Love Command ( Bab 14 )

533 13 1
                                    

Luka, luka, luka ... Diulangnya ribuan kali hingga kata itu tak lagi bermakna .. Dan ketika rasa itu mulai bernama ... Mana yang harus dipilihnya ? Mengungkapkannya ? atau sanggupkah

ia melepasnya ?*

Sebuah Volvo hitam merangkak pelan, seiring alur kemacetan petang kota Jakarta yang

menggila. Patton menghela nafas panjang, lalu menyentuh pedal rem di kakinya.

Menyesali kebodohannya memilih jalan besar sebagai rute pulang. Padahal ia tahu

beberapa jalan tikus yang bias ditempuhnya dari tempat gadis yang baru ia antar

pulang itu, tinggal.Ya, Shilla. Patton hampir terkejut menyadari dampak nama itu pada kecepatan detak jantungnya belakangan ini. Menyadari dampak suasana hati yang terbawa kemana-mana hingga Mamanya

bertanya ada apa dengan dirinya. Mencemaskan anaknya memakai nikotin atau

barang apa hingga terus tersenyum seperti orang gila.Patton hampir tertawa sendiri lagi, lalu tiba tiba menyadari bagaimana orang luar melihat dirinya. Mungkin dia memang aneh. Patton menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu menatap

jok di sebelahnya. Jok yang sudah di dudukioleh gadis yang menghantui sudut

pikirannya selama hampir tiga minggu terakhir.Hampir tiga minggu setelah pesta Ify berakhir. Hampir tiga minggu sejak pertemuan pertama itu. Hampir tiga minggu Patton bersedia mengantar jemput Shilla (mengabaikan ejekan

Ify dan Deva seputar 'sopir pribadi'). Hampir tiga minggu ada yang selalu

tertawa di sampingnya.Tapi .. Patton mulai berpikir .. serenyah apapun tawa itu, Ia takkan pernah melupakan saat saat hening yang sebenarnya jarang terjadi, namun selalu sangat mencemaskan jika

berlangsung. Saat Shilla menatap keluar jendela, entah memandang apa. Tatapan

yang selalu mengingatkannya pada air mata Shilla, yang jatuh pada hari yang

bersamaan dengan pertemuan pertama mereka. Patton tidak perlu penjelasan

mendetil untuk tahu siapa yang sedang direnungi Shilla.Sesubgguhnya pula, Hampir tiga minggu sudah, Patton menyayangi gadis itu.Patton memejamkan mata sejenak. Ingatannya melayang pada pejelasa-mendetil-yang-tidak-perlu-karena-Patton-sudah-tahu yang dikisahkan Shilla suatu saat. Penjelasan gadis itu tentang siapa yang

mengusik perasaannya, membuat hatinya berteka-teki tak pasti, teka-teki yang

tak mampu di urainya sendiri. Rio.Entah gadis itu terlalu naïf atau sedang berusaha membohongi dirinya sendiri. Karena seharusnya orang paling bodoh pun tahu apa yang sedang dirasa Shilla sebenarnya.Patton tidak menanggapi saat Shilla bercerita tentangnya. Ia tidak mau menjawab dan tidak berharap dimintai jawaban. Setengah dirinya seperti berteriak agar gadis bodoh

yang disayanginya itu menyelesaikan teka-tekinya sendiri. Namun setengah

dirinya yang lain juga berbisik, berharap dalam gelap, agar gadis itu tak perlu

mengurai sang teka-teki dan perlahan melupakan perasaan itu karena kehadiran

Patton di harinya. Karena Patton tahu, sadar atau tidak, hanya Rio yang ada di mata gadis itu.Patton menghela nafas, terusik kebisuan yang terlalu mencekam, ia memutuskan menyalakan radio di dashboard mobilnya. Hela nafasnya merileks, mendengarkan penyiar favoritnya

sedang bercuap cuap mengenai gossip salah satu penyanyi muda Amerika yang

sedang naik daun, Taylor Swift."eniwei .. daripada gua ngomongin gossip mulu ya, Bo .. mending gua puterin salah satu lagu favorit gua dari si eneng ini .. Check it out .. Invisible from Taylor Swift .. stay

Love Command ( repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang