Chapter 14 : Mendadak Tiktokers

189 45 61
                                    







😖







Inuzuka Kiba dilanda pailit. Sedang melarat akibat uang jajan yang sekarat. Banyak faktor penyebab, namun bukan perbuatan maksiat.

Otaknya sedang berpikir keras. Bagaimana cara agar dia bisa menyambung hidup makmur selagi awal bulan masih lama.
Minta tambahan uang jajan lagi ke kak Hana, sama aja kayak gali lobang kubur sendiri.

Ini masih lah pertengahan bulan. Dan uang jajan yang seharusnya masih cukup mendanai Kiba sampai empat Minggu ke depan, justru habis, tandas, sama seperti es teh yang dia pesan di kantin Mbak Mione yang cantik abis.

Dia masih bermartabat untuk tidak open BO buat skidipapap sama tante girang.
Jadi tumbal pesugihan juga bukan jalan ninjanya. No Way. Kiba masih sayang nyawa.
Kalaupun mau jual ginjal, dia belum cukup umur melakukan segala prosedur operasi dan syarat tertulis yang bejibun.
Mau jual contekan buat ulangan pun rasanya percuma. Kiba nggak pinter amat dan bukan setara anak Olim yang jenius. Udah pasti nggak laku di pasaran.

Biasanya dalam kondisi seperti ini selalu ada teman seperjuangan yang menemani. Sama-sama menggembel di pertengahan bulan lalu bertukar pikiran biar tetep makan enak tanpa ngutang banyak di kantin.
Sayangnya, si gembel satu itu udah insyaf. Gak mau lagi ngegembel bareng Kiba. Temennya itu kini belajar memanage keuangan biar bisa nabung dan nggak mendadak miskin kayak Kiba.
Alhasil cowok manis bertaring itu pun feeling lonely. Berasa jadi sad boy.

Kang bucin itu berubah drastis semenjak mengumumkan perihal PDKT pada tetangga, sekaligus temen kecil semenjak sama-sama pakai diapers.
Padahal mah, menurut Kiba. Naruto yang jangkung dan sok bucin itu, hanya butuh menunggu mandat dari calon mertua buat lamar anak mereka. Karena udah pasti bakal diterima walau Naruto nggak punya tabungan selangit buat biayain hidup si heiress Hyuuga.

Tuh kan, pikiran Kiba jadi terbang ke mana-mana.

Kalau sudah kayak gini, hanya satu solusi yang terpikir di benak. Meminta bantuan finansial pada seorang penghuni XI MIPA 2. Tak lain dan tak bukan, pada Hyuuga Hinata.
Cewek keturunan ningrat golongan old money yang berjulukan Mbak Cupid.



...



Suasana kelas amat hening sampai seekor semut pun enggan mencari butiran debu.
Ugh, maksudnya, remahan makanan.

Hanya terdengar gesekan pena dengan kertas. Gumaman sekilas dari arah belakang. Sampai mulut komat-komit bagai Mbah dukun baca mantra.
Ulangan Bahasa Inggris tengah berlangsung. Belum ada satu pun siswa yang bertingkah walau Miss Anko tengah bergulat dengan ponsel pintarnya. Tak berselang lama, guru muda itu keluar dari kelas.

Melihat ada kesempatan emas, sontak saja beberapa oknum mulai beraksi. Tapi bukan bernyanyi seperti sebuah band.
Tak ketinggalan Naruto, yang duduk tepat di belakang Hinata, memulai aksi dengan mencolek bahu cewek itu dengan penggaris.


"Nat, bagi jawaban," desisnya berpacu dengan adrenalin.

Cowok itu cukup yakin jika Hinata akan memberikan jawaban padanya. Mengingat dia tidak pernah bersikap pelit pada Naruto. Beda soal sama teman sekelas mereka yang lain.

Sedikit bingung, Hinata mengernyitkan alis. Bisa-bisanya Naruto yang jago Bahasa Inggris malah minta contekan sama dia. Namun begitu, Hinata nggak mampu mengabaikan suara memelas cowok setengah bule di belakang punggungnya.
Sambil membalas pesan seseorang dari dalam laci meja, cewek imut itu membalas Naruto.

"Yang mana? Bukannya kita beda soal ya?" tanya Hinata polos.
Itu benar. Setiap meja memang diberi lembar soal berbeda. Sistem selang-seling. Untuk mengantisipasi adanya kegiatan toxic, macam menyontek.

Cupid Impact  ||  NaruHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang