin terkekeh sendiri.
Hao memutar bola matanya mendengar pemikiran Hanbin.
"Ada apa hyung? Apa kau kerasukan hantu di hutan ini?" Gyuvin bertanya khawatir. Hanbin tersenyum kesal, meskipun itu bentuk perhatian Gyuvin, tetap saja terdengar menyebalkan.
"Aku baik-baik saja."
Hanbin merasakan ada setitik air yang jatuh ke wajahnya. Dia mengerjapkan matanya dan merasakan hembusan angin dingin yang menerpa kulitnya. "Hyung, Gyuvin-ah, jangan bilang... Akan segera hujan?"
Hao mendongak ke langit dan benar saja, tepat setelah Hanbin mengatakan itu langit yang semula cerah mulai menggelap. Awan-awan hitam mendominasi langit di siang hari itu. Hao memejamkan matanya, kemudian menghembuskan nafas panjang, "sebentar lagi badai."
KAMU SEDANG MEMBACA
The King [Sung Hanbin]
Fantasy[Fantasi, No romance, No bl, but bromance] Sung Hanbin, mahasiswa biasa yang menjalani kehidupan monoton suatu hari harus masuk ke dalam sebuah novel fantasi dengan akhir yang tragis. Bukan hanya itu, dia masuk ke tubuh seorang karakter figuran meny...