Chapter 3 : Aura hari Jumat

424 106 42
                                    


👼


Hari itu di pagi buta yang masih menyisa embun.

Azan subuh sudah terlewat beberapa menit yang lalu. Namun, si cantik berparas bak Dewi Yunani masih enggan beranjak dari kasur.
Matanya seperti dilem kekuatan super.

5 menit lagi, lirih nya pada diri sendiri.

Sayangnya belum genap 5 menit mematikan alarm, distraksi dari getaran ponsel membuat ia sepenuhnya terjaga.


"Siapa sih, masi jam segini juga," kesalnya menghardik.

"Annyeonghaseyo..."

"Lah, goblok? Kok orang Korea? Nggak salah nomer 'kan ini?" suara di seberang tersentak kaget.

Hinata mengucek mata. Meneliti nomer baru kurang ajar yang meneleponnya sepagi ini.
Kurang kerjaan banget. Kalau niat ngardus nggak sebegitu nya kali.

"Sorry, ini Hinata bukan?"
Tunggu dulu. Suara ini kok familier ya? Kek kenal lama, sering ngobrol bareng sama mami Touka, salah satu bestie nya.

"Halo, Nat, masih aman? Kaneki nih, bebeb nya Touka,"
Ternyata bener, si Kaneki Ken anak kelas sebelah. Alias racap nya mami Touka.




...



Udara pagi sedingin es melepaskan Hinata dari belenggu kantuk menyenangkan.
Wajah kuyu nya belum sirna ketika menyerahkan buku tugas Matematika Touka, pada Kaneki Ken yang datang mengusik pagi damainya.
Alasan mendesaknya menelepon Hinata ya hanya satu. Ingin menyalin PR Matematika sebab lupa mengerjakan, dan jam ke 3 nanti akan dikumpulkan.

Anjir banget kan cowok itu.

Padahal jam ke 3. Tapi masih aja ngerong-rongin Hinata sampe segala nyamperin ke depan rumah.

"Sorry Nat, 2 jam pertama gue pelajaran PE, Pak Guy. Lo tau sendiri, gimana akhlak beliau, rajinnya minta ampun. Belom jam nya udah di suruh aja Lari ngelilingin Lapangan Atletik."

Hinata hanya manggut tanpa minat. Tiba-tiba jadi kasihan sama Kaneki. Salah dia juga, nggak langsung balikin buku nya ke Touka sebelum pulang kemarin.
Mana Lapangan Atletik Konoha luas banget lagi. Makin sial dobel, lapangan kebanggan para Atlet itu terletak tepat di depan sekolah Hinata. SMA KKPI tercinta.
Tinggal jalan beberapa meter doang, udah nyampe.
Nggak perlu terbang segala.

Tapi plusnya, selain sebagai ajang latihan, di sekitaran Lapangan Atletik itu juga banyak tempat tongkrongan asik. Pun dengan jajanan atau makanan berat lainnya.
Naruto sama geng nya juga sering nongkrong di sana. Bahkan ada satu tempat yang udah jadi markas mereka.

Duh, penting banget nggak sih ngebahas tetangganya yang hobi ngereog itu.


"Oy! Kaneki!"

Nah, kan, belum juga 5 menit berlalu. Udah muncul aja si pirang. Panjang umur kan dia.

.

.

Semakin dekat jarak Naruto pada Hinata, semakin berbahaya pula bagi kesehatan jantung cewek cantik bin glowing itu.

Sangat Wajar wahai netizen sekalian.

Siapa yang nggak bakal mematung terpesona seperti Hinata?

Sepeda gunung yang dikayuh Naruto kian mengikis jarak membawanya mendekat; pada dua eksistensi yang dia kenal baik.
Kakinya diturunkan sebelah sebagai pengganti standar sepeda yang tidak digunakan.
Kedua lengan kokohnya memegang erat stang sepeda.

Cupid Impact  ||  NaruHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang