Chapter 17 : Hinata Bertanya, Kiba Menjawab

203 36 69
                                    


I'm feeling lonely (Lonely)
Oh, I wish I'd find a lover that could hold me (Hold me)
Now, I'm crying in my room
So skeptical of love (Say what you say, but I want it more)
But still, I want it more, more, more
(Cupid, Fifty Fifty)




💕




Hidup lagi capek-capeknya. Tapi tugas dari guru seolah tidak ada habisnya. Lanjut terus seperti rel Kereta Api tanpa batas. Mengerjakan dengan dicicil adalah adalah jalan ninja bagi sebagian besar siswa. Namun ada juga yang memilih jalur sesat. Menyontek tanpa perlu repot memeras kinerja otak, dan sat set sat set asal jawab ketika waktu mengumpulkan sudah mepet. Salah satu contohnya adalah Mayoret cantik kebanggan SMA KKPI, Ino Yamanaka.

Merampas secara paksa buku tugas Kimia Hinata dari dalam tas. Untung bestie, jadi Ino dijamin selamat dari amukan Hinata yang akan menjelma jadi Monster kalau sedang marah.

Praktis jam istirahat hari ini digunakan sebagai ajang mengerjakan tugas. Bagi sebagian besar anak-anak yang belum sempurna menyelesaikan tugas Kimia mereka. Jam terakhir, masih bisa sedikit bernapas lega.

Sementara sebagian lainnya tengah asik dengan kegiatan masing-masing. Contohnya saja Naruto Uzumaki, Sasuke, dan Gaara. Kombinasi unik nan menarik yang sedang melakukan konser kecil-kecilan di dalam kelas.
Gaara bertugas bermain gitar yang dipinjam dari Kaneki. Sasuke sebagai backing vokal dan Naruto sang Vokalis. Menyanyikan lagu Cupid dengan suara serak-serak basah nan becek seksinya.
Tidak ada yang keberatan. Suara cowok itu dan permainan gitar Gaara, tidak sepenuhnya mengecewakan penonton. Justru pertunjukan kecil mereka, seperti memberi percikan agar terhindar dari stres, pada teman-teman yang sedang berpacu dengan waktu. Kebut tugas sebelum jam istirahat berakhir.



"Semprot, gosok. Semprot, gosok. Semprot, gosok."

Hinata menatap tak percaya pada cairan pembersih yang ia semprotkan di kaca jendela. Menatap bergiliran pada botol semprot dan kaca jendela dekat bangkunya yang kini telah kinclong. Sementara telinganya senantiasa berfokus pada nyanyian Naruto.
Dia terheran dengan alis mengerut. Sejak kapan kegiatannya seolah bisa berbicara sendiri? Terlebih suaranya mirip dengan suara Naruto yang tengah konser di meja belakang. Ini mengherankan sekaligus membuat ngeri. Apa ini hanya perasaannya saja ya?

"Kenawhy? Kok berhenti? Sekalian bersihin kaca jendela gue juga dong?"
Gadis itu berpaling. Sialan. Ternyata Touka yang sejak tadi menggumamkan Semprot dan gosok dari kegiatan yang sedang Hinata lakukan. Entah sejak kapan si mami berdiri di samping Hinata.

"Enak aja. Bersihin sendiri," tolak Hinata sambil menyerahkan semprotan cairan pembersih dan lap kaca milik kelas mereka.

Pendar Ametisnya menyapu ke dalam kelas ketika menyadari nyanyian Naruto yang menghilang. Cowok itu dan kedua orang lainnya sudah berhenti konser ternyata. Melangkahkan tungkai hendak menuju kantin di lantai dasar sembari melewati Hinata.

"Gak ke kantin, Nat? Mumpung masih ada waktu," tawar Naruto menyapa sahabat sekaligus crushnya. Berdeham pelan akibat merasa tenggorokannya serak.

Gadis itu menggeleng. Tidak menyerah untuk mendengar suara merdu nan manis Hinata, Naruto mencoba bernegosiasi. "mau nitip sesuatu? Cinnamon rol, misalnya? Denger-denger ada diskon di kantin mbak Mione."

Mendesah pelan, Hinata menatapnya enggan. "Cerewet. Aku udah kenyang, sana pergi aja sendiri."

Mami Touka dan Naruto agak terkejut mendengar nada jutek Hinata. Tidak biasanya dia membalas seperti itu pada Naruto. Terlebih ekspresi tidak berminat yang ia lempar pada si pemuda pirang.
Mengangkat bahu sambil tersenyum seperti logo Kumon. Naruto pun melenggang keluar demi menyusul Gaara dan Sasuke.

Cupid Impact  ||  NaruHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang