15. Antara Mereka.

52 13 0
                                    

"kau benar-benar bodoh, Sakura"

"yah, itu salahmu. Kau tidak memberiku kabar beberapa hari, melarikan diri. Sasori, untuk apa semua itu? Deidara hanya masa lalumu, aku tidak keberatan" aku terus mengomel sejak tiba di kamar Sasori.

Aku bersyukur karena kali ini aku tidak bertemu dengan bibi Sasori, dia dinas sebulan di Oto meninggalkan Sasori sendirian di rumah. Jika dia di rumah, mungkin dia sudah menganggapku penguntit gila karena mengejar Sasori seperti ini.

"maafkan aku..." katanya. Aku memeluk kepala Sasori, memberinya sandaran di dadaku. Aku ingin dia mendengar detak jantungku yang berdebar menggila karenanya.

Kuharap dadaku sedikit lebih besar.

"harus berapa kali aku bilang kalau aku tidak perduli?" tanyaku mengelus rambutnya. "Deidara hanya masa lalu, saat ini kau menyukaiku. Bukankah selama ini kau selalu bilang hal itu padaku? apa jangan-jangan itu hanya omong kosong?"

Tubuh Sasori sedikit menegang, nafasnya yang hangat terasa berembus di dadaku. Kemudian aku merasakan tangannya melingkar di pinggangku, menggeleng pelan. "aku tidak pernah berbohong"

"Sakura.." gumamnya semakin mengenggelamkan wajahnya di dadaku. "terima kasih, Sakura. Aku menyukaimu, benar-benar menyukaimu, tapi terkadang, bayangannya tidak mudah hilang begitu saja"

"ceritakan padaku, cerita semuanya."

Sasori menundukkan wajahnya, terlihat bersalah. "aku, aku tidak bisa"

Yah, sepertinya akan sulit untuk mendengar hal itu langsung dari Sasori, aku juga tidak bisa memaksanya. Sasori telah mengalami hari-hari yang berat dengan masa lalunya, yah yang aku harus tunjukan padanya adalah masa depan yang cerah jika aku ada di sisinya.

Maka dari itu, aku memeluk tubuh Sasori sekali lagi. Rasanya begitu tenang ketika aku melingkarkan lenganku di lehernya, menghirup aroma mawar yang terpadu dengan kemaskulinan yang mulai kusukai. Bisa kurasakan debaran kencang saat dada kami saling bersentuhan.

"Sasori, kau tahu, dalam sebuah buku ada beberapa chapter di dalamnya. Ada chapter yang sedih, ada juga chapter yang senang. Jika kau tidak membuka lembaran chapter lainnya, kau tidak akan tahu apa yang ada di lembaran berikutnya" memejamkan mata sembari mengelus helaian merah yang terasa halus di tanganku, "Deidara hanya sebuah chapter yang harus kau tutup lembarannya"

Aku mengelus kedua pipinya yang terasa dingin di tanganku, "apapun yang terjadi aku akan selalu disisimu. Aku tidak akan pernah pergi meninggalkanmu apapun yang terjadi. Jadi kumohon, lakukan hal yang sama untukku" aku berbisik di telinganya.

Dapat kurasakan tangannya bergerak memelukku balik, begitu erat. Kemudian bibir hangat itu terasa menggelitik tengkukku, hingga kurasakan tubuhku terdorong ke belakang. Aku terbaring dia atas kasur dengan Sasori di atasku, kurasakan dia mengendus leherku sebelum mengecupnya.

Aku tidak menghentikkan Sasori, masih memeluk lehernya. Rasanya aneh ketika dia menciumi leherku, seperti ada listrik yang menyengat. Ah aku telah melihat adegan ini beberapa kali di manga ataupun di novel dewasa, biasanya hal itu dilakukan ketika pasangan mulai memasuki tahap intim. Terkadang aku cukup mesum untuk membayangkan bagaimana rasanya, sensasi, dan lonjakan hasrat ketika tiap pasangan melakukan hal itu. Aku tidak akan membayangkan hari itu datang, segala bayangan samar tentang hal itu menjadi nyata. Dan oh, jadi begini rasanya, benar-benar mendebarkan. Tiap jengkal batas yang kulewati selalu menjadi Sasori yang pertama, kuharap akan selalu seperti itu.

"Sa-saori ngh.." tanpa sadar, lenguhan sialan itu keluar begitu saja dari bibirku tatkala rasa sensitif itu menggulung bagai ombak besar ketika Sasori menggigit leherku.

Buku dewasa yang kubaca ternyata tidak berbohong, ah bukan waktu yang tepat untuk mempertanyakannya, tapi apakah setiap penulis dewasa pernah mengalami hal ini sehingga dia bisa menulis tiap detail sensasi ini?

Between Sunny and RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang