12. Berkencan dengan Sasori 2

52 16 2
                                    

Sudah tiga hari sejak Sasuke demam, aku setiap hari mengunjunginya dengan membawakan pai tomat kesukaannya. Naruto juga turut hadir, dengan hewan-hewan liar di dalam kaca. Kemarin dia membawa tupai yang entah dia dapat dari mana, tupai itu bahkan tidak muat di kotak kacanya sehingga dia harus memegangnya sendiri.

Keadaan sudah kembali seperti semula, kecuali fakta jika Sasuke dan Ino benar-benar punya hubungan. Gadis itu mengunjungi Sasuke kemarin, aku sekuat tenaga menghirup udara di ruangan yang sama dengannya.

Gadis berisik, dia sengaja memperlihatkan kedekatannya dengan Sasuke. Jalang itu juga beberapa kali mengajakku berbicara, meskipun ogah-gahan aku tetap menanggapinya sesekali.

Aku sudah menerima mereka meskipun rasa sakit yang menusuk masih terasa, tapi ini tidak sedramatis awal saat aku tahu hubungan mereka. Bahkan setelah berdamai dengan Sasuke, perasaan suka untuknya tidak terlalu menyiksa. Sekarang aku hanya fokus untuk menyukai Sasori, membuat hubungan kami lebih erat.

"rambutmu aroma strawberry.."

"hngh.."

Mataku terasa berat, sesekali aku mengerjap agar mataku tidak tertutup. Pijatan Sasori di kedua kepalaku, dan juga elusannya yang lembut membuatku mengantuk. Dia semakin menarikku ke belakang hingga punggungku semakin merapat di dadanya. Kakinya yang terlipat ke bawah memangku tubuhku agar tidak tersentuh lantai.

Kami ada perpustakaan saat ini, melakukan kencan di jam pelajaran. Kepalaku sakit, UKS sedang terkunci jadi alternatif lain adalah perpustakaan.  Hampir setengah jam Sasori memijat kepalaku yang terasa nyeri, ah pijatannya benar-benar enak.

"Sasori cukup, kepalaku sudah lebih baik..." kataku. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya, kedua tangannya yang tadi memijat kepalaku berpindah ke perutku.

Aku bisa merasakan nafas Sasori yang panas menerpa leherku yang terbuka, hari ini aku menyanggul rambutku. Aku bahkan bisa merasakan hidungnya menusuk tengkukku.

"baumu seperti percampuran antara susu dan strawberry, aku suka.." bisiknya membuatku merinding. Aku bisa merasakan dia mengendusku.

Rasanya aneh, geli dan juga mendebarkan. Terlebih lagi ketika tangan Sasori turun ke pinggulku dan mengelusnya. Perlahan segalanya semakin intens, hidung Sasori kini berganti dengan bibirnya yang empuk menciumi tengkuk dan juga leher.

"eungh.."

Aku membiarkan Sasori melakukan apa yang ingin dia lakukan meskipun saat ini aku sangat ingin menggampar wajahnya, aku belum terbiasa bersentuhan dengan seorang pria selain Sasuke dan Naruto. Ini pertama kalinya seseorang menyentuhku seperti ini.

Percakapan antara aku dan Hinata beberapa hari lalu terlintas begitu saja, tentang bagaimana kami harusnya melakukan sesuatu yang lebih intim.

Sasori mendaratkan ciuman dari leher hingga pipiku "Sakura.."

"hmm.."

"kencan kita berikutnya, kau mau ke rumahku?"

Aku terperangah, rumah? apa aku tidak salah dengar, Sasori mengajakku kencan di rumahnya?

"bagaimana?"

Biasanya ajakan kencan di rumah berarti sesuatu yang lain, aku mulai merasa tidak nyaman. Bayangan-bayangan aneh tiba-tiba terlintas di kepalaku, ah itu terdengar mesum sekali. Sasori bukan orang yang seperti itu, tetapi..

Apakah ini saatnya aku kehilangan itu?

"baiklah..."

Tidak ada yang salah menerima ajakannya, lagipula dia memang kekasihku. Hinata bilang semakin banyak kontak fisik dilakukan, maka semakin erat hubungan itu. Kontak fisik juga bisa membuat seseorang melupakan, kurasa itu mungkin bisa membuatku melupakan perasaanku pada Sasuke.

Between Sunny and RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang