Love Command ( Bab 10 )

562 16 0
                                    

Cinta. Hal yang dikecap rasa, namun tak teraba raga. Ia datang tak bersuara. Tanpa berita, ia ada. Merasuki sukma dan pandangan mata.Sunyi, bukan berarti tak berbunyi. Hening, bukan berarti diam tak bergeming. Dengar suara kesunyian itu sejenak dan kau akan tahu sebuah rasa telah berarak. Secara perlahan, namun tak tertanggungkan. Karena cinta adalah hakiki. Sebuah misteri yang akan berganti sesuai perjalanan hati.*

Rio mengeratkan pelukannya pada Shilla yang kian tersedu. Sebuah rasa menyakitkan seakan mengoyak lapis demi lapis hatinya, seiring isakan yang keluar dari mulut Shilla.Sudahlah .. ucap Rio dalam hati. Ia mengelus kepala gadis dalam dekapannya. Jangan lagi buat hati masing masing kita sakit .. katanya pelan, masih dalam nurani.Shilla tahu ini salah. Bodohnya ia menangis di hadapan bahkan di pelukan Rio. Dalam raung sendunya pun ia tersadar dan bertanya tanya mengapa Rio memeluknya ?Rio memejamkan matanya dan bertanya tanya pula, ada pa dengan perasaannya ?Alam seakan menjawab serta mengiringi sinema hati malam itu. Blaaaaaaass .. dalam sekejap titik demi titik air hujan turun. Rio baru menyadari bahwa anak bianglala mereka ada dalam posisi tertinggi.Hujan .. Rio menengadah ke langit. Bianglala ini tidak mungkin lagi di operasikan. Benar saja .. petugas meminta maaf dengan sangat kepada para penumpang, karena bianglala terpaksa dihentikan dalam posisi itu. Berbahaya tetap mengoperasikan roda besar itu. Satu kesalahan kecil, maka bianglala akan tergelincir dan melemparkan penumpang entah ke mana, mungkin terapung apung di laut Jawa. Tidak, tidak perlu ada cuplikan adegan Final Destination malam itu.Rio menghela nafas .. biarlah .. ujarnya .. biar ia semakin lama bisa mendekap gadis ini .. dan Rio pun tertegun disaksikan sang Alam, ini bukan dirinya .. dirinya yang biasa akan mengamuk jika ada kesalahan teknis besar semacam ini.Gabriel benar, gadis ini mengubahnya perlahan dengan cara yang kasat mata. Ya Tuhan, kenapa pula hatinya ikut teriris mengingat nama Gabriel.Hujan berteriak, meronta lebih keras dari biasa. Rio mulai merasakan percikan air membasahi punggungnya. Proteksi bianglala terbuka itu tidak bisa mengalahkan derasnya hujan. Rio membetulkan posisi blazernya yang sedari tadi tersampir di punggung Shilla. Ia menudungi blazer itu ke kepala Shilla.Tangis Shilla mereda, bertolak belakang dengan air mata alam di atas sana. Ia letih, letih menangis. Letih menunggu hal hal yang kian tak pasti. Ayi. Gabriel. Semua pergi. Semua meninggalkannya dalam kebimbangan yang berarti. Shilla terisak pelan lagi. Berapa juta tahun lagi harus ditunggunya ?Rio merapatkan tubuhnya. Kepala Shilla masih terbenam di dadanya. Dengar, Shilla .. batin Rio .. tolong dengar detak jantung yang berbunyi menyalahi aturan itu. Rio tidak dapat menahan perasaannya. Ia berteriak pada hujan yang menderu. Tampaknya ia telah jatuh cinta pada gadis dalam pelukannya.*

Shilla menguap lebar lalu membuka mata dan berusaha bangun dari tidurnya. Astaga ... ia memegangi kepalanya .. pening sekali .. ia memutuskan merebahkan diri lagi.Sambil memejamkan mata, ia berusaha mengingat kejadian semalam. Yang diingatnya terakhiradalah bianglala, hujan dan .... pelukan Rio.Ya ampun ... muka Shilla memerah .. semalam Ia menangis untuk Gabriel di pelukan Rio ?! Astaga ... mimipikah ? Ia tak merasa semua itu nyata .. mana mungkin Rio memeluknya ?Shilla meraba dahinya dengan punggung tangan. Sedikit hangat. Pipinya lebih hangat dibanding dahinya, saat ini. Harum parfum Aigner Rio membekas di benaknya. Shilla menutupi mukanya dengan selimut. Apaan sih kok dia jadi malu malu begini ?Cklek ... pintu terbuka .."Shillaaaaaaaaaaaa !" sesosok gadis manis melompat ke tempat tidurnya."ya ampun kalian ...." Shilla tertawa lalu bangun dari posisi tidurnya. Ia memegangi kepalanya dan duduk bersandar di kepala tempat tidur."kenapa lo ?" Deva mendekatinya dan duduk di ranjang sebelahnya. Ify pindah dan duduk di sebelah Shilla.Shilla melirik ke arah jam dinding. Jam sepuluh ? Lama juga dia tidur."kok kalian bisa disini jam segini ? Bolos ?" tanya Shilla"tentu tidaaaaak .." jawab Deva "mana mungkin ketua OSIS bolos .." ia melirik ke arah Ify.Ify menjulurkan lidah lalu menoleh ke arah Shilla "guru guru rapat tauuuu .. jadi kita langsung kesini deh jenguk elo .. bingung aja kenapa elo ga masuk ..""oh .. aku keujanan .." jawab Shilla seadanya.Deva menatap Shilla menyelidik "kok Rio juga ga masuk ? Ujan ujanan berdua ?"Harusnya jawabannya iya .. pikir Shilla jengah .. tapi dia cuma menggaruk bagian belakang telinganya.Ify terlihat aneh, mungkin menyadari Shilla menyembunyikan sesuatu. Tapi dia cuma diam."oiya .. ransel aku ?" tanya Shilla mengalihkan suasana.Ify tersenyum "ada di mobil Deva .. kemaren lo tinggal tinggal aja .. dasar ..""kan Rio nariknya tiba tiba .." kata Shilla. Ya ampun .. tuh kan .. kenapa pipinya jadi terasa panas lagi ..Deva berceletuk "aih .. Shilla pipinya merah .. kemana aja lo berdua ?" tanya Deva sambil beranjak ke arah Shilla."ke airport .." kata Shilla setengah jujur."lo sakit apaan sih ?" tanya Deva seraya mengulurkan punggung tangannya ke dahi Shilla.

Love Command ( repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang