******
Sejak malam pesta Suigetsu itu, aku selalu menghindari lapangan, ruang eskul ataupun berhubungan dengan basket ataupun Sasuke. Aku tidak bisa tenang jika di dekatnya, aku terus memikirkan pembicaraanku saat bersama Neji beberapa malam lalu.
Ah aku kehilangan muka.
Rasa malu itu terus meledak-ledak saat memikirkan Neji mendapati kami memasuki ruangan eskul, yah meskipun tidak terjadi apapun.
Aku menceritakannya segalanya kepada Hinata, dengan entengnya dia berkata, "jangan terlalu dipikirkan, Neji memang suka bercanda"
"bercanda dengkulmu! wajahnya saja sangat serius saat mengatakannya. Aku takut dia akan mengatakannya kepada orang-orang"
Hinata memutar matanya malas, "kepadaku saja dia tidak bilang, dia mau bilang sama siapa coba"
Tetap saja, itu belum bisa mendamaikan hatiku yang masih gelisah terus-menerus.
Di jam istirahat itu, aku berlari menuju gerbang ke arah scurity dimana dua orang berbincang, salah satunya sosok yang sangat familiar. Beberapa piercing di wajahnya dan rambut jabrik seperti Naruto.
Yahiko, kakak sulung Naruto.
"maaf lama menunggu"
"Ah tidak, seharusnya aku yang minta maaf Sakura. Aku malah merepotkanmu" katanya.
"Tidak sama sekali, ngomong-ngomong bukannya seharusnya Yahiko-ni ada di studio?" aku bertanya.
"haha aku bosnya jadi tidak masalah jika keluar" katanya sembari memberikan totebag yang berisi seragam sekolah "anak bodoh itu melupakan seragam sekolahnya, dia terlalu fokus dengan belalangnya hingga melupakan pakaiannya dia atas meja"
Sungguh kakak yang manis, walaupun wajahnya seram. Meskipun dia sering memerahi si sinting itu, dia sangat perhatian bahkan hanya sebuah seragam sekolah, dia masih sempat membawa seragam adiknya yang sinting itu di tengah pekerjaannya yang saat ini sedang sibuk-sibuknya.
"aku ingin memanggil Sasuke, tapi nanti akan mengganggu latihannya. Jadi aku memanggilmu, aku minta maaf merepotkanmu" katanya dengan wajh yang tidak enak.
"hei jangan sungkan, kita ini sudah seperti saudara. Aku akan membawanya pada dia, kau segeralah kembali bekerja"
"terima kasih Sakura-chan, aku pergi dulu"
Aku melambaikan tangan menatap kepergian cinta pertamaku yang kini menaiki motornya, ah dia selalu saja terlihat keren. Siapapun akan jatuh cinta dengan Yahiko, dia dewasa, baik, ramah, bijak dan sempurna hampir tidak ada celah kecuali hobi piercingnya. Aku pernah ditolak olehnya bahkan sebelum mengungkapkan, kini perasaanku padanya hanya sekedar rasa kagum. Dia lebih cocok menjadi kakakku.
Ngomong-ngomong tentang seragam sekolah Naruto, jam olahraganya harusnya selesai dari 1 jam yang lalu. Psikopat sinting itu pasti kegerahan dengan pakaian olahraganya.
Ruang kelasnya berada di ujung yaitu kelas 1-F. Aku belum pernah ke kelasnya dan ini yang pertama kalinya, yang kudengar anak di kelas itu banyak yang bermasalah. Ah memangnya apa yang diharapkan dari kelas terakhir.
Ada rumor yang mengatakan, Naruto sering jadi bahan gangguan. Yah aku tidak heran sih, perkataannya selalu membuat seseorang ingin melemparnya dengan batu. Termasuk aku sendiri.
Dari luar saja kelas itu sudah sangat ramai, mungkin karena ini jam istirahat. Kupikir orang-orang di kelas itu akan lebih memilih aktivitas di luar ruangan.
"permisi...apa ada Naru-"
Aku tercengang ketika melihat Naruto yang menangis keras dengan beberapa anak laki-laki yang mengelilinginya dengan saling melempar bola kain yang tidak lain adalah celana olahraga. Siapa yang punya? tidak lain dan tidak bukan, punya Naruto yang kini mengejar celananya yang di lemparkan, Naruto hanya mengenakan pakaian olahraga dan celana dalamnya yang bergambar rubah sembari menutupi selangkangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Sunny and Rainy
Fiksi Remaja"Hidup itu seperti sebuah buku cerita, kita akan menjadi sebuah karakter utama yang diawali dengan prolog diakhiri dengan epilog. Terkadang ada beberapa kisah yang berakhir bahkan sebelum memulai, ada pula kisah yang tak akan pernah berakhir" Sedar...