4. Perasaan

50 16 1
                                    

******

Aku tetaplah aku, manusia dengan permasalahan mental yang tidak stabil dan juga selalu terganggu dengan hal kecil, misalnya suara bising hewan kecil yang tidak berhenti dari tadi.

Naruto tetaplah Naruto, psikopat sinting yang suka memungut segala macam hewan aneh yang menarik perhatiannya di jalan dan memasukkannya ke dalam kotak kaca yang entah berapa lusin dia bawa setiap harinya.

Sasuke tetaplah Sasuke, sosok dewasa baik hati yang tetap mengizinkan dan menuruti kemauan Naruto untuk memungut ngengat di jalan dan kini mengeluarkan bunyi nyaring yang membuat telingaku sakit.

Mata ngengat itu membulat hitam, seolah meledekku saat dia berbunyi nyaring dan aku tersiksa dengan suaranya. Aku tidak tahan lagi!

"AARGHHHHH AKU BISA GILA! BERIKAN PADAKU! AKU AKAN MEMBUANGNYA!!! ARGGGHH" aku merebut kotak itu dari tangan Naruto.

"KEMBALIKAN SIALAN! KAU AKAN DI KUTUK OLEH DEWA KYUUBI KARENA MEMBUANG HEWAN SUCI INI!" katanya merebut kembali dari tanganku. Terjadi aksi saling tarik menarik di antara kami di kursi belakang.

"hei kalian hentikan, aku sedang fokus untuk menyetir"

"AKU TIDAK PEDULI DENGAN DEWA SIALANMU! BUANG HEWAN SIALAN ITU!" aku berteriak sembari memukul kepala Naruto dengan keras beberapa kali.

"ARGHHH SAKIT SIALAN! JASHIN AKAN MENGHUKUMMU!" entah kekuatan darimana, Naruto si pecundang ini menjambak rambutku.

"ARGGHHHHHHH" Sialan jambakannya menyakitkan.

Kami benar-benar bertengkar dibelakang, saling memukul. Bahkan sempat-sempatnya Naruto menggigit tanganku dan aku mencakar pipinya hingga-

CKIT

Mobil berhenti mendadak dan wajah horror Sasuke yang perlahan menoleh kepada kami dengan gerakan slow motion menghentikan perkelahian kami.

"berhenti kalian berdua, aku sedang menyetir. Jika masih ingin berkelahi, silahkan kesana!" Kata Sasuke menunjuk tempat kick boxing.

Aku dan Naruto menelan ludah bersamaan sembari memasang senyum kikuk.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"hei Sakura.."

"humm..."

"kau benar perawan?"

"uhukkk..." aku tersedak jus lemon yang baru saja mengalir di tenggorokanku karena pertanyaan tiba-tiba dari Hinata. Segera kupelototi gadis ini, "hei tidak sopan!"

"baguslah aku tidak sendiri" balasnya.

Aku menatapnya tidak percaya, "hei benaran? kau perawan?!" kataku dengan nada tidak percaya, maksudku orang seperti Hinata? Mustahil.

"aku lesbian, mantanku seluruhnya perempuan. Mereka tidak punya penis, tidak ada alasan untukku kehilangan keperawanan"

Hampir saja aku menyirami gadis gila ini, bisa-bisanya dia sefrontal itu. Untung hanya kami di kelas ini. Aku bukan tipe orang yang mengjudge orang lain ketika dia menyimpang atau berbeda, tapi gadis ini sungguh-sungguh gila.

"kau frontal sekali sialan! untung hanya aku, bagaimana jika ada orang lain yang mendengarmu!" omelku. "ngomong-ngomong kau bilang kau...uhhh itu, jadi itu alasanmu menolak ketua osis?"

Hinata fokus pada komiknya, membuka halaman per halaman. "tidak juga, dia cukup tampan"

"lalu?"

"kepribadiannya busuk"

"hei hei jadi Hinata ini tipe orang yang melihat seseorang dari hati yah hahahaha" aku sedikit tergelak.

"bisa dibilang seperti itu, si Toneri itu terlalu percaya diri. Dia pikir karena dia tampan, pintar, dan berkharisma bisa membuat gadis bertekuk lutut padanya," Hinata lalu menatapku sembari mengangkat bukunya ,"dari banyak buku dan novel yang kubaca, banyak karakter seperti itu. Jadi aku menolaknya untuk menghancurkan harga dirinya yang setinggi langit dan mempermalukannya"

Between Sunny and RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang