🍱
Sejak peradaban manusia mulai terbentuk di Bumi. Insting berburu dan memasak adalah kemampuan paling dasar untuk bertahan hidup. Selebihnya, mengandalkan kerja keras, hubungan sosial sesama manusia, dan nasib yang beruntung.
Pagi-pagi sekali situasi seperti kapal pecah mewarnai dapur kediaman Hyuuga hari ini.
Penyebabnya karena satu makhluk; keberadaan sang anak tunggal yang bernama Hinata sedang memulai perang kecil di dapur.
Mengikuti resep dan instruksi mbak Karin lewat video call, Hinata pada akhirnya berhasil membuat makanan sederhana untuk Naruto. Yang kemudian dikemas dalam kotak bekal cantik nan menggoda.Senyum di wajahnya terlukis lebar. Cukup puas dengan usaha dan hasil kerja kerasnya sendiri. Hinata memang bukan jebolan Master Chef, bukan pula ibu hebat pemilik warteg, apalagi gadis yang pandai memasak. Namun demi Naruto, usahanya patut diacungi empat jempol. Dia rela bangun pagi buta untuk mempersiapkan agenda makan siang bersama yang sedikit berbeda.
Mendengar suara gaduh nan berisik mengusik pagi damainya. Sang ayah berderap menuju sumber keributan.
"Sejak kapan dapur jadi tongkrongan kamu, Nak?"
Hiashi menarik sebuah kursi mendekat. Menjatuhkan diri sambil bersedekap khidmat.Hinata beralih menuju meja dapur. Meletakkan sepasang kotak bekal yang baru saja selesai ia buat. Sekonyong-konyong memamerkan pada Hiashi kegiatan paginya yang terkesan cewek banget.
"Ta-daa! Bekal buat Ayah di Klinik!"
Hiashi yang tidak pernah mendapat hal istimewa seperti itu sebelumnya, sontak saja dibuat agak terharu. Tidak menyangka jika anaknya bisa berubah dalam semalam jadi punya perhatian setinggi langit.
"Wah, Ayah jadi terharu. Isi bekalnya apa? Coba Ayah lihat dulu?" tanyanya antusias sambil mencondongkan tubuh.
"Bohong. Bekal buat Ayah nggak ada." Ralatnya dengan ekspresi anak alim tanpa dosa.
Menggumamkan istighfar sejenak. Sang ayah memberi sepercik nasihat orang tua yang sudah banyak mencicipi asam garam kehidupan. "Nak, bohong sama orang tua itu nggak baik. Dosa. Mau Ayah adukan sama mama kamu?"
Tidak berniat melunturkan senyum di wajah ayunya. Gadis cantik itu kembali membalas sambil terkikik senang.
"Bercyandaaa~ Bercyandaaa~ bekal Ayah ada kok. Nasi goreng."
(Nadanya tolong samain kayak mbak UGM ya gaes 🤣 )Hinata menunjuk dengan sopan sepiring nasi goreng komplet. Berisi toping ayam suwir, telur mata sapi, dan garnis berupa dua iris mentimun segar. Jangan lupakan kerupuk unyil. Pelengkap nasi goreng yang hukumnya wajib.
Hiashi pikir, putrinya sedang dalam kondisi hati yang bagus. Tampak dari binar mata dan semangatnya mengucap salam pada saat berpamitan untuk berangkat ke sekolah.
...
Banyak faktor yang mendasari keengganan untuk keluar dari zona nyaman. Salah satu zona nyaman di sekolah tentu saja adalah kelasmu sendiri.Tiga orang sahabat sedang mendekam di dalam kelas bersama segelintir teman mereka yang lain. Dengan beragam latar kesibukan mewarnai. Di sisi lain, siswa yang membuka usaha jastip ke kantin akan dapat meraup keuntungan besar di setiap jam istirahat.
"Nggak ke kantin?" tanya Hinata pada Touka yang mengeluarkan salah satu buku tugas.
"Enggak. Lagi nunggu Kanao. Katanya mau pinjem tugas gue."
"Oh, kalau gitu gue cabut ya, ada urusan mendadak." Ujar Hinata bersemangat. Meninggalkan Touka yang menunggu kedatangan Kanao, dan melambai pada Ino yang tengah serius mengolesi kukunya dengan kuteks berwarna peach.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupid Impact || NaruHina
FanficSeries dari salah satu One Shot [ NaruHina Love Story : Cupid Impact ] Ini hanya kisah bucin si tetangga setengah bule. Sekaligus teman sekelasnya mbak Cupid, Hyuuga Hinata Perjanjian Naruto dengan Hinata, membawa hubungan mereka berdua menjadi lebi...