07: Wacana Perjalanan

357 53 6
                                    

Hao saat ini sedang bersantai di atas kasur Hanbin yang empuk. Tampaknya elf itu sangat suka bermalas-malasan. Hanbin terpaksa harus tidur di sofa karena Hao benar-benar tidak berniat meninggalkan kasur sama sekali. Dia malah memeluk bantal-bantal dengan erat seakan mereka adalah separuh jiwanya. Hanbin, sebagai separuh jiwa Hao yang asli merasa tersingkirkan oleh bantal.

Tapi Hanbin adalah seorang mantan mahasiswa yang bisa tidur dimana saja, karena itu dia tidak keberatan menyerahkan kasurnya sepenuhnya pada elf itu dan menjadikan sofa sebagai kasur utamanya sekarang. Diam-diam merasa kasian pada Hao karena berada di hutan yang sepi dan keras dalam waktu yang sangat lama. Hao berhak merasakan empuknya kasur lagi.

Sesuai dugaan Hanbin, Gyuvin benar-benar menghujani Hanbin dengan beribu pertanyaan sesampainya mereka di istana. Hanbin menunjukkan sosok Hao, dan benar saja Gyuvin hanya bisa melongo kagum pada paras yang Hao miliki.

"Tapi kenapa elf seindah dia mau-mau saja menyatu dengan hyung? Bukannya itu hanya akan merugikan dia?"

Dan hari berakhir dengan Gyuvin yang menjadi samsak kekesalan yang sudah di tahan Hanbin berhari-hari.

Semenjak itu Hanbin Hao dan Gyuvin hidup bersama. Hao adalah elf yang cukup rewel, tapi dia benar-benar membantu Hanbin dalam berbagai hal. Sesuai yang di harapkan dari jiwa yang sudah hidup ratusan bahkan ribuan tahun itu. Hao dapat menuntun Hanbin ketika menghadapi berbagai keputusan sulit, merawat mental Hanbin ketika sedang terpuruk, dan dapat melindungi Hanbin ketika ada orang yang memiliki niat buruk padanya.

Bahkan ketika Hanbin sakit Hao lah yang benar-benar menjaga dan merawat Hanbin dua puluh empat jam penuh. Meskipun Gyuvin ataupun para pelayan siap sedia untuk memenuhi apapun kebutuhan Hanbin yang sakit, namun tidak sepenuhnya berada disisi Hanbin.

Hao bahkan rela menyanyikan lagu tidur dan mengelus kepalanya hingga dia tertidur setiap malam ketika dia tidak bisa tidur karena sakit. Bahkan Hao rela menyuapinya makan karena setiap sakit Hanbin akan terlalu lemah bahkan untuk sekedar memegang sendok.

Daripada hyung, Hao justru lebih terlihat seperti ibunya. Ibu yang mengasuh anak laki-lakinya dengan baik. Karena itu Hanbin benar-benar menempel pada Hao dan berpikir bahwa dia mungkin tidak akan bisa melakukan apapun tanpa perawatan Hao.

Lalu pernah ada suatu kejadian yang membuat Hanbin semakin bersyukur dapat memiliki Hao di sisinya. Waktu itu ada seorang pelayan yang menuangkan racun ke dalam minuman kopinya. Hanbin hampir saja terkecoh dan nyaris meminum kopi itu, namun berhasil di cegah oleh Hao yang dapat mengendus adanya aroma yang berbeda.

Di novel asli, Sung Hanbin benar-benar tidak mengetahui hal itu dan meminum kopi nya. Berujung dirinya yang kejang-kejang dan hampir mati. Orang yang menaruh racun itu adalah seseorang yang memiliki dendam pada Sung Hanbin dan kekaisaran Lux.

Tapi berkat Hao, Hanbin tidak perlu mengalami fase keracunan yang jelas di bencinya karena dia tahu betapa menyakitkan nya itu.

Ketika mendengar berita itu, Gyuvin benar-benar murka dan tanpa aba-aba langsung menebas kepala pelayan yang bersalah itu.

"Siapapun yang berani menyentuh Hanbin hyung akan mati di tangan ku." Katanya waktu itu.

Keberanian Hanbin sedikit ciut melihat betapa sangar nya Gyuvin saat itu. Padahal ketika bersamanya anak itu berubah menjadi anak anjing yang menggemaskan. Sejak saat itu Hanbin memutuskan untuk berhati-hati agar Gyuvin tidak menaruh dendam ataupun marah padanya. Hanbin sangat tahu jika itu terjadi, maka habislah dia.

Dua tahun berlalu begitu cepat. Menurut Hanbin tidak banyak yang terjadi, namun menurutnya yang berbeda adalah kenyataan bahwa dia mulai menerjunkan dirinya ke permasalahan kekaisaran. Hanbin memutuskan untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya di lakukan oleh seorang putra mahkota.

Hanbin tidak berniat bermalas-malasan seperti apa yang di lakukan Sung Hanbin.

Untuk memperbaiki citranya, Hanbin memilih untuk hidup lurus dan sehat. Dia akan bersikap baik dan penurut, melakukan apapun yang di perintahkan untuknya, dan menjadi pangeran yang terkenal karena prestasinya.

Sejak awal Hanbin anak yang cerdas, karena itu dia bisa cepat berbaur dengan pekerjaan di kekaisaran. Hao juga akan membantunya untuk bagian-bagian yang tidak dia pahami. Termasuk ketika memeriksa keuangan kekaisaran. Hanbin tidak terlalu mahir matematika, karena itu Hao yang mengerjakan bagian itu untuknya.

Sore itu ketika sedang melakukan tea time biasa, Gyuvin menghampirinya sambil membawa sebuah perintah kaisar untuknya.

"Kegiatan amal?" Hanbin sedikit mengerutkan keningnya, "apa itu permintaan dari uskup agung?"

Gyuvin mengangguk semangat, "kali ini hyung harus turun tangan dan memimpin jalannya kegiatan amal itu. Kaisar mungkin melihat potensi hyung, jadi dia merasa ini akan cocok untuk hyung yang turun tangan langsung."

Hanbin berpikir keras, "kegiatan amal ya..." Tokoh utama sendiri belum pernah melakukannya. Ini baru untuk Hanbin.

"Lakukan saja, tidak ada salahnya. Jangan terlalu terpaku pada 'itu' kau tahu." Hao berujar ringan sambil meminum teh nya. "Kegiatan ini akan menaikkan reputasimu sebagai pangeran mahkota. Jika beruntung mungkin reputasi baikmu akan sampai ke wilayah kekaisaran lain."

'Itu' adalah penyebutan yang di sepakati Hanbin dan Hao untuk mengatakan 'novel'. Mereka tidak mungkin terang-terangan mengatakan atau membahas novel, karena itu mereka menggunakan kata ganti 'itu' atau 'benda itu' yang merujuk ke novel.

"Hao hyung benar. Lagipula kegiatan amal hanya berlangsung sehari. Setelah itu kita bisa jalan-jalan! Ku dengar lokasi kegiatan ada di gunung Shirak. Tempat itu kan terkenal dengan keindahan alamnya." Gyuvin terlihat bersemangat dengan wacana jalan-jalannya.

Hanbin mendengus, "karena mereka punya perkebunan mangga kan, Kim Gyuvin?"

Gyuvin terkekeh malu. Ternyata maksud terselubung nya ketahuan. "Hehehe iya..."

Hanbin dan Hao hanya bisa mendengus geli melihat tingkah Gyuvin. Tapi Hanbin bersyukur Gyuvin ada disini untuknya. Dia tidak bisa membayangkan anak selucu ini membencinya seperti di novel asli.

"Jadi bagaimana hyung? Aku akan langsung menyampaikan nya pada kaisar kalau hyung setuju."

Hanbin mengangguk, "iya. Aku akan turun dan melakukan kegiatan amal itu. Beritahu Kaisar untuk mempersiapkan yang di butuhkan. Aku akan menunggu jadwal yang dia putuskan."

Gyuvin mengangguk cerah dan berbalik. Namun sebelum dia benar-benar pergi, anak itu sudah menyambar dua buah cookies di atas piring Hao dan melarikan diri. Mengabaikan pekikan tidak terima dari sang elf.

Hanbin tidak bisa menahan tawanya, "dulu sebelum hyung menjalin kontrak denganku, akulah yang menjadi objek utama kejahilan Gyuvin. Syukurlah hyung disini, karena itu aku tidak perlu mengalami hal ini sendiri lagi."

Hao memelototi Hanbin. "Ya, tentu saja. Aku adalah korban yang sangat menyenangkan untuk di jahili bukan? Lihat saja pembalasan ku, tidak hanya Gyuvin, tapi kau juga Sung Hanbin."

Tawa Hanbin benar-benar lepas dan puas. "Kau akan apa? Memukulku? Kau mana tega Hao hyung."

Hao mencibir kesal. "Ya, memang. Memukulmu hanya akan menyakiti diriku sendiri. Tapi lihat saja, aku akan balas dendam nanti."

"Baik, aku tunggu."

TBC

Hai author disini!
Aku nulis bagian Gyuvin sesuai tingkah bokem dan random dia, jadi aku ga ragu ooc hahaha

Omong-omong terima kasih untuk vote dan komennya ^^

The King [Sung Hanbin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang