Seharian penuh Hanbin pingsan. Gyuvin tidak beranjak sedikitpun dari sisi Hanbin, merasa menyesal karena gagal melindungi hyung tersayang nya.
"Gyuvinnie, makan dulu." Peringat Hao sambil membawakan senampan makanan. Dia juga membawa jatah Hanbin, siapa tahu jika anak itu tiba-tiba bangun. Hao akan menyuapinya makan seperti biasa jika Hanbin sakit.
Gyuvin menggeleng. Dia malah menenggelamkan wajahnya di perut Hanbin, "Hyung belum bangun. Aku tidak selera."
Hao menghembuskan nafas panjang. Dia duduk di pinggir kasur dan mengelus kaki Hanbin yang tertutup selimut. "Aku tahu. Tapi kau manusia. Kau harus makan."
"Hanbin hyung juga manusia yang juga membutuhkan makanan."
Hao kini gantian membelai kepala Gyuvin lembut, "jangan khawatir. Aku dan Hanbin itu satu. Aku bisa menjaga Hanbin agar tetap kenyang dan sehat meskipun dalam keadaan tidak sadarkan diri. Selama aku sehat, maka Hanbin juga akan sehat. Lagipula dia hanya pingsan karena kekurangan darah. Dia akan segera bangun." Hao menjelaskan dengan nada yang lembut.
Gyuvin menunduk sedih. "Tapi Hao hyung..."
"Jika kau sakit karena menolak makan, Hanbin akan marah ketika bangun. Dia akan sedih dan merasa bersalah padamu. Secara tidak langsung dia akan merasa dia menyakiti dan membuatmu sakit."
Gyuvin terdiam. Dia mengangguk-angguk lemah dan meraih piring makanan yang di bawa Hao dan mulai memakannya.
Hao tersenyum puas. Membujuk Gyuvin untuk menuruti perkataannya sebenarnya tidak sulit. Gyuvin itu polos dan kekanakan. Hao seperti nya mengerti bagaimana cara Hanbin menjinakkan Gyuvin sebelum ini.
Setelah melalui satu malam lagi, barulah Hanbin sadar pagi harinya. Lelaki itu melenguh pelan dan membuka kedua matanya. Dia terkejut ketika tiba-tiba tubuhnya di terjang oleh sebuah pelukan erat yang hampir-hampir membuatnya sesak nafas. Dia juga bisa mendengar suara Hao yang mengatakan untuk tidak terlalu berlebihan.
"Gyuvinnie?"
"Hanbin hyuuunggg!!!" Gyuvin semakin erat memeluknya, bahkan kini Hanbin bisa merasakan lehernya di aliri oleh air mata Gyuvin dan bahunya basah.
Hanbin yang masih merasa lemas hanya bisa membalas pelukan Gyuvin dan mengelus punggung yang bergetar itu dengan lembut. "Aku disini Gyuvinnie."
"Maafkan aku hyung, aku yang salah! Kaisar sudah mempercayakan hyung padaku, dan Hyung sendiri juga sangat mengandalkan aku untuk melindungi hyung. Tapi aku malah terkecoh mangga dan membiarkan hyung terluka! Aku benar-benar tidak berguna." Gyuvin berderai air mata dan terisak-isak. Hati Hanbin terasa hangat. Gyuvin benar-benar peduli padanya lebih dari yang dia bayangkan selama ini.
Hanbin tertawa dan membawa Gyuvin kembali ke dalam pelukannya. Dia menepuk-nepuk kepala Gyuvin sayang. "Terima kasih sudah peduli padaku. Aku baik-baik saja dan ini bukan salahmu.
Sepanjang waktu itu Hanbin membiarkan Gyuvin menangis dan memeluk nya hingga puas. Setelah itu giliran Hao untuk merawat Hanbin. Menyuapi pemuda itu makan dan membantu membersihkan tubuhnya dengan air hangat.
Setelah Hanbin selesai di rawat dengan baik, barulah Hao mulai berbicara serius.
"Itu berbahaya. Jangan lakukan itu lagi Hanbin-ah." Gerutunya kesal.
"Sebenarnya itu mendadak. Tapi ku pikir itu bisa menjadi kesempatan. Jadi? Setelah aku pingsan apa yang terjadi?"
Hao terdiam sejenak, "namanya Kim Jiwoong. Dia adalah vampir yang di kenal berkaitan dengan kota hantu ini. Bodohnya aku karena melupakan itu. Aku mengetahui tentang itu ketika tiga orang pemburu sedang beristirahat di bawah pohonku. Mereka menceritakan rumor kota hantu juga sosok Kim Jiwoong yang akan menghisap darah orang-orang yang terpilih untuk memasuki kota hantu. Tidak keseluruhan, Kim Jiwoong memiliki tipe darah. Dan sialnya kau, ternyata adalah salah satu tipenya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The King [Sung Hanbin]
Fantasy[Fantasi, No romance, No bl, but bromance] Sung Hanbin, mahasiswa biasa yang menjalani kehidupan monoton suatu hari harus masuk ke dalam sebuah novel fantasi dengan akhir yang tragis. Bukan hanya itu, dia masuk ke tubuh seorang karakter figuran meny...