*********Hal yang paling kusukai di dunia ini adalah menulis, membaca dan makan. Sebaliknya, hal yang paling kubenci adalah keramaian, tatapan orang-orang dan rasa tidak nyaman saat berada di ruangan dengan penuh orang banyak.
Suasana kelas hari ini jauh lebih berisik dari biasanya, ketidak hadiran Kakashi-sensei penyebabnya. Padahal ini pertemuan kedua sejak dua minggu masuk di sekolah ini.
Walaupun aku benci keramaian dan menyukai sisi tenang dalam kesendirian, aku masih membutuhkan seorang teman disisiku. Namun sebenarnya, masalah utamaku belum mendapatkan teman adalah; aku tidak pandai bersosialiasi. Aku bukan introvert, aku cerewet dan juga suka bercanda. Hanya saja saja untuk memulai pembicaraan aku sedikit kaku.
Aku baru saja masuk Konoha Highschool bulan ini, selama seminggu ini aku belum mendapatkan teman atau akrab dengan siapapun. Aku tidak hadir selama 2 minggu saat masa pengenalan dan melewatkan seminggu masa awal pembelajaran. Ah kecuali,
"Yo Sakura"
Aku menoleh kepada sosok yang baru saja menyapaku. Rambut sehitam eboni, mata onyx tajam namun ramah, pemuda tampan yang tengah berdiri di depan mejaku, Uchiha Sasuke. Tetangga sekaligus teman semasa kecilku, salah satu orang yang dekat denganku.
"Yo Sasuke, mau kemana?"
"mau ke kantin, mau ikut?"
Melihat beberapa orang yang ada di belakangnya yang semula senyum lalu menampakkan ekspresi datar membuatku segan.
"tidak, terima kasih"
"hei ay--"
"ayo Sasuke, ayo pergi sebelum jam kedua" seseorang dengan gigi tajam seperti hiu mendesak Sasuke untuk pergi. Ah kalo tidak salah namanya Suigetsu. Ada satu lagi yang berdiri di belakang mereka, tubuhnya besar dengan rambut warna Oranye, Juugo.
"aku duluan yah, Sakura" Sasuke tersenyum tipis sebelum berlalu dengan teman-temannya.
Aku menghela nafas melihat punggung mereka yang menghilang dibalik pintu. Betapa beruntungnya Sasuke, dia seperti magnet. Punya daya tarik sendiri, orang-orang senang berada di dekatnya. Dia selalu dikelilingi orang-orang. Dia juga populer di kalangan gadis-gadis, wajah dan kepribadiannya sangat baik. Dia mempunyai daya tarik dan karisma yang tak tertolak.
Selain itu, dia juga pintar di bidang akademik dan juga olahraga. Mengikuti beberapa club, pernah mengikuti kompetisi basket nasional. Keluarganya juga kaya, terpandang, dan juga dermawan. Aku berada satu TK, SD, SMP, yang sama dengannya. Yah, dan dia tetanggaku.
Sasuke sangat sempurna, hampir tidak ada cela. Ironisnya dia menjadi tolak ukur orangtuaku untuk dibandingkan dengan diriku. Yah menyebalkan mendengar orangtuaku mengomel setiap hari membandingkan dia dan diriku. Jelas sangat berbeda, latar belakang keluarga, bakat dan kepribadian.
Tapi bukan berarti aku membenci Sasuke, tidak sekalipun.
Bagiku, bertetangga dengannya adalah suatu karunia Tuhan yang harus aku syukuri. Tidak ada yang tau keuntungan yang kudapatkan.
**********
Sore ini ternyata tak secerah biasanya, hujan turun dengan lebatnya. Aku membuka jendela sedikit jendelaku, kulihat hujan membasahi membentuk garis bening saat membentur kaca.
Aku selalu penasaran, berapa kadar air yang langit simpan sehingga menurunkan hujan? Berapa jumlah rintikan hujan yang terjatuh langit setiap detiknya?
Aku tidak punya jawaban, namun hujan tetaplah hujan, hal yang tidak akan berubah adalah hujan selalu turun dari langit.
Berbicara tentang hujan, aku menatap jendela tetanggaku yang tertutup. Apa dia sudah pulang?
Dia tipe orang yang jarang menutup jendelanya, bahkan saat dia tidur sekalipun. Tak jarang aku mendapati dia dengan wajah tidurnya di pagi hari ini, jika beruntung aku akan melihatnya sehabis mandi dan hanya mengenakan handuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Sunny and Rainy
أدب المراهقين"Hidup itu seperti sebuah buku cerita, kita akan menjadi sebuah karakter utama yang diawali dengan prolog diakhiri dengan epilog. Terkadang ada beberapa kisah yang berakhir bahkan sebelum memulai, ada pula kisah yang tak akan pernah berakhir" Sedar...