Love Command ( Bab 15 )

489 10 0
                                    

Kabut yang dulu mengaburkan pandangan itu kini membutakan. Menumpulkan penglihatan. Menghantamnya dengan kenyataan bahwa ia harus merelakan. Dan meninggalkan serpihan hatinya menjadi kenangan.

*Wanita itu turun ke dapur dan membuka rak makanannya. Mencari-cari apa yang dibutuhkannya untuk bisa tetap terjaga dan melanjutkan persiapan bukti perkara kliennya yang naik banding esok hari. Akhirnya, ia menemukan yang dicarinya, kotak kardus kopi karamelnya, yang ternyata .... Kosong.Wanita itu menghela nafas, sia-sia ia menempelkan memo kecil bertuliskan "Mom's Possession" di sisi depan kardusnya. Ia yakin, kemarin malam masih tersisa satu bungkus kopi karamel di kotak ini. Siapa yang mengambilnya ?Mbok Tati ? yang anti dengan segala jenis kafein yang katanya bisa membuat umurnya memendek ? tidak mungkin. Suaminya ? yang jelas-jelas lebih menyukai kopi hitam pekat ? tidak mungkin. Kalau bukan mereka, berarti ... wanita itu membuang kotak kosong di tangannya, keluar dari dapur, melewati ruang tamu dan menaiki tangga menuju kamar anak semata wayangnya.Ia mulai mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Mana mungkin anaknya sudah tidur sebegini awal ? ia mengetuk lebih keras, mengangkat bahu karena tidak mendapat jawaban dan akhirnya memutuskan untuk membuka kenop pintu di depannya.Wanita itu mengerutkan kening, tidak terlihat tanda kehidupan disini. Tapi .... Ia mengedarkan pandangan dan melihat pintu menuju balkon terbuka. Ia melangkah pelan menuju balkon. Dan melihat anak lelaki semata wayangnya sedang duduk memunggunginya, serius memperhatikan ponsel, menghela nafas setelahnya lalu meletakkan ponsel itu di meja balkon yang terletak diantara tempatnya duduk dan satu bangku lainnya.Wanita itu melihat lebih jauh. Lalu menemukan sebuah cangkir yang terletak di dekat ponsel anaknya tadi, dia tahu aroma isi cangkir itu. Kopi karamel. Wanita itu tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala, lalu menyandarkan tubuhnya pada kusen pintu balkon dan mendekap tangannya di dada sambil berkata pelan."Pat ?"Patton tersentak, lalu menoleh ke belakang, terkejut mendapati siapa yang berdiri disana "Mama ?"Mama tersenyum kecil. Membatin dalam hati apa anaknya ini sedang melewati masa transisi akil-baliq atau apa, sehingga akhir-akhir ini bertingkah seperti orang linglung."Sejak kapan kamu minum kopi ?" Tanya Mama, lalu mulai berjalan dan duduk di bangku satunya, yang kosong.

Patton cuma mengangkat bahu."Pat, jangan sampai Mama tahu kamu pakai ..."Patton menatap Mama sedikit kesal "Ya ampun, Ma .. percaya deh ... aku ga lagi pakai obat atau apapun yang Mama pikirin.""You acting weird, lately .. You know ?" kata MamaPatton menatap ke depan lagi. Melamun menatap langit di atasnya. Menghela nafas pelan. "Ma .." ucapnya pelan."Hmm ?" Tanya Mama, yang memutuskan meneguk kopi karamel Patton yang tergeletak di meja. Ya, daripada dia tidak minum kopi itu sama sekali."Pernah ga .. Mama ga mendapat sesuatu yang Mama inginkan ?" Tanya Patton.Mama mengerutkan kening "Maksudnya ?""Mama terlanjur sayang, bukan hanya sekedar ingin, pada sesuatu. Tapi ternyata sesuatu itu bukan buat Mama.." ujar Patton setengah melamun.Uh-oh. Mama mulai mendapatkan maksud Patton dan muali menyadari kenapa Patton sering bertingkah aneh akhir-akhir ini. Anak lelakinya itu sedang jatuh cinta."Oh, jadi ini masalah cewek ? You are in love, aren't you ?" mama tersenyum lebar."Maaa .." Patton memutar bola matanya.Mama tersenyum kecil, lalu bangkit dari duduknya, mengusap sayang kepala anak lelakinya yang sudah beranjak dewasa.Patton menatap Mama yang sekarang sedang berdiri di depan balkon. "Ga semua yang kamu igninkan, akan kamu dapatkan, Pat. Sekalipun saat kamu sudah memiliki semua hal lain di dunia kecuali dia."Seekor capung terbang melintasi malam, lalu hinggap di atas balkon, tempat Mama berdiri di dekatnya."Kadang dia sudah sedekat ini," Mama menjengkal jaraknya dengan capung itu ", dan kamu terlalu egois .. merasa kamu akan mendapatkannya .." Mama mengendap pelan lalu berusaha menangkap capung itu, yang kini terbang ke langit-langit, menyadari adanya bahaya.Mama membalikkan badannya, memandang Patton lalu mengangkat bahu "Tapi ternyata dia terbang menjauh .. terjemahan : dia memang bukan buat kamu.""Tapi .. ssssh .." Mama membalikkan badannya lagi, lalu meletakkan salah satu siku tangannya di atas balkon, mengacungkan satu telunjuknya ke atas. Patton mengerutkan kening. Lalu baru menyadari apa yang terjadi, tak berapa lama capung itu hinggap di telunjuk Mama.Mama menoleh ke belakang, berbisik pelan "Pada saat yang tepat, dia akan datang sendiri menghampirimu .. dan kamu .." Mama menangkap capung di telunjuknya dengan tangannya yang lain. Berjalan pelan ke arah Patton lalu menyusupkan capung itu ke tangan Patton.".. akan mendapatkannya .." Mama meneruskan kata-katanya, lalu mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum jahil.Patton menatap capung yang kini meronta minta dilepaskan di tangannya, lalu menyadari Mama sudah berjalan keluar menuju pintu kamarnya."Ma ?"Mama menoleh pelan "ya ?""Thanks." Patton tersenyum manis.Mama membalas senyum Patton "Anytime.."Patton kembali memperhatikan capung di tangannya. Menyadari perumpamaan Mama, Mama mengerti. Capung itu bukan menggambarkan Shilla, tapi menggambarkan perasaannya pada Shilla. Patton kembali membuka pesan yang tadi dibacanya sebelum Mama datang.

Love Command ( repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang