Bored

857 92 1
                                    

Author Point Of View On

Gulf kini sedang menelpon anaknya yang sedang berada di rumah. Hari ini Mecha tidak masuk sekolah karena hari ini sekolah sedang libur. Gulf yang sudah bekerja harus meninggalkan anaknya itu bersama dengan baby sitter.

"Mecha sayang, Mecha sedang apa nak?"

"Mecha sedang main sama Bibi Paaa."

"Mecha sayang, Papa bosan di kantor!!!!" Keluh Gulf.

Mew yang mendengar hanya menggelengkan kepalanya sambil terus mengerjakan pekerjaannya.

"Papa pulang saja! Mecha sendirian dirumah Paa. Mecha juga kangen sama Papa."

"Ngga boleh, Papa ngga boleh bolos kerja sayang. Nanti Daddy marah sama Papa." Ucap Gulf

"Kan Daddy yang punya perusahaannya Paa! Papa bisa pulang sekarang. Bilang saja kalau Mecha yang suruh pulang!"

"Jangan! Nanti Daddy marah sama Mecha!"

"Silahkan kalau kamu mau pulang! Aku ngga akan marah kok." Ucap Mew dengan tiba-tiba.

"Shutt, apasih Phi ini? Aku ngga mau pulang, jadi jangan usir aku!" Ucap Gulf sambil menutup speaker hpnya.

"Paa, Daddy bilang apa?" Tanya Mecha

"Daddy mu ngga bilang apa-apa kok nak! Daddy hanya sedang berbicara dengan salah satu karyawannya."

"Papa pulang saja! Apakah Papa mau aku jemput ke kantor sama sopir?"

"Ngga perlu sayang..."

Dihati Gulf yang paling dalam, dia sebenarnya sudah merasa bosan berada di kantor itu. Dia tidak menyentuh satupun pekerjaan dan terlihat hanya bermain-main di kantor Mew. Mew melakukan semuanya sendiri dan tidak pernah menyuruh Gulf sama sekali.

Setelah selesai mengeluh kepada anak satu-satunya, Gulf kini menutup telpon itu. Gulf terlihat sangat sedih karena tak bisa bermain dengan anaknya itu di hari libur sekolah anaknya.

"Pulang saja kalau mau pulang!" Ucap Mew

"Bagaimana aku bisa pulang kalau Boss ku masih berada di kantor?! Apa kata karyawan lain yang melihatku pulang duluan?"

"Abaikan saja mereka! Mereka sudah tahu kamu siapa!"

"Lagipula kenapa Phi tidak memberikan aku pekerjaan apa-apa sih? Aku kan jadi bosan!"

"Sekretarisku memang tidak memiliki banyak pekerjaan karena aku adalah tipe orang yang tidak mempercayai orang lain, jadi aku mencoba mengurus semuanya sendiri."

"Apakah aku adalah orang lain bagi Phi?"

"Bukannya begitu, tapi aku tidak mau kamu merasa kelelahan! Kalau kamu lelah, kamu akan kembali mengadu ke anak kita."

"Phi terlalu banyak alasan! Pernahkah Phi mempercayai aku untuk melakukan sesuatu?"

"Aku selalu mempercayaimu!"

"Bohong, Phi tidak pernah mempercayai aku kan?!"

"Sejujurnya saja aku memang tidak pernah mempercayaimu karena aku tahu dari dulu kamu selalu membohongi aku!"

"Aku tidak pernah membohongi Phi!" Gulf mengatakan ini dengan penuh percaya diri, tapi dia tidak berani menatap kedua mata Mew.

"Saat kau masih SMA, aku tau kalau kamu berbohong."

"Berbohong tentang apa? Jangan suka menuduh aku yang macam-macam!"

"Saat itu kamu ingin pergi ke pesta yang diadakan oleh temanmu pada akhir bulan. Aku tidak mengizinkannya. Tiba-tiba kamu membuat sebuah taruhan, kalau nilaimu bagus di semua pelajaran di ujian semester, maka aku harus mengizinkanmu pergi, tapi kalau nilaimu tidak bagus, maka kamu akan tetap dirumah dan melayani aku."

"Aku mendapatkan nilai yang bagus!"

"Kamu memang mendapatkan nilai yang bagus, tapi nyatanya kamu mendapatkannya setelah membayar temanmu untuk mendapatkan nilai yang bagus."

"Aku tidak melakukan hal hina seperti itu!"

"Mau aku buktikan? Orang yang kamu bayar sekarang kerja disini."

"Itu semua karena Phi yang mengekang aku!"

"Dan aku menyesal mengizinkanmu saat itu."

"Itu bagian dari perjanjian."

"Kamu pulang dalam keadaan mabuk berat. Kamu membuat aku menghukummu dan mengakibatkanmu sakit selama berhari-hari. Ak-aku takut kamu membenciku, tapi sepertinya hukuman itu tidak membuatmu jera."

"Phi memang selalu berlebihan!"

"Salah siapa? Usiamu belum cukup untuk mabuk, tapi kamu malah mabuk!"

"Aku tidak berbohong, aku hanya tidak mengatakan caranya kepadamu! Nilaiku tetaplah bagus!"

"Hmm, terserah kamu saja! Itu sama saja kamu berbuat curang."

"Jadi Phi memarahi aku karena perbuatanku dimasa lalu?"

"Bukan begitu, tapi kamu terlalu sering membohongi aku sehingga aku tidak tahu mana kata-kata yang harus aku percayai!"

"Jangan percayai aku! Terserah Phi saja! Aku membenci Phi karena Phi selalu mengekang aku!" Gulf merasa disudutkan oleh Mew.

Gulf membereskan barang-barangnya lalu pulang ke rumah. Sejujurnya setelah menikah dengan Mew, kehidupannya berbanding terbalik dengan kehidupan sebelum menikah sehingga membuat Gulf merasa sangat terkejut. Gulf merasa kebebasannya direnggut oleh Mew.

Sesampainya Gulf dirumah, Gulf menyapa anaknya dulu lalu berjalan menuju kamar dan mengunci pintu kamarnya. Gulf menangis di dalam kamar sendirian. Perasaan Gulf kini sangat terluka, biasanya dia bisa menahannya, namun kini entah mengapa rasanya sangat sakit.

"Memangnya siapa yang membuat aku seperti itu?" Monolog Gulf.

"Dia!! Dia yang membuat aku seperti ini!" Gulf mengusap air matanya dengan tangannya.

"Aku membencinya dari dulu! Aku ngga mau sama dia lagi!!"

Gulf menangis hingga dia tertidur lelap. Gulf tertidur sampai tidak mendengar suara orang yang memanggilnya diluar karena terlalu lelap.

"Sayang, maafkan aku!!" Teriak Mew.

"Papa, Mecha mau makan sama Papa."

Sudah waktunya makan malam, tapi Gulf tidak kunjung keluar dari dalam kamar. Mew yang sudah pulang sedaritadi terpaksa harus membersihkan dirinya sendiri di kamar Mecha, karena Mew tidak bisa masuk ke dalam kamarnya sendiri.

"Sayang, maafkan aku, aku tidak akan memarahimu lagi!"

"Papa..." Mecha kini mulai menangis karena Gulf tidak segera membukakan pintu.

Mew yang tidak sabar menunggu dan sangat khawatir dengan keadaan Gulf akhirnya mendobrak pintu kamar itu. Gulf yang masih tidur akhirnya bangun dari tidurnya karena  terkejut setelah mendengar suara dobrakan pintu itu.

"Apa yang Phi lakukan?" Tanya Gulf.

"Aku yang seharusnya bertanya kepadamu! Daritadi kamu tidak menjawab panggilan ku! Aku merasa khawatir!"

Gulf melihat ke arah anaknya yang masih menangis dan langsung mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk anaknya itu. Seperti sebuah magnet, Mew ikut mendekat dan memeluk Gulf.

"Maafkan aku ya! Aku berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi."

Entah apa sebenarnya kesalahan Mew, Mew pun tidak mengerti kenapa dia yang harus meminta maaf. Tapi jika terus berpikir egois, maka masalah diantara mereka berdua tidak akan selesai dan terus berlanjut. Menikah karena dijodohkan rasanya seperti bermain roller coster. Hal ini membuat Mew harus sangat sabar menghadapi Gulf yang bersikap kekanakan.

"Aku juga Phi.."

"Sayang, kamu tidak apa-apa kan?"

"Hmmm..."

"Besok kita tidak perlu berangkat kerja. Kita akan menemani Mecha dirumah saja." Ucap Mew.

Mecha yang mendengar hal itu sangat senang apalagi Gulf. Gulf mulai memikirkan berbagai kegiatan yang akan mereka pikirkan besok. Satu hal yang Mew syukuri adalah Gulf bisa dengan mudah melupakan permasalahan mereka ketika sedang tidur.

Author Point Of View Off

My Teacher is My Husband (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang