3. Hari Mingguku

51 15 2
                                    

****

Tidak ada yang lebih menyenangkan selain minggu pagi, bergelung di tempat tidurku yang sangat nyaman. Semiliar angin, selimut hangat, kasur yang empuk. Sebuah harta dunia yang tak terkira.

"eungh..."

Aku membuka mataku saat medengar lenguhan lain di sampingku, hal pertama kulihat adalah rambut hitam lurus, kemudian wajah putih cantik yang tengah terlelap, lalu kedua payudara montok yang di lapisi bra.

Seketika aku terbangun, terkejut. Aku hampir saja berteriak jika tidak mengingat semalam Hinata bermalam disini. Siapa yang menyangka, gadis ini mengajakku berteman da memaksa menginap di rumahku.

Rok, kemaja, tas sudah berserakan di lantai. Gadis ini benar-benar sangat liar, dia membuatku tak berdaya. Semalam dia bilang ingin tidur telanjang, tapi aku melarangnya. Bayangkan saja, dia baru berteman denganku lalu ingin telanjang? Moegi saja aku masih malu-malu, terlebih lagi dia.

"apa kau selalu bangun pagi?" tanyanya. Membuka mata, kemudian menatapku.

Hinata bangun dari tidurnya, terduduk kemudian menangkat kedua tangannya dan meregangkan tubuhnya. "Eunghh..."

Aku terperangah saat cahaya matahari yang menyusup dari gorden mengenai tubuh Hinata yang kini terlihat bercahaya, kulitnya putih dan juga mulus, tanpa luka sedikitpun. Dia mempunyai dada sekal, besar dan kencang di balik branya. Dia langsung, tidak ada lemak yang tertinggal di pinggangnya. Proporsi pinggang, selangkangan dan pahanya sangat sempurna.

Tanpa sadar aku meneguk ludah, tubuh yang selalu diimpikan semua gadis. Termasuk aku.

"kau menyukainya?" Hinata bertanya dan menyeringai padaku. Dia kemudian memegang satu dadanya lalu melebarkan kakinya, "kau bisa menyentuhnya kalau kau mau"

Aku mendengus lalu kembali membungkus diriku dalam selimut, gadis ini benar-benar sinting. "kau mesum sekali Hinata, jangan ganggu aku...aku ingin lanjut tidur"

"aku lapar" katanya kembali merebahkan diri. "kurasakan dia memelukku dari bekalang.

"pergi saja ke dapur, ibuku selalu menyiapkan sarapan dan juga kue" kataku.

Hinata orangnya ternyata tidak sependiam yang aku pikirkan, dia orang yang suka berterus terang. Dia frontal, terlalu jujur, dan bisa kukatakan, tidak tahu malu. Tetapi, aku lebih suka orang seperti itu. Dari pertemuan yang kemarin, kami banyak berbicara tentang keluarga. Aku tahu sedikit jika Hinata adalah anak sulung, dia punya adik perempuan berbana Hanabi seusia Moegi adikku. Lalu ternyata dia bersepupu dengan Hyuuga Neji, ketua club juudo yang terkenal tampan. Ah aku tahu dia bukan orang biasa sejak pertama kali mendengar nama Hyuuga.

"hei temani aku" rengeknya.

"kukira kau orang yang tidak punya malu"

"Ck, bagaimanapun ini rumah orang. Ibumu juga baru melihatku!" decaknya. Dia semakin mempererat pelukannya.

"baiklah..." aku membuka selimut yang membungkusku, kemudian dia mencium pipiku.

Ceklek

Moegi baru saja membuka pintu saat itu terjadi, dia terlihat terkejut. Bibirnya yang tadinya terbuka, kini tertutup. Seketika suasana menjadi awkward, apalagi dengan Hinata yang hanya memakai pakaian dalam.

"pagi cute girl" dengan santainya Hinata menyapa Moegi.

Moegi sedikit mengangguk, "pa-pagi...ibu menyuruh kalian turun sarapan."

Setelah mengatakan itu, dia langsung menyelonong pergi. Aku merasa aneh, jangan sampai Moegi berpikir aku dan Hinata melakukan yang tidak-tidak.

"adikmu manis sekali" kata Hinata.

Between Sunny and RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang