14: Kim Jiwoong Dari Kota Hantu

311 53 3
                                    

Hanbin memekik begitu merasakan dua benda tajam menembus kulit dan daging lehernya. Hanbin berusaha memberontak, namun dekapan yang lebih mirip cengkraman itu semakin menahan dirinya. Hanbin benar-benar merasa tidak berdaya ketika dia merasakan darahnya di sedot dari lehernya, dan dia hanya bisa bersandar lemah pada seseorang yang entah siapa itu.

Hanbin bukan tipe orang yang akan mudah pasrah, namun entah apa yang terjadi tapi dia mendadak kehilangan tenaganya, otaknya juga mendadak kosong, seperti bukan dirinya saja.

Seperti dia sedang berada di bawah pengaruh sihir dari seseorang yang menghisap darahnya itu.

Sosok itu menyeringai di perpotongan leher Hanbin, menjilat darah yang keluar dari bekas gigitannya, "darah bangsawan, benar?"

Hanbin berusaha keras mengendalikan otaknya untuk tetap sadar dan melirik pada sosok itu. Namun seakan mengantisipasi hal itu, sosok itu menutup lembut kedua mata Hanbin dengan telapak tangannya. "Keinginan tahuan yang berlebihan itu tidak baik, pangeran."

"Kau tahu aku pangeran, tapi kau tetap melakukan ini." Hanbin berusaha keras untuk mengeluarkan satu kalimat lengkap di saat tenggorokannya menjerit sakit.

Sosok itu tertawa renyah. Suaranya sangat bagus untuk di dengar, namun Hanbin tidak dalam posisi untuk mengagumi suara siapapun. "Apa maumu?"

Sosok itu mengendus lehernya lagi kemudian berkata dengan nada rendah, "mungkin darahmu?"

"Aku bukan bank darah mu." Ucap Hanbin cepat.

"Bank darah? Apa itu sejenis tempat penyimpanan darah?" Sosok itu bertanya tapi tidak benar-benar bertanya, lebih tepatnya hanya untuk mengejek Hanbin.

"Kau bisa mencari orang lain, vampir." Hanbin berujar dengan suara serak. Dia langsung mengetahui jika sosok ini vampir karena darahnya yang di hisap. Hanya vampir yang melakukan itu. Hanbin sendiri adalah jiwa dari masa depan, dan di masa depan begitu banyak film tentang vampir. Hal seperti ini bukan hal baru bagi Hanbin. Karena itu dia bisa langsung mengetahui apa tepatnya ras sosok itu.

"Darah mu wangi. Benar-benar tipe darah kesukaan ku. Kau mendadak menjadi orang favorit ku. Ayo tinggal dengan ku."

Hanbin terkekeh kecil. Tinggal bersamanya? "Lalu kemudian aku akan menjadi makanan pribadi mu bukan begitu?"

"Hmm?" Sosok itu menyeringai semakin lebar, "mungkin kau benar. Tenang saja, aku akan memperlakukan mu dengan baik. Lagipula sejak awal kau bangsawan."

Hanbin menghela nafas, "apa kau tidak takut padaku?"

"Takut untuk apa? Seharusnya kau lah yang berpikir untuk takut padaku, bayi kecil."

Hanbin menahan rasa geli mendengar panggilan itu. Bayi? Siapa? Dia? Justru sosok vampir inilah yang terlalu tua. Dasar kakek kakek peyot, umpat Hanbin dalam hati.

"Tentu saja kau harusnya takut atau waspada padaku, aku ini pangeran. Aku bisa saja membunuh mu sekarang."

"Dengan keadaan mu yang tidak berdaya seperti ini? Saat ini kau hanya terlihat seperti tikus kecil yang terjebak."

Hanbin dengan kesulitan mengangkat tangannya dan menyentuh tangan dingin sosok vampir itu. "Sejujurnya, aku baru saja mempertimbangkan sesuatu. Aku bisa saja tinggal dengan mu dan menjadi bank darahmu. Hanya saja apa imbalan untukku?"

Vampir itu tertawa tidak habis pikir. "Baru kali ini ada manusia yang bersedia memberikan darahnya padaku tanpa harus di paksa. Apa rencana mu sebenarnya?"

"Tidak membuka sesi tanya jawab. Tapi pasti nya jika aku menyerahkan diriku, aku akan mendapatkan imbalan." Hanbin tersenyum lembut, mengelus lembut tangan vampir yang tengah menutupi matanya.

"Kau pikir kau dalam kondisi yang menguntungkan untuk bernegosiasi? Jangan sombong, manusia. Aku memang suka darahmu, tapi aku tidak terlalu membutuhkan mu untuk tetap berada di sisiku. Bisa saja aku menghabisi darahmu sekarang juga untuk memuaskan rasa hausku." Dia tertawa terbahak-bahak dan sebelah tangannya mencengkram tubuh semakin erat, membuat Hanbin sedikit sesak nafas.

"Ternyata cara seperti ini tidak berhasil juga ya?" Gumamnya.

Dan ketika vampir itu akan menggigit lehernya lagi dan menyedot darahnya sampai mati, sebuah kekuatan yang sangat besar menghempaskan tubuhnya sampai pelukannya pada tubuh Hanbin terlepas. Tubuh vampir itu menghantam dinding hingga dinding itu retak dan hancur.

Jika itu manusia biasa, mungkin dengan hantaman sekeras itu pasti langsung tewas di tempat. Namun vampir itu tentu saja masih hidup.

Hanbin merasakan tubuh lemahnya kini di rengkuh lembut oleh sepasang lengan yang kuat dan hangat. Hanbin membuka matanya perlahan dan langsung beradu tatap dengan Zhang Hao.

Hanbin tersenyum lebar, "halo, Hao hyung."

Tapi Hao sama sekali tidak tersenyum, dia menatap Hanbin tajam. "Aku benar-benar membenci ide sok pintar mu itu. Bagaimana bisa membiarkan darahmu di hisap begitu saja hanya demi sebuah negoisasi?! Dan penawaran macam apa yang kau tawarkan itu?! Sung Hanbin, aku tahu kau gila, tapi ini lebih gila lagi!"

Jadi yang sebenarnya terjadi. Ketika Hanbin merasakan kejanggalan di gang itu, Hao sudah memperingatkan Hanbin lebih dulu melalui telepati. Ketika Hanbin di tangkap dan di gigit, Hanbin langsung menebak jika itu vampir. Dia ingin meminta Hao menyelamatkan nya, tapi dia mengingat, jika vampir termasuk dalam ras yang ingin dia ajak bekerja sama. Jadi ketika Hao akan datang dan menyelamatkan nya, Hanbin meminta waktu sebentar untuk bernegosiasi. Meskipun Hao sudah menolak dengan tegas, Hanbin meminta elf itu untuk percaya padanya.

Meskipun negoisasi itu pada akhirnya gagal juga. Tapi setidaknya dia sudah berusaha.

Hao terlihat geram padanya. "Berhenti memposisikan dirimu dalam bahaya. Aku benci itu."

Hanbin mengangguk dan balas memeluk Hao, "aku tidak sanggup jalan, Hao hyung, darahku habis." Setelah mengatakan itu, Hanbin langsung pingsan dalam pelukan Hao.

"Manusia ini bodoh." Gumam Hao yang langsung menggendong tubuh Hanbin dengan mudah.

Jujur saja Hao juga terkejut dengan penawaran yang Hanbin lakukan. Apa anak itu tidak memiliki ide penawaran yang lebih baik lagi? Jika itu benar terjadi, hal itu hanya akan merugikan Hanbin yang harus menyerahkan darahnya setiap hari. Lama kelamaan Hanbin yang akan mati kehabisan darah bahkan sebelum tujuan mereka tercapai.

Hao memfokuskan pandangan nya pada vampir yang perlahan mulai kembali bergerak itu. Vampir itu terlihat tidak terganggu sama sekali meskipun tubuhnya sudah menghantam dinding hingga retak seperti itu. Dia bahkan terlihat santai seakan tidak terjadi apapun.

"Pantas saja dia terdengar percaya diri dan tidak ketakutan, dia memiliki elf bersamanya." Vampir itu menatap Hao sinis.

Hao benar-benar tidak bisa menahan aura kebencian yang menguar darinya. Tatapan tajam, seakan berencana mencabik-cabik vampir itu dalam sekejap.

Vampir mengangkat bahunya tidak peduli, "yah, aku tidak punya urusan apapun lagi dengan kalian. Aku lapar, dan aku menyukai manusia itu. Tapi sepertinya kau tidak berniat memberikannya, jadi ya sudahlah. Aku juga tidak berniat untuk bertarung dengan ras kuno."

Vampir itu berbalik dan berjalan santai meninggalkan mereka. Hao menatap punggung vampir itu tajam, sepertinya dia vampir yang selalu di bicarakan oleh para pemburu yang berburu hewan liar di dekat pohon nya.

Pria ini memili ciri-ciri yang sama dengan yang biasanya mereka bicarakan.

Kim Jiwoong, si vampir berbahaya dari kota hantu.

TBC

Sedang berusaha mengingatkan diri sendiri kalau ini bromance, ini bromance dan ini bromance :)

The King [Sung Hanbin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang