****
Sudah beberapa bulan sejak aku masuk SMA, banyak hal-hal yang terjadi diluar pembelajaran. Sekolah seharusnya tempat belajar, tapi bagi orang-orang sepertiku sekolah bagaikan game survival. Aku harus bertahan dari segala macam tekanan pembelajaran, keramian, orang-orang menyebalkan, dan hal-hal lainnya.
Besok adalah ujian, ujian menuju tingkat kelas yang lebih tinggi. Dimana aku akan bertarung dengan lembar kertas putih, bangku akan di beri jarak, akan ada satu guru killer yang mengawas.
Kau tahu apa yang dilakukan saat siswa akan menghadapi ujian? Yah belajar.
Seharusnya begitu, rencana awal aku meminta izin kepada ibu untuk menginap di rumah Hinata. Namun...
"Aghhh...agghhh...akh...faster daddy.."
"Ahh...ahhh...you're so tight baby girl.."
Yah seharusnya aku belajar daripada menonton video porno dengan Hinata di kamarnya, berteman dengan gadis mesum ini membuatku tertular kemesumannya.
Kenapa aku harus bisa akrab dengan maniak erotis ini sih, seharusnya lebih baik menerima ajakan Sasuke untuk belajar bersama yah walaupun sangat tidak baik untuk jantungku jika berdetakkan dengannya.
"hei Sakura, kau sudah bosan menonton ini? tenang saja, aku masih punya yang lain" kata Hinata menunjukkan koleksi dvd pornonya yang lain. Semuanya lengkap, dari porno stright, trans, bisex lesbian, gay dan yang lainnya.
"aku tidak tertarik, bukankah kita harusnya belajar" kataku.
Hinata berdecak kesal, "ayolah kawan, orangtuaku tidak ada di rumah jadi aku bebas memutar koleksi pornoku tanpa terdengar"
"terserah kau saja"
Setelah beberapa saat, Hinata akhirnya mematikan koleksi video pornonya. Dia ikut merebahkan dirinya di sampingku, "mau seberapa keras aku belajar, aku tidak akan pintar,jadi aku menyerah pada pembelajaran"
"Karena di otakmu hanya ada porno" hardikku.
Hinata beralih memeluk tubuhku, memainkan jari-jarinya di perutku. "kau tahu, aku ini orang dengan zero bakat. Sekeras apapun aku berjuang untuk menjadi seseorang yang jenius, aku tidak bisa. Kau tahu, kerja keras selalu kalah dengan bakat. Karena Jenius itu alamiah, ada seseorang di karuniai dengan kejeniusan dan ada tidak...kita berdua ada di opsi tidak jenius. Bukan berarti kita tidak memiliki bakat, kita punya tetapi punya ranah sendiri"
"Kau berbicara seperti orang yang jenius, sialan!" aku menepis tangan Hinata yang hampir menuju dadaku, "hentikan tangan kotormu atau kupotong"
Hinata berdecak kesal sebelum menjerit saat aku meremas kedua payudaranya, dan begitulah perkelahian absurd terjadi saling berlomba meremas payudara satu sama lain.
Aku naik ke tubuh Hinata, menahan kedua tangannya ke atas, "memangnya kenapa kalau jadi orang zero bakat? setidaknya kita berusaha sialan!"
"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa~"
Gadis itu menjerit ketika aku menggigit puting payudaranya yang hanya terbungkus kaos tipis tanpa bra.
Ceklek
"Hinata-"
Pintu itu dibuka oleh Neji secara tiba-tiba, dia terkejut bukan main melihat situasi yang kami yang sangat-sangat intim.
"i-ini ti-tidak seperti yang ka-"
Pintu itu di banting keras, Neji baru saja menutupnya tanpa mengucapkan apapun.
Ah ini menjadi awkward.
Oh tidak dia pasti salah paham lagi, mengapa Neji harus menenukanku dalam kondisi yang memalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Sunny and Rainy
Teen Fiction"Hidup itu seperti sebuah buku cerita, kita akan menjadi sebuah karakter utama yang diawali dengan prolog diakhiri dengan epilog. Terkadang ada beberapa kisah yang berakhir bahkan sebelum memulai, ada pula kisah yang tak akan pernah berakhir" Sedar...