CARLO INDIGO
Perumahan Galaxy Bumi Permai, Surabaya
January 3rd, 08.30 P.M
Pernahkah aku bilang ke teman-temanku kalau aku memiliki hobi terpendam? Percayalah, selama ini hanya aku yang mengetahuinya. Bahkan saat dulu aku dekat dengan Sierra, dia tidak pernah tahu yang satu ini. Bukannya aku ini anak mama atau apa, tapi aku terbiasa melakukan ini setiap kali aku bosan dan tidak tahu harus apa. Memang, D, banyak yang bisa kulakukan selain menulis perasaanku seperti ini, tapi aku merasa jauh lebih baik setelah menuliskannya. Karena itu, hari ini aku menulis lagi. Sudah kuberitahu, Callen dan yang lain tahu apa yang terjadi di villa. Tidak menyalahkan mereka, sih, mereka pun berhak tahu. Lalu, aku bercerita soal... cewek ini pada mereka. Tentang K.
Aku menghembuskan napas ketika membaca tulisanku lagi. Terkejut? Jangan. Sudah sejak kecil aku melakukan hal ini. Setiap kali aku merasa bosan, atau aku sedang sumpek, banyak hal yang berkelebat di pikiran, aku membuka satu-satunya buku yang tidak pernah kutaruh sembarangan.
Kurasa, kalian menyebutnya diari. Apa? Aku bukan Greg kok, yang suka menulis jurnal seperti yang dikatakannya, tapi aku sendiri juga malu mengakuinya. Aduh, tapi aku sudah terlanjur mengatakannya, jadi oke. Aku punya hobi terpendam. Menulis Jurnal, dan bukan diari. Tidak bercerita soal cewek yang aku suka, atau orang yang aku benci, kok. Lebih tepatnya, ini sebagai reminder sendiri untukku. Karena aku suka melihat hal-hal aneh, aku sering mendeskripsikannya di dalam bukuku ini. Kali ini, aku merasa luar biasa bosan dan pikiranku sedang ke mana-mana. Entah apa yang kupikirkan, akhirnya satu-satunya hal yang terpikir olehku adalah mengambil HP lalu membukanya.
Ada sebuah chat yang masuk.
Katy<3 : Sori baru balas, habis dinner nih. Kamu ngapain?
Tanpa sadar, aku tersenyum membacanya. Segera kubalas pesan dari Kate.
Carlo : Biasa, nonton. Happy eating, ya :)
Katy<3 : Thanks! By the way, nanti malem jadi telepon? Aku yang telepon dulu, ya!
Carlo : Aku dulu aja, kabarin aku ya.
"Carlo!" Terdengar suara mama menggedor-gedor pintu kamarku dengan ganas.
Kulihat jam dinding yang terpasang manis di atas lemari bajuku, masih menunjukkan pukul tujuh malam. Seharusnya, sekarang adalah jam makan malam keluarga. Tapi ada sesuatu yang membuatku kehilangan selera makan malam ini. Bukan karena aku tidak selera dengan masakan mama, percayalah, aku ini tipe orang yang cinta mati sama makanan ibunya (cowok idaman, kan?). Aku lebih sering makan di rumah apabila mama sedang tidak sibuk di butiknya, karena beliau pasti memasak sesuatu yang sudah pasti membuat perutku membuncit beberapa senti setelah makan malam.
Tapi masalahnya ada di sini. Seseorang yang lagi tidak ingin kutemui mendadak memberi kabar kalau hari ini beliau datang. Aku sudah tahu kalau pada minggu ketiga setiap dua bulan, beliau akan kembali pulang ke rumah. Tapi kali ini, aku seakan berharap lebih baik beliau tidak pulang dulu karena aku tahu, beliau pasti akan membahas hal itu lagi.
Masalahnya, beliau sudah terlanjur datang sejak sejam yang lalu setelah aku sampai di rumah. Mood yang awalnya luar biasa bagus setelah merencanakan liburan lanjutan dengan anak-anak (yaitu si Callen, Ricco, Jay, Pierre, dan Gris), langsung anjlok begitu tahu kalau sosok itu ada di rumah. Tidak, aku tidak membenci beliau, percayalah. Hanya saja, aku sedang tidak ingin dicekokin dengan hal-hal yang tidak ingin kudengar.
"Carlo? Kamu ada di dalam, Sayang?"
"Iya, Ma! Bentar lagi Carlo keluar!"
"Mama sudah siapin makan malam. Cepat turun ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)
Mystery / ThrillerBuku 4☑ The Forest Voyage - Journal of Truth [Completed] "Kalian lelah mengikuti permainan kami, bukan? Bagaimana kalau kali ini kita bermain bersama?" Tidak ada yang lebih menyebalkan daripada terpisah di dua tempat berbeda untuk menyelesaikan...